Selasa, 16 Juli 2013

PING! A Message From Borneo


  "Demi Allah, seandainya seekor keledai di irak terperosok jatuh lantaran jalan yang dilaluinya rusak, aku takut akan diminta pertanggungan jawabnya oleh Allah di hari kiamat."
~Umar Bin Khattab~
         
Membaca novel karya Riawani Elyta dan Shabrina W.S ini, mengingatkan saya akan tulisan setahun lalu tentang dua ekor anak orang utan yang hidup di tempat rehabilitasi setelah berhasil diselamatkan dari penangkapan. Dari Novel ini, saya kembali diingatkan tentang isu lingkungan yang belum juga selesai bahkan semakin parah dari tahun ke tahun. Perburuan hewan langka semakin menjadi-jadi, belum lagi semakin sempitnya hutan yang menjadi habitat mereka. Baik karena dibuka untuk tambang atau perkebunan. Lebih miris lagi, ketika mereka masuk ke rumah penduduk karena tidak mampu lagi memenuhi makanan di dalam hutan yang semakin menipis, mereka kemudian dibunuh.
          Novel ini digarap berdua dengan dua sudut pandang. Mbak Ria melalui sudut pandang Molly, seorang mahasiswi Fakultas Ekonomi yang sangat menyukai dunia konservasi hewan langka, khususnya orang utan. Karena kegemaran inilah, mengantarkannya berpetualang ke hutan konsevasi di kalimantan bersama dua orang temannya yang berasal dari amerika, nick dan Andy sepasang kakak adik yang sangat mencintai dunia hewan langka. Mereka ke Indonesia dalam rangka penelitian tugas akhir yang dimiliki oleh Nick. Sedangkan sudut pandang kedua ditulis oleh Mbak Shabrina W.S dari sudut pandang seorang anak orang utan bernama PING. Dari sudut pandang ini kita diajak mengenal kehidupan dan kebiasaan para orang utan, dan merasakan apa yang dialami orang utan ketika hutan yang merupakan habitat mereka dibakar kemudian keluarga yang mereka sayangi mati. Hingga akhirnya para orang utan yang selamat, dirawat di lahan konservasi, dilatih, hingga siap dikembalikan ke habitat aslinya.
          Dari novel ini, saya tahu. Bahwa perhatian pemerintah terhadap kelangsungan hewan langka yang sudah dinyatakan dilindungi, minim. Lembaga konservasi di Kalimantan ini pembiayaan terbesar justru dari NGO luar negeri. Di mana peran pemerintah dalam menjaga kekayaan yang dimiliki Indonesia ini? Teringat kalimat yang disampaikan Umar Bin Khattab di awal tulisan

  "Demi Allah, seandainya seekor keledai di irak terperosok jatuh lantaran jalan yang dilaluinya rusak, aku takut akan diminta pertanggungan jawabnya oleh Allah di hari kiamat."
“bukankah hanya seekor kedelai yang jatuh, hai amirul mukminin?” begitu pertanyaan yang disampaikan ajudannya ketika Umar sangat kaget mendengar berita itu.
 “apakah engkau sanggup menjawab dihadapan Allah ketika ditanya tentang apa yang telah engkau lakukan ketika memimpin rakyatmu?” jawab umar.

Di pemerintahan Umar juga kita mendapat kisah, beliau setiap pagi menabur gandum di lereng bukit untuk memastikan burung-burung yang hidup diwilayah kekuasaannya tidak kelaparan. Subhanallah... jangankan pada manusia, bahkan pada burung saja umar tidak luput untuk memastikan kesejahteraannya.
Di negara ini? Kita bisa melihat sendiri. Berapa banyak orang yang masih kelaparan? Berapa banyak orang yang harus hidup dijalan dan kolong jembatan karena tidak punya tempat tinggal? Jika manusianya saja masih ada yang belum sejahtera karena minimnya perhatian, tidak heran jika hewan-hewan yang berada di pelosok negara ini kondisinya miris.
PING! A message from Borneo menyadarkan kita akan fakta itu. Jika di Kalimantan ada orang utan yang harus dilindungi, Sulawesi dengan Tapir nya, Sumatra ada Harimau Sumatra dan gajah yang lebih memprihatinkan lagi. Di jawa? Harimau jawa apa kabar?

5 komentar:

  1. Terima kasih banyak ya, sudah membaca dan membuat catatannya.

    Terharu bacanya. Iya, merindukan sosok pemimpin seperti Umar bin Khattab

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama-sama mbak... terimakasih sudah berkunjung ke blog ini...

      Hapus
  2. makasih ya untuk reviewnya, wah, nggak nyangka, dianalogikan dengan kisah Umar, iya bener, beliau sosok pemimpin sejati

    BalasHapus
  3. Wah, banyak juga ya yg nulis tentang ping! Hehe :D

    BalasHapus