This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 17 Juli 2013

Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah; Kisah Tentang Cinta yang Terpendam


                Sama seperti novel Sunset Bersama Rosie, dalam karya ini bertaburan kata-kata bijak tentang cinta dan perasaan. Kalimat bijak yang banyak muncul dari seorang tokoh bernama Pak Tua. Jadi, setiap kali bertemu dengan kalimat bijak, ingin rasanya menggaris bawahi. Namun aku sadar, buku ini bukan milik pribadi.
                “Cinta sejati selalu menemukan jalan. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirundung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, serta berbagai perangai norak lainnya. Tidak usahlah kau gulana, wajah kusut. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya. Kebetulan yang menakjubkan.”
"Dunia terus berputar. Perasaan bertunas, bahkan berkembang biak di tempat yang paling mustahil dan paling tidak masuk akal sekalipun. perasaan-perasaan kadang dipaksa tumbuh di waktu dan orang yang salah"        
" Perasaan adalah perasaan, meski secuil, walau setitik hitam di tengah lapangan putih luas, dia bisa membuat seluruh tubuh jadi sakit, kehilangan selera makan, kehilangan semangat. Hebat sekali benda bernama perasaan itu. Dia bisa membuat hari mu berubah cerah dalam sekejap padahal dunia sedang mendung, dan di kejap berikutnya mengubah hari mu jadi buram padahal dunia sedang terang benderang"    
   Hal yang menarik lain adalah sejarah asal muasal nama Pontianak yang merupakan nama kota dimana kisah ini muncul. Ternyata nama Pontianak berasal dari nama hantu. Aku tertawa mengetahui fakta ini. dan ketika awal kisah diawali dengan “ entah ini pagi keberapa sejak di hantu ponti bertekuk lutut” aku akan tersenyum.
                Kau, aku, dan sepucuk angpau merah menyuguhkan cerita cinta yang berbeda dari yang lain, dan berbeda dari karya tere liya yang sudah saya baca. Ok, memang bukan kisah cinta yang manja. Kisah ini penuh dengan perjuangan dan kerja keras. Namun, jika dibandingkan dengan karya yang lain, aku tidak terlalu suka. Borno dan Mei, ada satu hal yang tidak diperhitungkan dalam kisah mereka. Walaupun, pesan-pesan tetap tersampaikan. Novel ini juga berkisah tentang bagaimana seorang Borno bekerja keras untuk merubah nasibnya. Dari pekerja yang sering berganti-ganti, menjadi pengemudi sepit, dan akhirnya memiliki bengkel. Semua butuh perjuangan. Kau, aku, dan sepucuk angpau merah menyajikan kisah yang sederhana. Bahwa masih ada kearifan ditengah kemodernan yang mengikis moral.

Melihat Bumi Indonesia yang Indah


                Film ini tidak begitu luar biasa dari jalan cerita. Namun ide yang diangkat akan membuat kita sadar bahwa ada bumi indah dan luar biasa yang masih hidup dalam kegelapan dalam arti sebenarnya. Kegelapan ilmu dan penerangan listrik. Papua, yang berada di  timur indonesia adalah bagian wilayah indonesia yang akan mendapatkan sinar matahari terlebih dahulu, namun tidak untuk cahaya ilmu yang – banyak dari – anak-anak papua rindukan. Guru yang diharapkan membawa pelita itu tidak kunjung hadir. Jadilah mereka hanya bernyanyi, bermain, bahkan karena tidak ada yang dapat mereka kerjakan mereka meminta pekerjaan. Mereka lebih memilih berkeja dari pada sekolah. Di awal kisah ini, kita sudah disuguhkan dengan pemandangan pegunungan papua yang luar biasa indah. Apa lagi menontonnya dari layar datar selebar layar bioskop. Rasanya seperti berada di sana langsung. Agak berlebihan mungkin, maklum tidak pernah menonton film langsung di bioskop. Selama ini hanya menontok di TV atau di layar laptop. Inilah kelebihan film-film karya Alenia. Seperti halnya DENIAS, senandung di atas awan. Keindahan bumi papua tereksplor dengan baik. Sangat menakjubkan.
                Banyak adegan berlari di film ini. saat mazmur memberitahukan bahwa guru pengganti tidak jadi mengajar, anak-anak berlarian sambil menyanyikan lagu hymne guru, saat mereka akan bermain menuju sungai mereka berlari, bahkan ada scene di mana mazmur dan Thomas harus melepaskan burung merpati jantan sejauh 10 km, kembalinya mereka berlari. saya tidak bisa bayangkan seberapa jauh itu, apalagi dengan kontur bumi papua yang pegunungan seperti itu. ya, jadi wajar jika orang papua banyak yang jago dalam bidang atletik.
                Ada dialog yang menyentil di sini. Saat vina, istri Michael yang bukan orang papua berbelanja kaget dengan total harga belanjaan yang dibeli. Rp. 3.800.000,- total harganya. Vina kaget dan minta penjelasan.
                “hah? 10 kg minyak goreng Rp. 300.000,-, dua karung beras Rp. 1.500.000. pantas pada minta merdeka.”
                “ ya, kan barang di bawa pakai pesawat ke sini” begitu jawab pemilik warung.
                Ya, begitulah kenyataan yang ada. Biaya hidup papua yang sangat mahal. Namun kondisi kehidupan yang jauh dari kata sejahtera. Karena minimnya sarana transportasi, harga bahan pokok di papua melonjak berkali-kali lipat.
                Di film ini selain adegan lucu dari tingkah polos anak-anak, juga ada adegan menyedihkan dari mereka. Saat suryani memohon pada dokter Fatimah untuk merawat ayahnya yang terlukan akibat peperangan yang akhirnya mereka lakukan. Namun dokter Fatimah tidak mengobatinya dengan alasan tidak membawa obat, dia berlalu begitu saja. Dan saat Thomas juga memohon untuk menyembuhkan ayahnya – yang juga kena panah saat berperang. Namun, terlambat. Nyawanya ayahnya juga tidak dapat tertolong. Dari awal, ada adegan mengharukan. Saat Mazmur memberitahukan bahwa guru pengganti tidak datang, dan mereka menyanyikan lagu Hymne guru sambil berlari. Lirik lagu sangat pas dengan apa yang mereka butuhkan. Sebuah pelita. Namun, pelita itu tak kunjung datang.

