Kepikiran
untuk menulis hal ini setelah di “cap” gaul oleh teman, gara-garanya saya
menuliskan sebait lirik lagu dari sebuah band indonesia, kemudian saya
menyebutkan judul dan ada di album apa. Apakah
dengan saya mengetahui judul lagu dan album lantas serta merta dianggap gaul?
Cerita
lain yang saya dapat pada kegiatan pagi ini. Gara-gara menggunakan jaket
bertuliskan “Super Junior” ada celetukan “wih, gaul, jaketnya super junior”. Atau
ketika bahasan yang diangkat adalah seputar produk seni korea, mulai dari
serial drama hingga reality show yang memang banyak digemari kalangan muda
tanah air, lantar sebutan gaul tersemat pada mereka.
Sebenarnya,
apa definisi dari kata gaul?
Akhir-akhir
ini banyak sekali kata yang mengalami pergeseran makna, tidak terkecuali kata
gaul. Jika merujuk pada kamus besar bahasa indonesia, gaul berarti hidup
berteman. Nah, dari definisi ini,
seseorang dikatakan sebagai orang gaul adalah dia bukanlah orang yang asosial. Terkait
dengan orang seperti apa dia berteman, ini masalah yang lain.
Lalu
mengapa seseorang yang berpakaian mengikuti trend terbaru, mengetahui kabar
terbaru dari dunia seni dari korea atau jepang, suka nongkrong di kafe atau
sering bermain ke mall-mall disebut anak gaul? Apakah orang yang menghabiskan waktunya untuk melahap buku
dari berbagai disiplin ilmu, tema, atau yang sibuk menghabiskan waktunya dengan
bercocok tanam, mengembangkan jenis tanaman, dikatakan tidak gaul?
Gaul
atau tidak, menurut saya hal ini adalah masalah kegemaran. Masalahnya adalah
pada istilah yang sudah terlanjur melekat di masyarakat. Ketika seseorang yang
sangat menyukai produk seni dari korea, baik drama, musik, atau acara
pendukungnya, wajar saja jika dia akan nyambung ketika berdiskusi tentang apa
drama terbaru, siapa saja personel grupband ini, apa lagu terbaru dari artis
ini, dan lain sebagainya. Namun, apakah dia akan nyambung ketika ada orang yang
mengajaknya berdiskusi tentang apa penemuan terbaru dalam dunia perbintangan
atau ilmu sel? Belum tentu kan? Hal lain, jika dia sangat menggemari sepak
bola, maka acara dan berita seputar sepak bola akan sangat dia kuasai, tapi
belum tentu “ngeh” masalah politik tanah air, kecuali yang berkaitan dengan
persepakbolaan tentunya.
Jika
kegemaran kita berbanding lurus dengan apa yang sedang menjadi trend, maka
penyebutan sebagai anak gaul akan melekat secara tidak langsung pada kita. Namun,
jika kegemaran kita adalah hal-hal yang tidak populis, yang terjadi adalah
sebaliknya. Teringat salah satu scene di salah satu drama korea, palyfull kiss.
Ketika Baek Seong Joo mengajari Oh Ha Ni, dia bertanya tentang rumus matematika
yang sedang mereka pelajar, dan Oh Ha Ni tidak bisa menjawab. Lalu Baek seong
Jo menggumam mengapa Ha Ni sangat bodoh. Karena tidak terima, Ha Ni bertanya
balik;
“ kau tahu siapa mereka?” kata Ha Ni sambil menunjuk poster Super Junior dalam formasi lengkap.
“ kau tahu siapa mereka?” kata Ha Ni sambil menunjuk poster Super Junior dalam formasi lengkap.
Baek
Seong Joo tentu saja tidak bisa menjawab karena selama ini dia hanya berkutat
dengan buku bacaan. Lalu, Ha Ni menyebut satu persatu personel SuJu, dan Baek
Seong Joo terkesima karenanya. Dan di akhir Ha Ni mengatakan.
“aku
tidak bodoh, ini hanya masalah kegemaran saja”
Penyebutan
seseorang gaul atau tidak, hampir mirip dengan dialog yang terjadi di atas. Hanya
masalah kegemaran. Jika dia hanya bisa diajak berbicara tentang satu hal, bagi
saya masih tidak bisa disebut gaul. Tapi, ketika seseorang sudah seperti google
berjalan, barulah saya mengatakan dia sebagai anak gaul. Tidak hanya nyambung
dengan hal yang sedang jadi trend, tapi juga dengan hal-hal yang berkaitan
dengan hajat hidup orang banyak.
0 komentar:
Posting Komentar