Novel ini berkisah tentang Kau – dari sudut pandang Borno sebagai tokoh utama – Mei, Aku – Borno – dan sepucuk angpau merah yang merupakan surat yang ditulis oleh Mei untuk menjelaskan sebuah kejadian yang cukup menyakitkan bagi tokoh utama, Borno. Namun, sampai dua tahun kebersamaan yang mereka jalani, Borno tidak kunjung tahu apa yang sebenarnya menjadi isi dari angpau merah. Hubungan yang semakin dekat, kehadiran orang-orang dari masa lalu, Hingga perubahan sikap yang drastic dari Mei. Merupakan bagian yang diceritakan secara apik oleh Tere Liye.
Sama seperti novel Sunset Bersama Rosie, dalam karya ini bertaburan kata-kata bijak tentang cinta dan perasaan. Kalimat bijak yang banyak muncul dari seorang tokoh bernama Pak Tua. Jadi, setiap kali bertemu dengan kalimat bijak, ingin rasanya menggaris bawahi. Namun aku sadar, buku ini bukan milik pribadi.
“Cinta sejati selalu menemukan jalan. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirundung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, serta berbagai perangai norak lainnya. Tidak usahlah kau gulana, wajah kusut. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya. Kebetulan yang menakjubkan.”
"Dunia terus berputar. Perasaan bertunas, bahkan berkembang biak di tempat yang paling mustahil dan paling tidak masuk akal sekalipun. perasaan-perasaan kadang dipaksa tumbuh di waktu dan orang yang salah"
" Perasaan adalah perasaan, meski secuil, walau setitik hitam di tengah lapangan putih luas, dia bisa membuat seluruh tubuh jadi sakit, kehilangan selera makan, kehilangan semangat. Hebat sekali benda bernama perasaan itu. Dia bisa membuat hari mu berubah cerah dalam sekejap padahal dunia sedang mendung, dan di kejap berikutnya mengubah hari mu jadi buram padahal dunia sedang terang benderang"
Hal yang menarik lain adalah sejarah asal muasal nama Pontianak yang merupakan nama kota dimana kisah ini muncul. Ternyata nama Pontianak berasal dari nama hantu. Aku tertawa mengetahui fakta ini. dan ketika awal kisah diawali dengan “ entah ini pagi keberapa sejak di hantu ponti bertekuk lutut” aku akan tersenyum.
Kau, aku, dan sepucuk angpau merah menyuguhkan cerita cinta yang berbeda dari yang lain, dan berbeda dari karya tere liya yang sudah saya baca. Ok, memang bukan kisah cinta yang manja. Kisah ini penuh dengan perjuangan dan kerja keras. Namun, jika dibandingkan dengan karya yang lain, aku tidak terlalu suka. Borno dan Mei, ada satu hal yang tidak diperhitungkan dalam kisah mereka. Walaupun, pesan-pesan tetap tersampaikan. Novel ini juga berkisah tentang bagaimana seorang Borno bekerja keras untuk merubah nasibnya. Dari pekerja yang sering berganti-ganti, menjadi pengemudi sepit, dan akhirnya memiliki bengkel. Semua butuh perjuangan. Kau, aku, dan sepucuk angpau merah menyajikan kisah yang sederhana. Bahwa masih ada kearifan ditengah kemodernan yang mengikis moral.
keren, review yg bagus
BalasHapusah...dsar otak kanan
BalasHapus“Cinta sejati selalu menemukan jalan. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirundung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, serta berbagai perangai norak lainnya. Tidak usahlah kau gulana, wajah kusut. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya. Kebetulan yang menakjubkan.”
BalasHapus"Dunia terus berputar. Perasaan bertunas, bahkan berkembang biak di tempat yang paling mustahil dan paling tidak masuk akal sekalipun. perasaan-perasaan kadang dipaksa tumbuh di waktu dan orang yang salah"