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku

Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu

Engkau sebagai pelita dalam kegelapan

Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa

Pesan yang ingin disampaikan bagus. Namun ada hal yang sedikit mengganggu. Baiklah, ini memang settingnya di papua dengan mayoritas masyarakat Bergama nasrani. Maka jadilah banyak lagu-lagu kristiani, dan puji-pujian kristiani. Bahkan ketika perdamaian itu terjadi, mazmur dan kawan- kawan menyanyikan lagu kristiani dalam bahasa papua. Tokoh yang juga berpengaruh dalam film ini adalah sosok pendeta yang diperankan oleh lukman sardi. Nah, ketika ada adegan itu… sedikit tidak nyaman. Yang dapat diambil adalah, bahwa mereka membutuhkan agama untuk membuat mereka tidak berpikiran primitive lagi.
                Lebih dari semua itu. senang ada film semacam ini. anak-anak itu memang harus mendapatkan konsumsi hiburan yang sesuai umur mereka. Tidak dipaksakan untuk menikmati apa yang hanya cocok untuk orang dewasa, sehingga mereka dewasa sebelum waktunya. Dan, awal yang saya temui adalah penonton film ini tidak banyak saat saya menonton. Tidak sampai separuh. Saya berpikir positif saja bahwa hari itu bukan saat libur. Sehingga tidak banyak orang yang ke bioskop. Setelah film ini, ada film anak-anak lagi yang didedikasikan untuk AT Mahmud. Semoga semakin banyak film sejenis. Yang mengesplor keindahan indonesia, bukan “keindahan” manusia indonesia.

Ulasan (sedikit) tentang Novel sunset bersama Rosie


Namun, kesempatan itu kembali terbuka ketika bom jimbaran mengambil Nathan dari Rosie dan empat orang anak yang luar biasa, Anggrek, sakura, jamine, dan Lili. Tegar, yang merasa bagian dari keluarga Rosie, tanpa berpikir panjang segera menemui Rosie dan anak-anaknya di lokasi bencana. Sampai-sampai dia lupa rencana pertunangannya dengan gadis yang selama lima tahun ini dekat dengannya, Sekar. Tanpa Tegar sadari, dia mulai menyulam kesempatan itu lagi. Janji-janji yang dia berikan pada Sekar tidak kunjung mampu dia tunaikan hingga dua tahun kemudian. Saat dia sudah mulai lupa, suatu peristiwa membuatnya kembali ingat dan akhirnya mengambil kesempatan untuk bersama Sekar. Tapi, sebuah fakta masa lalu terkuak yang membuat Tegar kembali bingung yang akhirnya dia menyerahkan pada Tuhan apa yang terbaik untuk hidupnya. Karena bersama Sekarlah kesempatan yang dia rasa harus dia ambil.
Tegar yang merupakan tokoh serba tahu dalam novel ini saya nilai sebagai orang yang plinplan dan tidak berani mengambil keputusan. Dia tidak pernah mampu memastikan apa yang dia hadapi, dan tidak bisa mengenali apa yang sebenarnya dia mau. Tegar, sungguh tokoh yang serba tahu. Dengan sudur pandang Tegar sebagai aku, dia tahu semua. Bahkan ekspresi wajah di serbang telpon dia juga tahu.
Sunset bersama Rosie, entah bagaimana saya menilai novel ini. entah bagus atau tidak. Saya tidak bisa menangkap apa pesan yang mau di sampaikan penulis dalam novel ini. keluarga Rosie dan Nathan yang berbahagia dan sangat beruntung dengan empat kuntum bunga nya Anggrek, Sakura, Jasmine, dan lili. Namun, tidak berlandaskan agama. Kebahagiaan dengan luar biasanya empat anak itu tumbuh dalam kesedihan. Dan prosesi-prosesi serba tidak jelas. Ya, ini penilaian saya dengan bagaimana Tere Liye yang saya tahu. Kecewa? ya. Tidak habis pikir dengan apa yang ingin disampaikan Terel Liye. Namun bagaimanapun, saya tetap menyelesaikan novel ini.
Sebagaimana karya tere Liye yang lain, banyak kata-kata bijak. Yah, karena ini tentang rasa cinta Tegar terhadap Rosie, maka ungkapan indahnya tentang cinta dan perasaan. Jika  mengomentari tentang alur, tehnik flashback yang digunakan bagus. Tidak terasa jika secara tiba-tiba berpindah pada kejadian lima belas tahun yang lalu.

“Bagi seorang gadis, menyimpan perasaan cinta sebesar itu justru menjadi energy yang hebat buat siapa yang beruntung menjadi pasangannya, meskipun itu bukan dengan lelaki yang dicintainya. Bagi seorang pemuda, menyimpan perasaan sebesar itu justru mengungkung hidupnya, selamanya.”

Yah, membaca novel ini tidak ubahnya membaca teenlit. Hanya saja dalam konteks dewasa. Kegalauan karena rasa cinta. Perasaan-perasaan yang tidak dapat tersampaikan karena tidak mampu mengambil kesempatan. Kenangan indah masa kecil yang terus membekas hingga dewasa.  Sunset Bersama Rosie, tidak istimewa

