Minggu, 07 Juli 2013

Gaul Vs Kegemaran



          Kepikiran untuk menulis hal ini setelah di “cap” gaul oleh teman, gara-garanya saya menuliskan sebait lirik lagu dari sebuah band indonesia, kemudian saya menyebutkan judul dan ada di album apa.  Apakah dengan saya mengetahui judul lagu dan album lantas serta merta dianggap gaul?
          Cerita lain yang saya dapat pada kegiatan pagi ini. Gara-gara menggunakan jaket bertuliskan “Super Junior” ada celetukan “wih, gaul, jaketnya super junior”. Atau ketika bahasan yang diangkat adalah seputar produk seni korea, mulai dari serial drama hingga reality show yang memang banyak digemari kalangan muda tanah air, lantar sebutan gaul tersemat pada mereka.
          Sebenarnya, apa definisi dari kata gaul?
          Akhir-akhir ini banyak sekali kata yang mengalami pergeseran makna, tidak terkecuali kata gaul. Jika merujuk pada kamus besar bahasa indonesia, gaul berarti hidup berteman.  Nah, dari definisi ini, seseorang dikatakan sebagai orang gaul adalah dia bukanlah orang yang asosial. Terkait dengan orang seperti apa dia berteman, ini masalah yang lain.
          Lalu mengapa seseorang yang berpakaian mengikuti trend terbaru, mengetahui kabar terbaru dari dunia seni dari korea atau jepang, suka nongkrong di kafe atau sering bermain ke mall-mall disebut anak gaul? Apakah orang  yang menghabiskan waktunya untuk melahap buku dari berbagai disiplin ilmu, tema, atau yang sibuk menghabiskan waktunya dengan bercocok tanam, mengembangkan jenis tanaman, dikatakan tidak gaul?
          Gaul atau tidak, menurut saya hal ini adalah masalah kegemaran. Masalahnya adalah pada istilah yang sudah terlanjur melekat di masyarakat. Ketika seseorang yang sangat menyukai produk seni dari korea, baik drama, musik, atau acara pendukungnya, wajar saja jika dia akan nyambung ketika berdiskusi tentang apa drama terbaru, siapa saja personel grupband ini, apa lagu terbaru dari artis ini, dan lain sebagainya. Namun, apakah dia akan nyambung ketika ada orang yang mengajaknya berdiskusi tentang apa penemuan terbaru dalam dunia perbintangan atau ilmu sel? Belum tentu kan? Hal lain, jika dia sangat menggemari sepak bola, maka acara dan berita seputar sepak bola akan sangat dia kuasai, tapi belum tentu “ngeh” masalah politik tanah air, kecuali yang berkaitan dengan persepakbolaan tentunya.
          Jika kegemaran kita berbanding lurus dengan apa yang sedang menjadi trend, maka penyebutan sebagai anak gaul akan melekat secara tidak langsung pada kita. Namun, jika kegemaran kita adalah hal-hal yang tidak populis, yang terjadi adalah sebaliknya. Teringat salah satu scene di salah satu drama korea, palyfull kiss. Ketika Baek Seong Joo mengajari Oh Ha Ni, dia bertanya tentang rumus matematika yang sedang mereka pelajar, dan Oh Ha Ni tidak bisa menjawab. Lalu Baek seong Jo menggumam mengapa Ha Ni sangat bodoh. Karena tidak terima, Ha Ni bertanya balik;
          “ kau tahu siapa mereka?” kata Ha Ni sambil menunjuk poster Super Junior dalam formasi lengkap.
          Baek Seong Joo tentu saja tidak bisa menjawab karena selama ini dia hanya berkutat dengan buku bacaan. Lalu, Ha Ni menyebut satu persatu personel SuJu, dan Baek Seong Joo terkesima karenanya. Dan di akhir Ha Ni mengatakan.
          “aku tidak bodoh, ini hanya masalah kegemaran saja”
          Penyebutan seseorang gaul atau tidak, hampir mirip dengan dialog yang terjadi di atas. Hanya masalah kegemaran. Jika dia hanya bisa diajak berbicara tentang satu hal, bagi saya masih tidak bisa disebut gaul. Tapi, ketika seseorang sudah seperti google berjalan, barulah saya mengatakan dia sebagai anak gaul. Tidak hanya nyambung dengan hal yang sedang jadi trend, tapi juga dengan hal-hal yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak.

0 komentar:

Posting Komentar