"Demi Allah, seandainya seekor keledai di irak terperosok jatuh lantaran jalan yang dilaluinya rusak, aku takut akan diminta pertanggungan jawabnya oleh Allah di hari kiamat."
~Umar Bin Khattab~
Novel
ini digarap berdua dengan dua sudut pandang. Mbak Ria melalui sudut pandang
Molly, seorang mahasiswi Fakultas Ekonomi yang sangat menyukai dunia konservasi
hewan langka, khususnya orang utan. Karena kegemaran inilah, mengantarkannya
berpetualang ke hutan konsevasi di kalimantan bersama dua orang temannya yang
berasal dari amerika, nick dan Andy sepasang kakak adik yang sangat mencintai
dunia hewan langka. Mereka ke Indonesia dalam rangka penelitian tugas akhir
yang dimiliki oleh Nick. Sedangkan sudut pandang kedua ditulis oleh Mbak
Shabrina W.S dari sudut pandang seorang anak orang utan bernama PING. Dari sudut
pandang ini kita diajak mengenal kehidupan dan kebiasaan para orang utan, dan
merasakan apa yang dialami orang utan ketika hutan yang merupakan habitat
mereka dibakar kemudian keluarga yang mereka sayangi mati. Hingga akhirnya para
orang utan yang selamat, dirawat di lahan konservasi, dilatih, hingga siap
dikembalikan ke habitat aslinya.
Dari
novel ini, saya tahu. Bahwa perhatian pemerintah terhadap kelangsungan hewan
langka yang sudah dinyatakan dilindungi, minim. Lembaga konservasi di
Kalimantan ini pembiayaan terbesar justru dari NGO luar negeri. Di mana peran
pemerintah dalam menjaga kekayaan yang dimiliki Indonesia ini? Teringat kalimat
yang disampaikan Umar Bin Khattab di awal tulisan
"Demi
Allah, seandainya seekor keledai di irak terperosok jatuh lantaran jalan yang
dilaluinya rusak, aku takut akan diminta pertanggungan jawabnya oleh Allah di
hari kiamat."
“bukankah hanya
seekor kedelai yang jatuh, hai amirul mukminin?” begitu pertanyaan yang
disampaikan ajudannya ketika Umar sangat kaget mendengar berita itu.
“apakah engkau sanggup menjawab dihadapan
Allah ketika ditanya tentang apa yang telah engkau lakukan ketika memimpin
rakyatmu?” jawab
umar.
Di pemerintahan Umar juga kita mendapat kisah,
beliau setiap pagi menabur gandum di lereng bukit untuk memastikan
burung-burung yang hidup diwilayah kekuasaannya tidak kelaparan. Subhanallah...
jangankan pada manusia, bahkan pada burung saja umar tidak luput untuk
memastikan kesejahteraannya.
Di negara ini? Kita bisa melihat sendiri. Berapa banyak
orang yang masih kelaparan? Berapa banyak orang yang harus hidup dijalan dan
kolong jembatan karena tidak punya tempat tinggal? Jika manusianya saja masih
ada yang belum sejahtera karena minimnya perhatian, tidak heran jika
hewan-hewan yang berada di pelosok negara ini kondisinya miris.
PING! A message from Borneo menyadarkan kita akan
fakta itu. Jika di Kalimantan ada orang utan yang harus dilindungi, Sulawesi
dengan Tapir nya, Sumatra ada Harimau Sumatra dan gajah yang lebih
memprihatinkan lagi. Di jawa? Harimau jawa apa kabar?
Terima kasih banyak ya, sudah membaca dan membuat catatannya.
BalasHapusTerharu bacanya. Iya, merindukan sosok pemimpin seperti Umar bin Khattab
sama-sama mbak... terimakasih sudah berkunjung ke blog ini...
Hapusmakasih ya untuk reviewnya, wah, nggak nyangka, dianalogikan dengan kisah Umar, iya bener, beliau sosok pemimpin sejati
BalasHapusWah, banyak juga ya yg nulis tentang ping! Hehe :D
BalasHapusterimakasih sudah berkunjung :)
Hapus