Botchan; Mengenal Budaya Klasik Jepang


               Botchan, adalah karya fiksi terjemahan ketiga yang saya punya setelah seria Lima Sekawan karya Enyd Blyton dari Inggris, The Kite Runner karya kholed khosaeni dari afganistan tapi produksi amerika. Botchan adalah fiksi klasik jepang karya sastrawan terkenal Natsume Soseki yang banyak dibaca oleh generasi modern di jepang.
                Botchan berkisah tentang seorang guru sekolah di sebuah desa terpencil di jepang. Botchan sendiri adalah sebutan untuk anak laki-laki yang berarti “tuan muda”. Botchan berusaha membongkar kecurangan yang dilakukan para guru di sekolah itu. dari kecil botchan adalah seorang anak yang jujur dan apa adanya. Dia selalu mengatakan apa yang tidak disukai dan dia anggap melanggar aturan dan norma yang ada, walaupun karena sikapnya itu, dia tidak disukai banyak orang bahkan oleh ayah dan kakak kandungnya sendiri. Karena penilaian itu, dia merasa rendah diri dan menganggap dirinya tidak akan sesukses kakaknya yang pintar dan jago dalam melakukan diplomasi. Namun, ada satu orang yang selalu memuji sikapnya yang jujur. Botchan selalu dibilang sebagai anak baik, dan sifat yang dimilikinya mulia. Dia adalah Kiyo, wanita separuh baya yang menjadi pelayan di rumah botchan walaupun sebenarnya Kiyo adalah wanita bangsawan dari keluarga terpandang di Tokyo. Kiyo selalu meyakinkan botchan bahwa sikapnya tidak salah, botchan tidak perlu kecil hati karena prestasinya tidak secemerlang kakaknya. Kiyo menyemangati botchan bahwa dia juga bisa menjalani hidup seperti orang lain dengan sikapnya. Dan dengan sikapnya itu, dia juga akan menjadi orang sukses.
                Pada akhirnya, setelah lulus dari sekolah alam, botchan menerima tawaran untuk menjadi guru di desa dari sebuah kota kecil. Saking kecilnya kota ini, botchan tidak pernah tidak bertemu dengan murid-murid yang diajarnya, dan dengan guru yang juga mengajar di sekolah yang sama. Mau pergi makan ramen, bertemu dengan murid, ke pemandian air panas, bertemu. Seolah-olah kemanapun pergi pasti ketahuan. Inilah sisi lucu dari novel ini. kembali ke sifat terus terang Botchan, karena sifat ini, dia kerap mendapat masalah dengan orang-orang disekitarnya. Karena sifat ini juga dia susah untuk mengambil keputusan di mana seharusnya dia berdiri mendukung. Ada pernyataan unik dari seorang Botchan tentang sifatnya ini :
                “Alasan kenapa aku tidak punya solusi adalah karena aku terlalu jujur. Tapi cobalah pikir. Kalau orang jujur tidak bisa menang di dunia ini, siapa lagi yang bisa?”
                Botchan adalah kisah tentang pendidikan di jepang, dari sudut pandang guru yang – selalu – berfikir negative tentang murid-muridnya. Membaca kisah ini, saya seperti melihat wajah indonesia sekarang. Sikap para guru, murid, sulit dibayangkan kalau hal itu juga dialami oleh jepang. Dalam buku ini, banyak kutipan bagus tentang pendidikan. baik dari Botchan atau dari tokoh yang lain.
                “apa yang bisa kau lakukan di dunia di mana kepolosan dan kejujuran di tertawakan?”
                “Kata pendidikan tidak hanya berarti memperoleh pengetahuan akademis. Pendidikan berarti menanamkan semangat mulia, kejujuran, serta keberanian, lalu menghapuskan kebiasaan licik, usil, serta tak bertanggung jawab. Hari ketika menunda karena mencemaskan reaksi atau takut akan terjadi keributan adalah hari ketika kita tidak mampu memperbaiki kebiasaan-kebiasaan itu”
                Membaca kisah ini, kita akan mendapatkan suasana jepang awal tahun 1900 an. Budaya orang sana, dan ternyata tahun di mana Indonesia masih dalam suasana penjajahan, kereta listrik sudah ada di sana. Keteraturan kota juga sudah terlihat. Inilah yang saya sukai ketika membaca karya sastra apalagi dari lain Negara.

Tanah surga…. Katanya, tapi kata….


