Selasa, 24 September 2013

First time ini Bromo : Kesan dan Pesan


            
Sunrise
Pengalaman pertama ke daerah wisata TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger) atau biasa disingkat Bromo, aku menemukan beberapa hal yang bisa aku bagi dengan teman-teman yang belum aku dapat dari dengar cerita teman yang pernah ke sana atau dari tulisan yang aku baca, baik internet, artikel di majalah, atau di buku.
Baju Hangat
Tidak disangkal jika suhu di Bromo dingin. Rasanya seperti sebuah ruangan yang ber AC dengan setting suhu 16O C. Saat masih di dalam kendaraan tidak terasa memang, tapi ketika keluar dan semakin ke atas mendekati puncak, suhu semakin turun. Belum lagi angin yang berhembus cukup kencang selama perjalanan dan ketika di bibir kawah. Maka, menggunakan baju hangat adalah suatu kewajiban jika kita tidak ingin kedinginan. Tidak sampai menyebabkan hipothermy memang, namun mempersiapkan segalanya bukanlah suatu kesalahan.
Tentang suhu dingin ini, aku punya pendapat sendiri. Bagi ku suhu di bromo tidak terlalu dingin. Yah, semacam berada di ruangan dengan suhu 16o c, dan hanya berisi satu orang J . jadi, aku tidak perlu menggunakan berlapis-lapis baju. Cukup dua kaos dan satu jaket. Tapi bagi teman-teman yang tidak tahan dingin, mempersiapkan jaket yang lebih mampu menahan dingin bisa menjadi pilihan.
Bekal
Ini adalah kali pertama aku melakukan “pendakian”, jadi bayangannya sedikit berlebihan. Sejak dari asrama, mempersiapkan dua botol air mineral ukuran 1,5 lt, coklat,madu, dan susu. Tapi ternyata, itu semua tidak begitu perlu. Karena nyatanya banyak penjual di sepanjang rute menuju bibir bromo L. Jika kita tidak mau ribet dan punya kelebihan uang, kita bisa membeli makanan dan minuman di penjual yang ada di sepanjang rute. Ada mie instan, air mineral, isotonik, dan juga susu atau kopi. Jadi aku berkesimpulan, berkunjung ke Bromo bagi orang indonesia seperti mendaki gunung fuji bagi orang jepang (dari cerita yang aku dapat dari blog seseorang yg kuliah di Jepang). Intinya, tidak perlu persiapan yang “wah” untuk mendaki lereng gunung bromo menuju ke kawahnya.
Jika pun kita ingin membawa bekal, cukuplah satu botol air mineral ukuran 600 ml, karena ternyata... aku tidak haus dan berniat minum. Alasan lain adalah karena kompensasi yang didapatkan sedangkan fasilitasnya tidak ada. Apa itu? Ada di penjelasan selanjutnya.
Toilet
Fasilitas ini hanya ada di parkiran, rute menuju lautan pasir, dan parkiran terkhir untuk kendaraan di lautan pasir. Jadi, ketika kita sudah melakukan perjalanan menuju ke bibir kawah, jangan harap bertemu dengan tempat yang satu ini. Nah, inilah yang aku maksud kompensasi yang tidak seimbang itu. Yups, metabolisme tubuh dan sarana yang dibutuhkan tidak seimbang. Dalam kondisi dingin, tubuh akan susah berkeringat, sedangkan kita bisa merasa haus karena pendakian yang kita lakukan. Sehingga, saat kita minum, maka air tersebut akan dikeluarkan sebagai air seni. Nah, di sinilah yang sedikit menimbulkan masalah. Di bibir kawah,  hingga lapangan pasir, tidak ada toilet yang tersedia. J jika kita banyak minum, maka keasyikan kita menatapa sunrise dan berfoto di sepanjang jalan kembali, akan sedikit terganggu. (pengalaman pribadi) L tapi, itu kembali pada pribadi masing-masing kok.
Tempat Sampah
ini yang aku sukai. Barang yang satu ini tidak sulit ditemui di sepanjang rute menuju bibir kawah,bahkan di bibir kawah pun tersedia. Jadi, tidak ada alasan untuk kita membuang sampah sembarangan. Namun, masih saja aku lihat bungkus mie instan, bungkus air mineral, berkeliaran di sepanjang rute. L
“jangan meninggalkan apapun kecuali jejak kaki”



