Senin, 05 Agustus 2013

Keberkahan itu di Tangan Kita



“Jodoh yang tertulis namanya di sisi Allah itu ujian. Akankah kita jemput di jalan Ridha atau MurkaNya. Orang sama, boleh beda dalam rasa”
~Salim A. Fillah~
Potongan SMS yang saya terima dari teman saya.
“orang sama,beda rasa. Apanya yang sama?” tanyanya kemudian.

Beberapa ayat dan hadist yang saya ingat terkait hal ini.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra. Katanya: Telah menceriterakan kepada kami Rasulullah saw ( orang yang selalu benar dan dibenar kan) :”sesungguhnya salah seorang dari kamu sekalian dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya selama empat pulah hari berupa air mani. Kemudian menjadi segumpal darah dalam waktu empat puluh hari. Kemudian menjadi segumpal daging dalam waktu empat puluh hari. Lalu diutus seorang malaikat kepada janin tersebut dan ditiupkan ruh kepadanya dan malaikat tersebut diperintahkan untuk menuliskan empat perkara, yaitu: menulis rizkinya, batas umur-nya, pekerjaannya dan kecelakaan atau kebahagiaan hidupnya”

“ Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26)

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ”~Ar Ra’du:11~

Beberapa skenario yang mungkin terjadi.
Cerita 1.
Laki-laki A, sudah ditakdirkan berjodoh dengan B sejak usia kandungan ibu mereka 4 bulan. Ditakdirkan sebagai tetangga, satu desa, satu sekolah dari TK hingga SMA. Saat usia pubertas mulai menyapa, ketertarikan pada lawan jenis muncul. Karena kepahaman akan hubungan antar lawan jenis memiliki batasan-batasannya, perasaan tertarik satu sama lain yang mereka pendam sejak awal SMP, tidak mereka tunjukkan. Hingga saat si A sudah siap, dia menyampaikan pada kedua orang tuanya untuk melamar si B. Maka, diwaktu yang sudah ditakdirkan untuk mereka, mereka menikah.
Cerita 2.
Laki-laki A, sudah ditakdirkan berjodoh dengan perempuan B sejak usia kandungan ibu mereka 4 bulan. Ditakdirkan sebagai tetangga, satu desa, satu sekolah dari TK hingga SMA. Saat usia pubertas mulai menyapa, ketertarikan pada lawan jenis muncul. Si A tertarik pada perempuan C, dan Si B tertarik pada laki-laki D. Si A dan si C melakukan aktivitas bernama pacaran dengan alasan ketertarikan satu sama lain. Pada suatu masa, saaat lulus SMA, A dan C berpisah, A berkuliah di luar kota, dan setelah lulus kembali ke kampung halaman dan bekerja di sana. Sedangkan si B, karena paham akan batasan hubungan antar lawan jenis, dia tidak menanggapi ajakan si D untuk berpacaran. Hingga saat waktu yang sudah ditakdirkan untuk A dan B tiba, A kembali dipertemukan dengan B, merasa siap dan cocok, A meminta orangtuanya melamar B untuknya.
Cerita 3.
Laki-laki A, sudah ditakdirkan berjodoh dengan B sejak usia kandungan ibu mereka 4 bulan. Ditakdirkan sebagai tetangga, satu desa, satu sekolah dari TK hingga SMA. Saat usia pubertas mulai menyapa, ketertarikan pada lawan jenis muncul. Kebersamaan satu sekolah mulai dari SD hingga SMA, ditambah kedekatan tempat tinggal, membuat mereka tertarik satu sama lain. Akibat kurang pahamnya mereka pada batasan tentang pergaulan antar lawan jenis, saat SMA, mereka berpacaran. Hingga A kuliah, status hubungan itu berlanjut. Dan saat A sudah lulus kuliah dan bekerja, merasa sudah siap untuk menikah, A meminta orang tuanya melamarkan B untuk A.

Dan banyak skenario lain yang mungkin terjadi, dan tidak sesedarhana kisah di atas. Yang saya pahami tentang jodoh adalah, bahwa dia sudah disiapkan untuk kita. Entah kapan dan dengan siapa? Itu yang masih menjadi misteri hingga kita dipertemukannya. Dan saat menunggu itu, begitu banyak pilihan-pilihan yang menjadi ujian dan godaan untuk kita. Akankah kita jemput jodoh kita dengan keberkahan, atau kemurkaan Nya? Keberahan karena kita dengan sekuat diri, menjaga hati dan diri hanya untuk orang yang dihalalkan untuk kita nantinya. Sekuat diri menyiapkan diri dan hati agar suatu hari nanti dipertemukan dalam kondisi diri terbaik.
Sebaliknya, akankah kita jemput jodoh kita dengan kemurkaan Nya? Karena saat seseorang itu dihalalkan untuk kita, ternyata proses yang sudah kita lalui tidak diberkahinya. Pacaran, dll misalnya. Bahkan menikah dalam kondisi yang terpaksan, MBA istilah yang populer. Na’udzubillah.
Seperti judul yang saya sematkan, “Keberkahan itu di tangan kita”. Ya, Allah hanya menetapkan orang dan kapan kita dipertemukannya. Tapi tidak dengan proses yang kita jalani. Proses itu, sepenuhnya kita yang tentukan. Dan disinilah perbedaan rasa itu. Orang sama, tapi proses berbeda yang kita lalui, akan membuat rasa itu berbeda.



0 komentar:

Posting Komentar