Adegan Salman saat setelah mendapatkan bendera dari pedagang Malaysia
     Tanah surga... Katanya  adalah film yang disutradai oleh Herwin Novianto dan di produseri oleh Deddy Mizwar, berkisah tentang keluarga yang tinggal di perbatasan indonesia (Kalimantan barat) dengan Malaysia (sarawak). Film dibuka dengan pemandangan indah alam perbatasan yang merupakan dusun tempat tinggal Salman sebagai tokoh utama. Salman adalah anak dusun usia sekolah dasar yang tinggal bersama kakek nya – yang seorang pejuang kemerdekaan – dan Salina – adiknya- di sebuah dusun di Kalimantan barat yang merupakan perbatasan dengan serawak Malaysia. Warga di dusun itu lebih akrab dengan Malaysia dibandingkan dengan indonesia. Hal ini dibuktikan dengan mata uang yang dipakai dikampung itu bukanlah rupiah, melainkan ringgit Malaysia. Bahkan, ketika ada dokter dari bandung yang merupakan dokter dusun itu, Lized – teman salman – tidak mengenali mata uang rupiah yang dibayarkan dokter itu sebagai upahnya.
            Salman dan Salina yang tinggal dengan kakeknya selalu mendapatkan cerita tentang kisah perjuangan para pahlawan mengusir Malaysia dari tanah kelahiran mereka. Dari sanalah nasionalisme salman dan Salina terbentuk. Ketika bu guru astutik – yang merupakan guru satu-satunya di dusun itu – meminta para murid untuk menggambarkan bendera Indonesia, adik salman lah satu-satunya murid yang berhasil menggambar dengan benar. Dan usut punya usut, adik salman tahu bagaimana bentuk bendera indonesia dari mendengarkan cerita kakeknya.
            Pada suatu ketika, ayah salman yang bekerja di Malaysia datang untuk menjemput Salman, adik Salman, dan kakek mereka. Tapi, kakek salman menolak Karena idealism yang dimiliki. Ada dialog yang –biasa sebenarnya – semakin menyadarkan kita betapa pembangunan di setiap bagian Negara ini belum merata.
            “ jika kita tinggal di Malaysia semuanya akan mudah ayah, Malaysia makmur”
            “Indonesia juga makmur”
            “Jakarta yang makmur, Ayah. Bukan disini, kampung kita.”
            Selain dari dialog itu, bentuk kesejahteraan tersebut juga diinformasikan melalui gambar yang menunjukkan kondisi perbatasan Malaysia dengan indonesia. Jalan bagian Malaysia beraspal bagus, sedangkan bagian indonesia hanya berupa jalan setapak yang jika hujan akan becek. Ironis. Dusun di mana Salman tinggal, masih seperti hutan, listrik tidak ada sedangkan di tetangga sebelah pembangunannya sudah luar biasa.
            “ayah, jika kita ke malaysia, ayah akan mendapatkan pengobatan yang lebih baik. Salman dan Salina dapat bersekolah setinggi yang dia mau”
            Ya, pelayanan kesehatan di dusun Salman memang sulit. Hanya ada satu dokter yang bertugas di dusun itu. dan jika butuh pelayanan lengkap ke rumah sakit, membutuhkan biaya yang banyak. 400 RM untuk bolak balik menggunakan sampan. Namun,bagaimanapun sulitnya hidup di dusun yang merupakan bagian dari indonesia, salman dan kakeknya tetap bangga dengan status kewarganeraannya. Berbeda dengan ayahnya yang sudah berganti kewarganegaraan yang juga dilakukan oleh banyak orang kampung yang lain. Saking cintanya Salman dengan Indonesia, dia rela menukar sarung yang dia beli dari uang hasil kerjanya dengan bendera merah putih yang oleh orang Malaysia dipakai sebagai penutup dagangannya. Setelah mendapatkan bendera merah putih itu, Salman berlari dengan lagu pengiring “tanah Air” karya Ibu Sud
            Tanah airku tidak kulupakan
            Kan terkenang, di dalam hidupku
            Walau ku kan, pergi jauh
            Tak akan hilang, dari kalbu
            Tanah ku yang kucintai, engkau ku hargai
            Kisah perjuangan Salman inilah cerita penting dalam film ini. bagaimana dia berjuang untuk mendapatkan uang 400 RM demi membawa kakeknya ke RS untuk mendapatkan pengobatan yang layak. Kisah teman-teman sekolah Salman yang berusaha menampilkan yang terbaik dari keterbatasan yang mereka punya di hadapan pejabat yang datang berkunjung ke dusunnya, namun mereka urung memberikan bantuan hanya mendengar apa yang disampaikan Salman. Kisah yang miris juga adalah ketika dr. anwar atau dr. intel yang menggantikan bu guru astutik mengajar meminta para murid untuk menyanyikan indonesia Raya, mereka justru menyanyikan Kolam Susu milik Koes Ploes yang memang selama film ini berlangsung sering menjadi music latar para penduduk dusun. Dan ketika ditanya apakah mereka tahu lagu indonesia Raya, mereka menggeleng.
            Film ini, adalah film kesekian yang memotret sisi “keterbelakangan” dari bangsa yang – katanya – kaya raya. Kisah penduduk perbatasan dengan segala keterbatasannya. Terbatas dari akses pendidikan yang layak, terbatas dari pelayanan kesehatan yang maksimal, terbatas untuk menikmati terangnya lampu, dan terbatas dari segalanya. Namun dengan semua itu, cinta mereka pada negeri ini tidak terbatas. Ini ditunjukkan oleh sosok kakek salman yang tidak berminat untuk mengikuti anaknya tinggal di Malaysia dengan segala kelebihan yang dirasakan dibandingkan dengan tempat tinggal mereka yang berada diperbatasan.
            Bukan lautan hanya kolam susu, katanya…
Tapi kata kakekku, susu itu hanya bisa diminum oleh orang kaya
            Kail dan jala cukup menghidupimu, katanya
Tapi kata kakekku,  ikan-ikan milik indonesia banyak yang dicuri
            Tiada badai, tiada topan kau temui, katanya…
Tapi kenapa ayahku terbawa angin ke malaysia?

            Tulisan di akhir film ini memberikan pesan pada pada kita “di manapun kamu berada, jangan pernah melupakan negerimu” dengan diiringi lagu “Tanah Air”. Film bagus. Baik dari segi penceritaan, sinematografi, maupun acting para pemainnya.

