Sejak adanya kasus tawuran antar pelajar SMA di Jakarta, sepertinya pembahasan tentang pentingnya Ayah terlibat dalam proses pendidikan anak sering dibahas. Memang, hanya di dua media yang sempat say abaca. Yaitu Opini di Jawa Pos tentang “Anak ‘lapar” Ayah” dan pembahasan tema utama yang majalah UMMI angkat tentang “Orang tua kompak mengasuh anak”. Pembahasan ini menjelaskan tentang pentingnya ayah ikut serta dalam pengasuhan, tidak hanya ibu saja yang berperan dalam hal ini.
Ada pembahasan yang menarik yang disampaikan ust. Budi Ashari, beliau mengatakan bahwa dialog orang tua dengan anak yang ada di al qur’an paling banyak adalah dialog antara ayah dan anak. Dari 17 dialog antara orang tua dan anak, 14 diantaranya adalah dialog antara ayah dan anak. Jadi, ketika pengasuhan anak diserahkan sepenuhnya pada ibu, tentu ini tidak dapat dibenarkan. Ibu memang madrasah pertama bagi anak, tapi tetap ayahlah sebagai kepala madrasah yang seharusnya memiliki rancangan bagaimana karakter anak-anak nantinya, dan sebagai kepala sekolah, terjun langsung menghadapi anak didik perlu dilakukan agar tahu seberapa jauh metode yang disampaikan bisa berguna.
Teringat akan dua lelaki yang sangat dekat dengan kehidupanku. Saya belajar banyak dari mereka. Belajar tentang bagaimana peran pengasuhan seorang ayah sangat berdampak ketika anak tersebut dewasa. Ketika sang anak masih kecil, sang ayah sering kali mengajak anak lelakinya menghabiskan waktu bersama. Memancing adalah kegiatan yang sering mereka lakukan. Dari siang hingga sore biasanya waktu yang mereka pilih untuk melakukan kegiatan itu. dan sang anak sangat menikmati hal tersebut. Terlebih kegiatan itu dilakukan saat-saat usia anak masih di masa prasekolah dimana anak belum banyak berinteraksi dengan teman sebaya, dan kedekatan dengan orang tua adalah yang paling utama. Setelah pulang dari memancing, sang anak memiliki banyak cerita yang akan disampaikan pada ibunya. Apalagi ketika musim hujan. Makin serulah cerita dari sang anak. Cerita bagaimana dia digendong sang ayah ketika tiba-tiba sungar meluap karena daerah hulu sungai sedang hujan. Sangat bersemangat ketika bercerita. Dan ibu mendengarkan tanpa memotong satu kata pun.
Ketika memasuki usia remaja, saat sang anak sudah sibuk dengan dunianya sendiri, ada saat-saat dimana dia dan ayahnya berdialog saat malam. Pembicaraan seorang lelaki, yang bahkan ibunya sendiripun tidak tahu apa yang mereka bicarakan, kecuali sang ayah yang bercerita. Dan dari sanalah pesan itu tersampaikan. Tentang apa yang seharusnya anak lelaki itu lakukan. Pesan untuk tidak mempermalukan keluarga, dia pegang teguh. Maka ketika lingkungan di mana sang anak mencari jati diri tidak lagi ramah untuknya, dia menceritakan itu pada sang ayah. Dia menjauh tanpa diperintah. Mencari tempat yang aman. Sang anak yang dari penampilannya seperti preman, tapi memiliki jiwa lembut yang rela berkorban seperti yang dimiliki sang ayah. Dan dari sinilah saya belajar, bahwa sekecil apapun peran ayah terhadap anak, sang anak akan menyimpan bekas dan bahkan menyalurkan nya pada yang lain. Sebaliknya, ketika anak kehilangan sosok ayah yang mendampinginya saat masa pertumbuhan, maka dia pun kemungkinana akan menjadi ayah yang juga tidak akan peduli pada anaknya.
0 komentar:
Posting Komentar