“Jodoh yang tertulis namanya di sisi Allah itu ujian. Akankah kita jemput di jalan Ridha atau MurkaNya. Orang sama, boleh beda dalam rasa”
~Salim A. Fillah~
Potongan
SMS yang saya terima dari teman saya.
“orang
sama,beda rasa. Apanya yang sama?” tanyanya kemudian.
Beberapa
ayat dan hadist yang saya ingat terkait hal ini.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud
ra. Katanya: Telah menceriterakan kepada kami Rasulullah saw ( orang yang
selalu benar dan dibenar kan) :”sesungguhnya
salah seorang dari kamu sekalian dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya
selama empat pulah hari berupa air mani. Kemudian menjadi segumpal darah dalam
waktu empat puluh hari. Kemudian menjadi segumpal daging dalam waktu empat
puluh hari. Lalu diutus seorang malaikat kepada janin tersebut dan ditiupkan
ruh kepadanya dan malaikat tersebut diperintahkan untuk menuliskan empat
perkara, yaitu: menulis rizkinya, batas umur-nya, pekerjaannya dan kecelakaan
atau kebahagiaan hidupnya”
“ Wanita-wanita yang tidak baik untuk
laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita
yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang
baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26)
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang
mengubah apa apa yang pada diri mereka ”~Ar Ra’du:11~
Beberapa
skenario yang mungkin terjadi.
Cerita
1.
Laki-laki
A, sudah ditakdirkan berjodoh dengan B sejak usia kandungan ibu mereka 4 bulan.
Ditakdirkan sebagai tetangga, satu desa, satu sekolah dari TK hingga SMA. Saat usia
pubertas mulai menyapa, ketertarikan pada lawan jenis muncul. Karena kepahaman
akan hubungan antar lawan jenis memiliki batasan-batasannya, perasaan tertarik
satu sama lain yang mereka pendam sejak awal SMP, tidak mereka tunjukkan. Hingga
saat si A sudah siap, dia menyampaikan pada kedua orang tuanya untuk melamar si
B. Maka, diwaktu yang sudah ditakdirkan untuk mereka, mereka menikah.
Cerita
2.
Laki-laki
A, sudah ditakdirkan berjodoh dengan perempuan B sejak usia kandungan ibu
mereka 4 bulan. Ditakdirkan sebagai tetangga, satu desa, satu sekolah dari TK
hingga SMA. Saat usia pubertas mulai menyapa, ketertarikan pada lawan jenis
muncul. Si A tertarik pada perempuan C, dan Si B tertarik pada laki-laki D. Si A
dan si C melakukan aktivitas bernama pacaran dengan alasan ketertarikan satu
sama lain. Pada suatu masa, saaat lulus SMA, A dan C berpisah, A berkuliah di
luar kota, dan setelah lulus kembali ke kampung halaman dan bekerja di sana. Sedangkan
si B, karena paham akan batasan hubungan antar lawan jenis, dia tidak
menanggapi ajakan si D untuk berpacaran. Hingga saat waktu yang sudah
ditakdirkan untuk A dan B tiba, A kembali dipertemukan dengan B, merasa siap
dan cocok, A meminta orangtuanya melamar B untuknya.
Cerita
3.
Laki-laki
A, sudah ditakdirkan berjodoh dengan B sejak usia kandungan ibu mereka 4 bulan.
Ditakdirkan sebagai tetangga, satu desa, satu sekolah dari TK hingga SMA. Saat usia
pubertas mulai menyapa, ketertarikan pada lawan jenis muncul. Kebersamaan satu
sekolah mulai dari SD hingga SMA, ditambah kedekatan tempat tinggal, membuat
mereka tertarik satu sama lain. Akibat kurang pahamnya mereka pada batasan
tentang pergaulan antar lawan jenis, saat SMA, mereka berpacaran. Hingga A
kuliah, status hubungan itu berlanjut. Dan saat A sudah lulus kuliah dan
bekerja, merasa sudah siap untuk menikah, A meminta orang tuanya melamarkan B
untuk A.
Dan
banyak skenario lain yang mungkin terjadi, dan tidak sesedarhana kisah di atas.
Yang saya pahami tentang jodoh adalah, bahwa dia sudah disiapkan untuk kita. Entah
kapan dan dengan siapa? Itu yang masih menjadi misteri hingga kita
dipertemukannya. Dan saat menunggu itu, begitu banyak pilihan-pilihan yang
menjadi ujian dan godaan untuk kita. Akankah kita jemput jodoh kita dengan
keberkahan, atau kemurkaan Nya? Keberahan karena kita dengan sekuat diri,
menjaga hati dan diri hanya untuk orang yang dihalalkan untuk kita nantinya. Sekuat
diri menyiapkan diri dan hati agar suatu hari nanti dipertemukan dalam kondisi
diri terbaik.
Sebaliknya,
akankah kita jemput jodoh kita dengan kemurkaan Nya? Karena saat seseorang itu
dihalalkan untuk kita, ternyata proses yang sudah kita lalui tidak
diberkahinya. Pacaran, dll misalnya. Bahkan menikah dalam kondisi yang
terpaksan, MBA istilah yang populer. Na’udzubillah.
Seperti
judul yang saya sematkan, “Keberkahan itu di tangan kita”. Ya, Allah hanya
menetapkan orang dan kapan kita dipertemukannya. Tapi tidak dengan proses yang
kita jalani. Proses itu, sepenuhnya kita yang tentukan. Dan disinilah perbedaan
rasa itu. Orang sama, tapi proses berbeda yang kita lalui, akan membuat rasa
itu berbeda.
0 komentar:
Posting Komentar