MENGENALI KECERDASAN DIRI


            Buku ini membahas tentang bagaimana sebuah buku sastra dari seorang yang belum pernah menulis sastra sebelumnya dapat membuat sejarah yang belum pernah dialami oleh para pekerja sastra yang lain. Mulai dari penjualan yang mencapai puluhan ribu tiap bulannya, honor pembicara sastra yang menembus 50 juta, hingga dapat menginspirasi jutaan pembaca. Tidak ketinggalan juga ada pembahasan dari pesan-pesan yang dibawa oleh novel laskar pelangi. Sebuah memoar yang didedikasikan oleh seorang murid untuk guru yang sangat dia kagumi. Tentu saja, yang paling banyak mendapatkan pembahasan adalah tentang isu pendidikan dalam novel tersebut. Bagaimana seorang guru desa yang hanya lulusan sekolah sulam menyulam dapat mendidik dan menghantarkan anak didiknya hingga dapat mendapatkan pendidikan ke luar negeri.
            Pembahasan dalam buku ini salah satunya adalah tentang metode inklusi yang telah di terapkan bu muslimah pada kesepuluh muridnya di SD muhammadiyah Gantung saat tahun 1970 an. Padahal, seorang professor dari Harvard university baru memperkenalkan metode ini awal tahun 1980 dan baru dikenal di indonesia sekitar sepuluh tahun kemudian. Pendidikan inklusi merupakan sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem pendidikan dengan meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan. mudahnya, pendidikan inklusi tidak menyama ratakan kemampuan para siswa, dalam metode belajar seperti ini, siswa bebas melakukan apa yang dia sukai, sehingga kecerdasan yang siswa tersebut miliki tidak terhambat tetapi dapat tumbuh sebagaimana mestinya. Pernah baca kisah “Toto-Chan, gadis di Jendela?” ya, sekolah gerbong kereta api di mana toto-chan betah di sana adalah contoh pendidikan inklusi. Dalam satu kelas seorang siswa dibebaskan memperdalam mata pelajaran apa yang dia sukai.
            Selama ini, sekolah hanya menilai kecerdasan seorang murid dari seberapa tinggi nilai yang dia dapat dari pelajaran matematika, bahasa indonesia, atau di sains. Yah, dari mata pelajaran yang jadi parameter kelulusan lah. Padahal, tiga hal itu hanyalah satu dari delapan kecerdasan yang dapat dimiliki oleh seorang murid. Bisa saja seorang murid “bodoh” dalam matematika tapi dia punya prestasi bagus dalam olahraga atau bermusik. Namun, kebanyakan orang tua dan guru masih belum mengenali hal tersebut. Apa lagi ketika saya dulu sekolah SD. Teringat cerita dari film Singapura berjudul “I’m not stupid too” yang berkisah tentang seorang murid yang selalu dituntut untuk mendapatkan nilai bagus dalam mata pelajaran sains dan matematika. Dia selalu dikatai bodoh oleh orang tuanya karena selalu mendapatkan nilai jelek pada mata pelajaran tersebut. Padahal, murid tersebut memiliki kelebihan dalam menulis. Hingga pada suatu hari, murid itu mendapatkan juara satu dalam lomba blog yang diadakan sekolah, tapi orang tuanya tidak bangga sama sekali.
            Pendidikan inklusi awalnya masih digunakan pada anak-anak dengan kebutuhan khusus. Tapi, sekarang sudah tidak lagi. Anak normal pun, akan lebih baik jika disekolahkan di sekolah yang menggunakan system pendidikan inklusi. Karena, walaupun secara umun terlihat “normal”, tapi belum dapat diketahui secara pasti kecerdasan apa yang dominan pada anak tersebut.  Mengutip pembahasan dari delapan kecerdasan dari buku ini.
            “menurut Gardner, setiap individu, memiliki satu atau lebih dari delapan macam kecerdasan. Kecerdasan matematis-logis berisi kemampuan menggunakan angka dan melakukan penalaran secara tepat. Kecerdasan spasial adalah kemampuan mengespresikan dunia spasial-visual secara akurat dan kemampuan mentransformasikan persepsi dunia spasial-visual tersebut ke dalam berbagai aspek kehidupan. Kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, ruang, dan hubungan antar unsure. Serta kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide secara spasial-visual. Kecerdasan kinestetik jasmani adalah keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide perasaan, keterampilan menggunakan tangan untuk mencipta, dan kemampuan fisik yang spesifik, seperti keseimbangan, kelenturan, atau kecepatan. Kecerdasan musical adalah kemampuan mengapresiasi berbagai bentuk music, membedakan, menggubah, dan mengekspresikannya. Kepekaan terhadap irama, pola nada, atau melodi, da warna atau nada suara suatu lagu. Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan mempersepsi dan membedakan suasan hati, maksud, motivasi serta perasaan orang lain. Kepekaan terhadap ekspresi wajah, gerak isyarat, kemampuan membedakan berbagai macam tanda interpersonal, serta kemapuan memengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu. Kecerdasan intra personal adalah kemampuan memahami diri sendiri da bertindak berdasarkan pemahaman itu. kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, tempramen, keinginan, berdisiplin diri, dan kemampuan menghargai diri. Sedangkan kecerdasan naturalis adalah mengenali dan mengkatagorikan spesies floran dan fauna di lingkungan sekitar. Kepekaan terhadap fenomena alam lainnya, kemampuan membedakan benda hidup dengan benda hidup lainnnya. “
             Nah, jika ada yang belum mengetahui tentang delapan jenis kecerdasan ini, seseorang yang lebih dominan pada kecerdasan kinestetik misalnya pada anak dengan ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) yang selalu bergerak, serta merta akan dijudge nakal. Padahal, dia butuh bimbingan lebih untuk diarahkan. Sehingga akan muncul kecerdasan yang lain. Umumnya anak dengan ADHD memiliki IQ yang bagus. Beruntung bagi seseorang yang memiliki lebih dari satu atau dua kecerdasan. Yang disebut denganmultiple intelegence. Contoh, seorang atlet sepak bola yang IQ tinggi bahkan mendekati nilai genius. Atau seorang matematis yang dapat mencipta lagu atau seorang novelis. Dari delapan kecerdasan di atas, kecerdasan apa saja yang kalian miliki?

Mengapa Tidak Mengatasi Akar Masalahnya?


The Ark
“aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menghindarkan aku dari air bah!”

Kalimat yang sarat dengan kesombongan itu disampaikan oleh anak dari seorang Nabi ratusan ribu tahun yang lalu. Sejarah itu tertulis di dalam al qur’an surat Hud ayat 43 sebagai pelajaran bagi generasi selanjutnya, yaitu ummat Nabi Muhammad. dan, hal yang hampir sama aku dapatkan dari artikel jawa pos tanggal 27 september lalu.

“seorang arsitek asal Rusia mengantisipasi kemungkinan gempa bumi dahsyat dan sejumlah bencana lain sebagi dampak pemanasan global (global warming). Begitu pula banjir besar dan dahsyat seperti yang terjadi di zaman nabi Nuh”

Kalimat di atas adalah kalimat pembuka dari artikel yang berjudul “Hotel Masa Depan Antibanjir dan Gempa” yang dimuat di Jawa Pos tanggal 27 september 2012. Artikel yang dikutip dari dailymail ini menceritakan tentang rancangan hotel masa depan karya arsitek Rusia bernama Alexander Remizov yang diberi nama The Ark. Hotel yang diklaim akan mampu bertahan dan berdiri tegak setelah diterpa banjur dan gempa bumi ini didesian berbentuk cangkang yang bisa dibangun didarat ataupun dilaut. Selain bangunan antibanjir dan gempa, hotel didesian senyaman mungkin untuk penghuninya. Di dalam hotel ditanam berbagai tumbuhan hijau. Sang arsitek menuturkan bahwa ada dua kebutuhan utama yang ingin dipenuhi melalu bangunan tersebut. “pertama adalah kemanan dan upaya mengangkal efek dari perubahan iklim. Kedua, lingkungan alami yang melindungi penghuninya.” Walaupun diklaim sebagai bangunan ramah lingkungan karena memiliki tanaman di dalamnya, tetap saja tidak dapat menjadi solusi dari akan semakin banyaknya bencana alam yang terjadi. baik karena memang diatur oleh Allah, atau karena ulah manusia.
Kenapa tidak mengatasi penyebabnya?
                Dalam disiplin ilmu keperawatan yang saya jalani selama lima tahun ini, kami diajarkan untuk menangani masalah dari penyebabnya. Jadi walaupun manisfestasi klinis atau gejala yang ditimbulkan berbeda, penanganan sama jika penyebabnya sama. Misal, seseorang mengalami kenaikan suhu (hipertemi) dan menurunnya produksi air kencing. Setelah dilakukan pengkajian ternyata penyebabnya adalah karena orang tersebut kurang minum. Maka, langkah yang tepat untuk mengatasi kenaikan suhu tersebut bukan dengan mengompres atau memberikan obat penurun panas, tetapi dengan memberikan minum yang banyak. maka dua masalah itu dapat diatasi sekaligus.
                Begitu juga dengan pemanasan global yang menjadikan arsitek asal rusia tersebut membuat hotel  antibanjir dan gempa. Bukankah lebih baik ketika melakukan perbaikan di sector hutan misalnya, banyak melakukan penanaman pohon sehingga tidak semakin banyak CO2  yang ada di udara yang akhirnya membuat suhu bumi semakin naik.
                Memang, permasalahan penghijauan bukanlah masalah yang menjadi disiplin ilmu sang arsitek. Tapi bagi saya yang orang awam, membangun hotel besar semacam itu akan justru membuat proses global warming semakin cepat karena akan ada lahan yang harus dibebaskan, dan itu berarti kembali mengunduli bumi. atau jika hotel itu dibangun di laut, maka juga akan mengganggu ekosistem dilut. Jadi dari pada mengeluarkan banyak uang untuk membangan hotel mewah yang keamanannya tidak dijamin 100%, mengapa tidak mengalokasikan dana itu untuk perbaikan tanah dan konversi hutan?

