Belajar keteguhan dalam bertahan terhadap suatu yang diyakini dari diri seorang Muhammad ketika pemuka quraisy mendatanginya dan menawarkan kenikmatan dunia.
“apa yang kau cari hai Muhammad? Jika yang kau ingini dari mempejuangkan ini adalah uang, kami akan memberikannya padamu sebanyak yang kamu minta asal engkau bersedia berhenti menyeru orang untuk mengikutimu. Jika yang engkau melakukan ini untuk mendapatkan pangkat, kami akan menjadikanmu pemuka kaum disini. Atau jika kamu menginginkan wanita, kami akan menikahkan engkau dengan gadis paling cantik dari kaum kami. Dengan syarat engkau menghentikan apa yang sudah engkau lakukan selama ini.” Begitulah tawaran yang diberikan para pemuka quraisy untuk menghentikan nabi Muhammad menyerukan kebenaran islam. Tapi apa jawaban beliau?
“meskipun kalian meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan ditangan kiriku, tidak akan sanggup menghentikan aku untuk terus menyeru manusia meyakini kebenaran yang aku bawa”
Dan semua orang terdiam mendengar pernyataan dari seorang Muhammad yang sangat meyakini kebenaran yang dia bawa.
Belajar keteguhan dalam bertahan terhadap suatu yang diyakini dari diri seorang Ka’ab bin malik ketik raja Ghassan dari syams menawarinya kedudukan di kerajaan yang dia pimpin ketika ka’ab menghadapi boikot dari seluruh kaum muslimin akibat mangkirnya dia dari perang.
Ketika itu ka’ab merasa bumi sempit baginya. Hidup dalam kesendirian. Diasingkan. Bahkan oleh keluarganya sendiri. Bahkan istrinya harus dia antar kerumah orang tuanya. Saat itulah tawaran yang sangat menggiurkn itu datang.
“Orang-orang di pasar itu menunjuk kepadaku, lalu orang itu datang kepadaku dan menyerahkan sepucuk surat kepadaku dan menyerahkan sepucuk surat dari raja Ghassan. Setelah kubuka, isinya sebagai berikut, “… Selain dari itu, bahwa sahabatmu sudah bersikap dingin terhadapmu. Allah tidak menjadikan kau hidup terhina dan sirna. Maka, ikutlah dengan kami di Ghassan, kamu akan menghiburmu!”
Hatiku berkata ketika membaca surat itu, “Ini juga salah satu ujian!” Lalu aku memasukkan surat itu ke dalam tungku dan membakarnya.”
Begitulah seorang ka’ab bin malik bertahan terhadap apa yang diyakini.
Belajar keteguhan dalam bertahan terhadap suatu yang diyakini dari diri seorang yusuf ketika dia menolak untuk ta’at dalam hal keburukan kepada majikannya. Maka dia berdo’a pada Tuhannya.
“Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh."(Q.S: yusuf :33)
Mekipun penjara yang pada awalnya dia dapatkan, tapi pada akhirnya dia mendapatkan suatu kedudukan tinggi di kerajaan Mesir di mana dia pernah dipenjarakan.
Belajar keteguhan dalam bertahan terhadap suatu yang diyakini dari diri seorang Ramah ketika dia ditawarkan untuk “berdamai” dengan kasus yang sedang dia hadapi.
“jika bapak bersedia membayar sejumlah yang sudah kita sepakati, kasus ini akan diputihkan. Dan bapak bisa pulang sekarang juga.”
“apa yang harus saya bayarkan? Ada uangpun saya tidak akan membayarkan. Untuk apa?”
Jika bapak tidak menngikuti kesepakatan, bapak akan dipenjara. Bagaimana dengan nama baik bapak dan keluarga bapak?”
“jika itu yang saya harus hadapi, saya akan menghadapi” saya lebih baik dipenjara daripada menyerah pada apa yang tidak saya lakukan”
“silahkan hubungi kaeluarga bapak, bapak akan masuk penjara saat ini juga”
Ya, seperti itulah keteguhan seorang ramah menghadapi kasus yang dia tidak mengetahui kenapa dia ditetapkan sebagai tersangka. Tapi yang dia yakini, adalah tidak menutup sebuah kesalahan dengan kesalahan yang lain. Meskipun kesalaan itu tidak dia lakukan. Dia rela masuk penjara dari pada berdamai dengan sesuatu yang dia tidak tahu kenapa hal ini menimpanya?
Ya Allah, semoga aku bisa mengambil pelajaran dari orang-orang yang sudah Engkau karunia keteguhan hati untuk bertahan dalam kebenaran ketika aku menghadapi hal serupa.
Ujian yang akan mengangkat derajat hamba kepada Sang Pencipta...
BalasHapustinggal bagaimana kita bisa menyikapi ujian yang diberikan agar tujuan itu tercapai
BalasHapus