“aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menghindarkan aku dari air bah!”
Kalimat yang sarat dengan kesombongan itu disampaikan oleh anak dari seorang Nabi ratusan ribu tahun yang lalu. Sejarah itu tertulis di dalam al qur’an surat Hud ayat 43 sebagai pelajaran bagi generasi selanjutnya, yaitu ummat Nabi Muhammad. dan, hal yang hampir sama aku dapatkan dari artikel jawa pos tanggal 27 september lalu.
“seorang arsitek asal Rusia mengantisipasi kemungkinan gempa bumi dahsyat dan sejumlah bencana lain sebagi dampak pemanasan global (global warming). Begitu pula banjir besar dan dahsyat seperti yang terjadi di zaman nabi Nuh”
Kalimat di atas adalah kalimat pembuka dari artikel yang berjudul “Hotel Masa Depan Antibanjir dan Gempa” yang dimuat di Jawa Pos tanggal 27 september 2012. Artikel yang dikutip dari dailymail ini menceritakan tentang rancangan hotel masa depan karya arsitek Rusia bernama Alexander Remizov yang diberi nama The Ark. Hotel yang diklaim akan mampu bertahan dan berdiri tegak setelah diterpa banjur dan gempa bumi ini didesian berbentuk cangkang yang bisa dibangun didarat ataupun dilaut. Selain bangunan antibanjir dan gempa, hotel didesian senyaman mungkin untuk penghuninya. Di dalam hotel ditanam berbagai tumbuhan hijau. Sang arsitek menuturkan bahwa ada dua kebutuhan utama yang ingin dipenuhi melalu bangunan tersebut. “pertama adalah kemanan dan upaya mengangkal efek dari perubahan iklim. Kedua, lingkungan alami yang melindungi penghuninya.” Walaupun diklaim sebagai bangunan ramah lingkungan karena memiliki tanaman di dalamnya, tetap saja tidak dapat menjadi solusi dari akan semakin banyaknya bencana alam yang terjadi. baik karena memang diatur oleh Allah, atau karena ulah manusia.
Kenapa tidak mengatasi penyebabnya?
Dalam disiplin ilmu keperawatan yang saya jalani selama lima tahun ini, kami diajarkan untuk menangani masalah dari penyebabnya. Jadi walaupun manisfestasi klinis atau gejala yang ditimbulkan berbeda, penanganan sama jika penyebabnya sama. Misal, seseorang mengalami kenaikan suhu (hipertemi) dan menurunnya produksi air kencing. Setelah dilakukan pengkajian ternyata penyebabnya adalah karena orang tersebut kurang minum. Maka, langkah yang tepat untuk mengatasi kenaikan suhu tersebut bukan dengan mengompres atau memberikan obat penurun panas, tetapi dengan memberikan minum yang banyak. maka dua masalah itu dapat diatasi sekaligus.
Begitu juga dengan pemanasan global yang menjadikan arsitek asal rusia tersebut membuat hotel antibanjir dan gempa. Bukankah lebih baik ketika melakukan perbaikan di sector hutan misalnya, banyak melakukan penanaman pohon sehingga tidak semakin banyak CO2 yang ada di udara yang akhirnya membuat suhu bumi semakin naik.
Memang, permasalahan penghijauan bukanlah masalah yang menjadi disiplin ilmu sang arsitek. Tapi bagi saya yang orang awam, membangun hotel besar semacam itu akan justru membuat proses global warming semakin cepat karena akan ada lahan yang harus dibebaskan, dan itu berarti kembali mengunduli bumi. atau jika hotel itu dibangun di laut, maka juga akan mengganggu ekosistem dilut. Jadi dari pada mengeluarkan banyak uang untuk membangan hotel mewah yang keamanannya tidak dijamin 100%, mengapa tidak mengalokasikan dana itu untuk perbaikan tanah dan konversi hutan?
Hanya untuk orang kaya
Bangunan secanggih dan semewah itu siapa lagi yang akan menempati jika bukan kalangan “Ber-uang”? “bangunan terapung itu laksana dunia yang aman bagi mereka yang ingin terbebas dari bencana, …” begitu yang tertulis di artikel tersebut. Setiap orang memimpikan terbebas dari bencana. Karena itulah fitrahnya, seperti yang disebutkan Maslow dalam hirarki nya. namun, berapa uang yang diperlukan untuk “mencicipi” bangunan semewah dan merasakan keamanan yang diberikan? Apakah hak hidup hanya dimiliki oleh orang-orang kaya?
Karena Allah selalu memiliki cara untuk menguji hamba-hambaNya. Maka ikhtiar apapun yang dilakukan oleh manusia, jika Dia tidak ridho, makan hal itu tidak akan ada arti apa-apa
0 komentar:
Posting Komentar