Hanya untuk orang kaya
                Bangunan secanggih dan semewah itu siapa lagi yang akan menempati jika bukan kalangan “Ber-uang”?  “bangunan terapung itu laksana dunia yang aman bagi mereka yang ingin terbebas dari bencana, …”  begitu yang tertulis di artikel tersebut. Setiap orang memimpikan terbebas dari bencana. Karena itulah fitrahnya, seperti yang disebutkan Maslow dalam hirarki nya. namun, berapa uang yang diperlukan untuk “mencicipi” bangunan semewah dan merasakan keamanan yang diberikan? Apakah hak hidup hanya dimiliki oleh orang-orang kaya?
                Karena Allah selalu memiliki cara untuk menguji hamba-hambaNya. Maka ikhtiar apapun yang dilakukan oleh manusia, jika Dia tidak ridho, makan hal itu tidak akan ada arti apa-apa

Pelajaran dari Dua Lelaki


Keperawatan, Apakah Aku sudah Mencintainya?


          Alhamdulillah, masa penantian selama lima tahun (tambah 6 bulan) akhirnya usai. Gelar S.Kep, Ns Insya Allah tidak lama lagi akan ikut menghiasi nama panjang. Merasa bahagiakah, bangga, terbebani atau justru lega karena terbebas dari segala rutinitas selama masa kuliah dan profesi – yang katanya – tidak manusiawi. Apapun perasaan itu, yang jelas aku bersyukur sudah dapat menyelesaikan pendidikan di fakultas keperawatan dengan baik, dengan apa yang bisa aku lakukan untuk menyelesaikan apa yang sudah aku pilih.
Menyesal kah aku masuk di dunia ini? Tidak, lebih tepatnya sudah tidak lagi. Toh untuk apa? Tidak ada yang pernah memaksa ku untuk memilih jurusan ini. Yang bahkan uang untuk membeli formulirnya aku usahakan sendiri. Untuk apa aku menyesal berada di sini, ketika aku bisa melihat senyum pengharapan dan kebahagiaan dari orang tercinta dengan apa yang sudah aku lalui selama masa lima tahun ini. Untuk apa menyesal, ketika begitu banyak pengalaman berharga, pertemanan yang membahagiakan, dan perbaikan diri yang didapatkan, semua aku dapatkan selama aku menjalani masa-masa sulit kuliah di keperawatan.
Menyesal kah masuk di keperawatan? Tidak, lebih tepatnya tidak lagi. Kuliah di keperawatan menjadi obat untuk semua keinginan yang pernah aku harapkan. Keperawatan, memberikan hampir semua disiplin ilmu yang ingin aku pelajari. Mulai dari lingkungan, psikologi, sosial,  dan kesmas. Mulai dari pencegahan, perawatan, hingga pengobatan. Menurutku, ilmu yang didapatkan di keperawatan dapat membuat kita bebas berekspresi, tidak hanya seputar merawat pasien saja. Prinsip holistic care, adalah hal yang paling aku sukai. Karena dari sini aku belajar tentang pola berpikir menyeluruh, tidak parsial ketika melihat suatu permasalahan. Dari keperawatan aku belajar tentang sebab suatu masalah terjadi dari tugas-tugas WOC, jadi bagaimana menyelesaikan suatu permasalahan, walaupun tampilannya sama tetap intervensi harus berbeda jika penyebabnya berbeda. Dan jangan lupa, di keperawatan juga kita belajar tentang Manajemen keperawatan yang bisa dijadikan acuan selama beraktivitas di organisasi (yang ini tahu nya terlambat).
Menyesal kah masuh di keperawatan? Tidak, lebih tepatnya tidak lagi. Ilmu yang didapat di keperawatan sangat bermanfaat ketika nanti sudah memasuki dunia keluarga. Walaupun dari sekarang ilmu itu bermanfaat. Ingat pernyataan seorang teman; “paling tidak kita dapat gunakan ilmu yang selama ini kita dapat dibangku kuliah nanti setelah kita berkeluarga”. Keperawatan keluarga, keperawatan anak, keperawatan maternitas, bahkan keperawatan komunitas adalah ilmu-ilmu penting yang harus dimiliki seseorang ketika akan memasuki dunia keluarga. Jika akhir-akhir ini banyak tulisan “menantu ideal adalah... istri ideal adalah.... suami ideal adalah....” dan bagi saya keperawatan dapat memenuhi titik-titik itu.
Lalu, sudahkah aku mencitainya? Pertanyaan ini penting tidak penting. Penting karena awal masuk, aku merasa denial makanya masa-masa selama empat tahun adalah masa-masa yang berat. Tidak penting karena toh, sekarang aku sudah selesai menempuh pendidikannya. Tapi bagiku ini tetap penting, karena orang akan melihat sebagai seorang alumni keperawatan dengan gelas Ns yang menurut penilaian mereka aku pasti tahu tentang penyakit yang mereka derita. Dan tentu saja ini beban tersendiri.
Walaupun tidak secara jelas, aku mulai merasakan cinta itu perlahan hadir ketika menjalani profesi. Memang tidak selalu, perasaan itu naik turun, kadang hadir kadang tidak. Tapi dari sekian banyak kejadian, aku memantapkan diri untuk mempertahankan cinta itu. Kenapa? Aku hanya tidak mau capek sendiri. Karena apa-apa yang dijalani tanpa ada rasa cinta, sungguh melelahkan. Karena cinta adalah penggerak. Rasa bersalah ketika ada orang yang bertanya, tapi tidak mampu aku menjawab adalah salah satu pemicu munculnya cinta itu.Terimakasih untuk yang sudah “mengganggu” ku dengan pertanyaan seputar keperawatan.
 Akhirnya, bagaimanapun yang sudah aku alami selama 5 tahun 6 bulan di fakultas keperawatan, aku tetap dan akan selalu bersyukur sudah mendapatkan kesempatan itu. Teman, pengalaman, ilmu yang berharga sudah aku dapatkan. Sekarang, tidak ada lagi penyesalan, dan cinta sudah mulai tumbuh.