Tidakkah mereka pernah tahu pesan itu? Ah, sedih rasanya.
Jangan corat coret!
Selain beberapa sampah yang aku temui, aku juga banyak menemukan banyak sekali coretan di sepanjang gagang tangga L. Sungguh merusak pemandangan. Apa menyenangkannya coba corat coret di situ? Tulis nama, tanggal, lagian siapa yang bisa kenal mereka? Mau tunjukkan kalo mereka pernah ke bromo,begitukah? Argh,,, benar-benar merusak pemandangan.
Siapapun kamu, jika mencintai keindahan, sebaiknya tidak melakukan seperti di bawah ini...
jangan meninggalkan apapun fasilitas umum, apa lagi jika itu adalah tempat wisata... hanya akan merusak. cukuplah foto-foto yang kalian ambil sebagai kenang2an,,, dari pada coretan yang hanya merusak keindahan tempat tersebut
Oh, ini toh orang Tengger?
Tengger, hanya aku tahu dari membaca. Jaman sekolah dan beberapa bacaan yang lain. Suku tengger dengan agama hindunya, dengan upaca kasodo nya, dan slempang sarungnya. Itu saja yang aku tahu. Aku lupa, tidak pernah belajar tentang bahasa yang mereka gunakan. Dan ternyata? Oh ternyata...
Ketika persiapan turun dari mobil, kami disambut oleh tiga orang penjual slayer dan topi. Sambil mereka menunggu kami turun, mereka bercakap-cakap satu sama lain. Dan bahasa yang terdengar olehku? MADURA. Di mana-mana ada orang madura ya?
“bapak orang madura?” kata sepupuku memulai basa-basi.
“bukan mbak, ini kan probolinggo. Jadi bahasanya sama” jawab salah satu dari bapak tadi.
Ups, aku salah duga. Ya ya... ini kami sekarang ada di probolinggo yang memang banyak dari masyarakatnya menggunakan bahasa madura. Tapi aku tidak menduga kalo bahasa yang mereka gunakan adalah juga bahasa madura.
Sebentar; probolinggo, lereng gunung bromo, tengger? Apakah mereka suku tengger? Suku dengan agama hindu, upacara kasodo dan slempang sarung itu? Subhanallah, ternyata. Ini toh suku tengger itu. Dan kepastian itu aku dapatkan ketika memasuki toilet yang ada di salah satu penginapan. Aku dapati gambar dewa wisnu. Ok, satu hal lagi yang aku tahu dari suku tengger: beragama hindu, upaca kasodo, dan mereka berbahasa madura. Bahasa madura dengan dialeg bangkalan.
Souvenir
Tengah malam kami tiba di kawasan TNBTS. Sesaat setelah parkir, kami langsung didekati oleh para penjual slayer, topi dan sarung tangan. Bagiku, harga barang-barang itu cukup terjangkau. Slayer dan topi seharga Rp. 10.000, sarung tangan yang biasa Rp. 5.000, yang agak tebal Rp. 8.000. kualitasnya lumayan. Jika kita tidak membawa barang-barang ini dari rumah, kita bisa membelinya di sini. Namun, jika sudah membawa, tidak ada salahnya membeli untuk souvenir khas dari Bromo. Saat pagi menjelang, penjual kaos yang akan mendekati. Nah, untuk yang satu ini, kita masih bisa menawar. Harga awal yang dipatok,bisa turun hingga 30%. Misal, dari Rp. 15.000 untuk harga kaos anak, bisa jadi Rp. 10.000, untuk dewasa yang awalnya Rp. 20.000 bisa jadi Rp. 17.000. tergantung kemampuan menawar. J
Kendaraan ke Bromo
Apa kendaraan yang dipilih untuk mengunjungi bromo? Mobil pribadi, angkutan umum, atau motor?
Jika memilih menggunakan mobil pribadi (bukan hardtop) atau bison, kita bisa parkir di atas. Yang lama tempuh dari parkiran menuju bibir kawah hanya 1,5 jam. Jika kita menggunakan motor, kita bisa menggunakannya hingga memasuki lautan pasir, ini tergantung seberapa tangguh motor yang kalian bawa. Bahkan bisa sampai ke tanjakan menuju kawah. Hal ini bisa dilihat ketika pagi, begitu banyak jasa ojek motor yang menawarkan untuk mengantar kita menuju parkiran.
Jika memilih menaiki angkutan umum? Untuk yang satu ini saya kurang tahu. Maaf.
Selama di Lautan pasir – namanya kaldera – kita bisa menggunakan jasa sewa kuda, atau ojek, atau hardtop. Ini punya kelebihan masing-masing. Jujur, secara harga saya kurang tahu. Karena tidak memakai ketiganya. Tapi secara kebaikan, ah, terserah kalian menilainya.
Jika kita memilih naik kuda, - harga sewa mulai Rp. 25.000 – kita bisa menggunakannya sampai diujung tangga (apa mungkin hingga bibir kawah? Aku tidak lihat), karena ini yang aku lihat. Sedangkan kalo naik ojek, hanya bisa sampai pura, pun dengan hardtop. Tapi, dua kendaraan ini bisa kalian pilih untuk digunakan ketika akan kembali menuju parkiran. Ongkos ojek mulai Rp. 20.000, tapi bisa juga Rp. 10.000. ketika tawaran pertama tidak langsung kita iyakan, mereka akan mengikuti dan menurunkan harganya. Pun dengan hardtop. Jika awalnya bisa Rp. 50.000/orang, ketika sudah perjalanan pulang bisa hanya Rp. 10.000/orang.

            Sekian tentang kesan dan pesan selama di Bromo. Semoga kesempatan lain bisa mengunjungi tempat lain, seperti bukit teletubbies, bahkan jika bisa menyaksikan upacara kasodo. Namun untuk saat ini, aku cukup berpuas dengan apa yang sudah aku dapatkan.

0 komentar:

Posting Komentar