Sabtu, 28 Desember 2013

Betang, Cinta yang Tumbuh dalam Diam (review)


          
Danum lahir dan besar di rumah Betang (rumah adat Kalimantan). Dia jatuh cinta pada dayung sejak pertama kali memilikinya. Tumbuh besar di rumah Betang membuat dirinya berat untuk meninggalkan rumah Betang dan Kakek yang dia panggil Kai, pun untuk menjemput masa depan yang indah bersama dayung yang dia cintai.
          Dehen, sahabat kecil Danum. Bersama mereka menyusuri sungai-sungai,beradu kecepatan dengan dayung pertama mereka. Dehen pindah dari rumah Betang dan menjemput impian menjadi pedayung profesional. Atlet nasional! Keliling dunia! Dan mengibarkan merah putih di negeri orang! keinginan Dehen menular pada Danum.
          Jika Dehen mudah melenggang hingga tingkat nasional, tidak dengan Danum yang berkali-kali gagal. Namun, dukungan dari Kai dan Arba kakaknya membuatnya terus berusaha, juga apa yang pernah dia jalani bersama Dehen.
          Kisah yang klise sebenarnya,namun dengan pengemasan yang manis dengan penuturan yang juga indah, membuat kisah Dehen dan Danum tetap betah diikuti hingga akhir. Walaupun tanpa konflik yang meledak-ledak. Sosok Arba, memberikan warna tersendiri dalam novel ini. quote-quote indah yang tersebar di sepanjang kisah juga menambah keindahan kisah cinta masa kecil ini.
          Selain mengisahkan tentang atlet dayung, cabang olahraga yang tidak populer di Indonesia, namun telah memberikan sebuah prestasi yang membanggakan bagi Indonesia. Dengan membaca novel ini saya jadi tahu tentang olahraga dayung. Konservasi lingkungan di tunjukkan melalui kepeduilan Kai menanam kayu ulin kemudian menyemainya. Tentang kepedulian budaya dayak, digambarkan melalui aktivitas Arba yang menjadi pemandu wisata untuk rumah Betang dan agenda-agenda yang ada di daerah mereka tinggal.

          “Tidak ada kata terlambat, selama kita masih bisa bergerak dan berusaha.” (Arba)

          “tidak ada yang lebih menakutkan daripada kehilangan keberanian!” (Arba)

“tak masalah kamu duduk di haluan atau buritan, asal kamu tetap menggerakkan dayungmu” (Dehen)

“Karena pertandingan tidak melulu tentang kalah dan menang” (Kai)

“Mimpi boleh setinggi yang kau bisa, asal kau tak lupa bangun untuk mewujudkannya” (Arba)

“kau dan aku mungkin berberda, tapi kau dan aku sama-sama sempurna sebagai diri kita” (hal. 5)

“Kadang apa yang terlihat di luar, tidak benar-benar menggambarkan apa yang di dalam” (arba)

“kalah itu perlu, agar kau tahu dunia bukan milikmu” (hal. 52)

“sejauh apapun kau pergi, keluarga tetap menjadi rumah yang indah untuk kembali” (hal. 62)

“tak ada yang salah dengan cinta, selama kau tahu bagaimana menempatkannya” (hal.72)

“ada aturan yang seakan mengekang, tapi percayalah dengan peraturan itu, hidup manusia menjadi lebih mudah” (Arba)

“kadang orang bicara hanya menutupi ketidakmampuannya dalam berusaha” (Arba)

“Ada hal-hal yang tidak perlua menunggu kita sempurna untuk melakukannya” (Dehen)

“Dunia memang sering menyilaukan, tetapi hidup membuat kita menjadi cukup” (hal. 107)

“harapan bisa menjelma kekuatan, tapi bisa berubah menjadi beban, tergantung dari sudut mana kita memandang” (hal. 120)

Gambar-gambar yang saya cari dari google. ingin lebih tahu tentang apa-apa yang disampaikan dalam novel ini.


Bunga Bakung


Bunga Karamunting

Anggrek Hitam

Buah Keledang

Buah Tangkuhis

Kue Lumpang

Batik Batang Garing

Rasau









4 komentar:

  1. Alhamdulillah.
    Makasiiih Mbaak sudah membaca dan meluangkan waktu menulis catatannya. :)

    BalasHapus
  2. iye, ku malah baru tahu ya tuh gambar buah apa... dan apa aja.. masya Allooh.jadi tambah apik postingannya klo lengkap gak bikin pensaran :D

    BalasHapus