*Repost Notes FB tertanggal  27 Februari 2013 pukul 12:38. Ketika merindu saat-saat profesi

Sebuah Catatan Kecil tentang Psikologi Perkembangan Anak*



“2nd SST (Social Skill Training) "Psikologi Anak" by Nuri Fauziah, M. Si, Psi Besok, Ahad, 6 Januari 2013 08.00 WIB”

            Ini kalimat undangan yang aku dapatkan beberapa hari yang lalu. Tidak begitu tertarik sebenarnya, mengingat pasti materinya itu-itu saja,, tidak ubahnya materi kuliah keperawatan anak,namun dalam bahasa yang lebih umum mengingat pesertanya juga orang umum, dan pasti akan sangat membosankan karena kita sendiri sudah pernah mendapatkannya.
            Namun yang beda adalah tempat di mana agenda ini dilaksanakan,yaitu di TBM Kawan Kami  jalan Putat jaya 2A... sudah tahu ini di mana kan? Ya, karena punya janji (sejak 2 tahun lalu) dengan wiwin sulis yang sudah lama beraktivitas di TBM ini, akhirnya saya memutuskan untuk datang. Alhamdulillah sedang tidak ada kegiatan, dan ada yang bisa ditebengi juga. (jazakillah Istiq).
            Pemateri nya adalah mbak Nuri Fauziah, alumnus Fpsi Unair dan juga aktivis KAMMI Komisariat unair B (saat itu). Seperti yang sudah saya duga, pembahasan materi seputar bagaimana kita memahami anak sesuai umurnya. Mulai dari masa-masa “Golden Age” yang jangan sampai terlewat dan salah memperlakukan anak. Pemenuhan nutrisi dan stimulasi penting untuk membentuk kecerdasan anak. Percuma seorang anak lahir dari keluarga ilmuan, yang secara genetik unggul dari bapak ibunya, dan gizi terpenuhi, tapi tidak mendapatkan stimulasi sebagaimana seharusnya karena bapak ibunya terlalu sibuk di luar dan pengasuhan diserahkan ke pada pembantu yang tidak memahami perkembangan anak, kecerdasan itu tidak akan muncul sebagaimana yang diharapkan. Masa golden age ini penting karena saat inilah peletakan dasar seorang individu. Mulai dari IQ, EQ, SQ, dan AQ. IQ, karena masa-masa itu (0-5 th), otak anak berkembang hingga 80% sisanya hingga anak mencapai usia remaja. Bayangkan, jika kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi hingga anak kurang gizi, stimulasi kurang sehingga informasi yang didapatkan kurang, IQ tidak akan tercapai sempurna. Begitu juga dengan EQ dan SQ. Penanaman nilai moral, benar atau salah, sangat penting di masa-masa itu karena anak akan belajar dan lebih mudah mengingatnya. Tidak terkecuali AQ. Anak yang masa kecilnya kebebasannya dibatasi, tidak diberikan kepercayaan, maka saat dewasa kelak dia akan menjadi orang yang takut dalam mengambil keputusan, tidak percaya diri, dan susah bergaul atau menghadapi suasana baru. Stimulus untuk melatih kecerdasan kognitif, afektif, psikomotor, moral dan spiritual sangat penting diberikan saat anak usia 0-5 th. Namun tetap saja harus diperhatikan tahapan perkembangan anak. 0-2 tahun bagaimana, 3-5 tahun bagaimana, dst.(jika ditulis disini terlalu banyak, jika malas baca buku, searching di google sudah cukup memberi gambaran InsyaAllah). Karena  tahapan perkembangan adalah suatu hal yang penting. Jangan sampai ada yang terlewatkan. Karena jika ada yang terlewatkan, maka seorang anak akan menuntut apa yang seharusnya dia dapat namun terlewatkan. Jangan pernah memaksa seorang anak melakukan apa yang masih belum menjadi tugas perkembangannya. Misal, belum waktunya merangkak dipaksa merangkak, dst.
            Selain itu juga kita disadarkan akan kecerdasan yang tidak hanya kecerdasan matematis. Selama ini orang tua bangga jika anaknya dalam usia TK sudah bisa membaca, tulis, dan hitung (calistung), sedangkan akan malu dan dianggap nakal jika anaknya sering kali menggangu atau tidak suka duduk diam. Ini yang harus dipahami, bahwa kecerdasan itu tidak hanya kecerdasan matematis yang merupakan kehandalan otak kiri, namun juga kecerdasan bahasa yang akan membuat seorang anak pandai dalam menulis cerita, kecerdasan musicalitas yang akan pintar dalam mengubah lagu, atau kecerdasan kinestetis yang dia akan lebih mudah mendapat prestasi dalam dunia olahraga. Dan tugas orang tua lah menemukan bakat anak itu. Jangan memaksa anak yang tidak mampu matematika untuk mendapatkan nilai 9 dalam matematika, dan sebaliknya.
            Watak, adalah sesuatu yang didapat dan tidak dapat diubah, sedangkan kepribadian adalah apa yang kita dapatkan dari lingkungan. Dan kepribadian inilah yang dapat dibentuk dari seorang anak. Bagaimana kita sekarang, itu adalah hasil bagaimana orang tua mendidik kita dahulu. Jika setelah mendapat materi tentang psikologi anak kita merasa “ada yang salah dalam tahap perkembanganku”, maka tugas kita nanti sebagai orang tua adalah memperbaiki apa yang tidak kita dapatkan dahulu. Jangan sampai apa yang “menimpa” kita dialami oleh anak-anak kita nantinya. Itulah fungsinya belajar. Percuma mendapatkan ilmu, tapi ketika kesempatan mendidik anak, kita tetap menggunakan cara mendidik orang tua kita yang (bukan salah) tidak seharusnya. Bersyukur bagi orang yang sempurna tahap perkembangannya, hal itu bisa diteruskan nantinya, namun yang (tidak beruntung) menjadi pribadi yang tidak sempurna tahapan perkembangannya, bisa diperbaiki kelak. Mempelajari psikologi anak bukan hanya tugas perempuan yang akan menjadi ibu, tapi juga para laki-laki yang nantinya akan menjadi bapak. Bisa untuk mengajarkan kepada istrinya yang mungkin belum sempat belajar, atau agar memiliki pamahaman yang sama kelak ketika sudah berumah tangga.
SEMOGA BERMANFAAT

*Repost Note FB tertanggal 

6 Januari 2013 pukul 14:09
simpulan yang saya buat lebih umum. Sebenarnya materi ini bekal untuk para pengajar di TBM Kawan Kami. Tapi saya buat lebih umum. Silahkan dikoreksi jika ada kesalahan.

Selasa, 16 Juli 2013

Ketika Aku Merindukan Masa Itu


“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Ar-Ruum (31): 41
          Bergabung dalam organisasi pecinta alam adalah cita-cita ku sejak SD. Ini lah juga alasan terkuat mengapa aku ingin masuk ke SMAN 1 Pamekasan. Jujur, keinginan untuk menjadi bagian dari siswa-siswa hebat sekolah ini bukan karena reputasi dan prestasi yang sudah ditorehkan oleh sekolah yang memberikanku banyak kenangan indah dan menyenangkan, melainkan karena di sekolah inilah satu-satunya OPA yang masih aktif, selain itu merupakan OPA tertua di Madura. Keinginan ini menguat ketika mas ku muncak untuk pertama kalinya ke Arjuno-Welirang. Sejak saat itu aku bilang ke Ramah dan Ibuk, “aku mau masuk SMA1, terus ikut RESACITA (nama OPA SMAN 1)”
          Tergabung dan aktif ikut kegiatan RESACITA (Remaja SMANSA Cinta Alam), aku mendapatkan banyak hal. Entah, diantara ekskul tentang keterampilan hidup yang ada disekolah, aku lebih tertarik dengan RESACITA dibandingkan dengan pramuka yang diwajibkan untuk siswa baru selama setahun, dan PMR yang selalu memenangkan juara dalam lomba yang diikuti. RESACITA, dengan aktifitasnya, dengan imej yang melekat padanya, aku memilih untuk terjun dan aktif di sana. Sekalian aku ingin membuktikan bahwa anak PA bisa memiliki prestasi akademik, tidak hanya suka hura-hura. Dan saat angkatanku, kami membuktikannya. Aku bisa menjadi perwakilan sekolah dalam olimpiade biologi, sedangkan temanku yang IPS menjadi perwakilan sekolah dalam olimpiade akuntansi.
          Ketika melintas di pintu masuk kampus B, aku melihat baliho WANALA (OPA Unair), disitu dipampang divisi yang ada di WANALA beserta kegiatan yang akan dilakukan. Ada divisi penelitian lingkungan dan alam bebas, divisi hutan gunung, divisi panjat tebing, divisi sungai,danau, dan samudra, serta divisi susur gua. Tentu saja, nama divisi ini tidak asing bagiku. Walaupun tidak dalam struktur yang jelas,kami rutin mengadakan kegiatan tersebut secara bergantian. Alasannya klise, keterbatasan dana. Susur gua, panjat tebing, alam bebas, adalah hal yang pernah aku lakukan dengan teman-teman di RESACITA. Dari sekian itu, yang paling disukai adalah alam bebas, terlebih jika dilakukan saat bulan agustus september, biasanya saat DIKSAR 1, karena saat itu aku akan melihat hujan meteor menghiasi langit. Dan yang paling membuat was-was adalah aktivitas susur gua.
          Ya, susur gua adalah kegiatan yang paling membahayakan menurutku. Jika sampai tersasar, lebih sulit untuk bertahan hidup dibandingkan ketika tersasar di hutan. Namun, dari kegiatan susur gua untuk pertama kalinya inilah aku dapat pelajaran tentang tiga hal yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan orang seorang pecinta alam
1.     Dilarang membunuh apapun kecuali waktu
2.    Dilarang mengambil apapun kecuali gambar
3.    Dilarang meninggalkan apapun kecuali jejak kaki.
Banyak kenangan yang aku buat bersama mereka. Indahnya persahabatan, saling membantu, dan bahu membahu menjaga kelestarian alam. Semua itu aku rindukan. Walaupun aku tidak pungkiri, ada beberapa hal yang memang tidak aku sukai dan aku harus tinggalkan. Namun, pelajaran yang aku dapat dari bergabungnya aku di RESACITA, ikut andil untuk menumbuhkan cinta baru yang aku kenal ketika kelas dua SMA. Perjalanan malam, susur gua, perusik, penglaman itu semakin mengagumi akan ke Maha Besar an Allah dalam menciptakan alam ini.
          Terimakasih untuk teman-temanku, pembina, dan senior di PA. Walaupun sekarang aku tidak lagi aktif dalam kegiatah RESACITA, tapi jiwa ini selalu di sana. Mengikuti perkembangan alam indonesia yang semakin rusak, padahal tidak sedikit aktivis lingkungan yang ada di negara ini. Tapi aku percaya, keberdaan kita dengan aktivitas kita minimal menghambat laju perusakan itu. Semoga kalian, aku, bukanlah pecinta alam yang hanya penikmat, tapi juga penjaga kelestariannya.
          Akhir kata.... SALAM RIMBA! Semoga alam Indonesia kembali lestari seperti jawaban yang selalu menyertai salam itu. LESTARI!

Dewasa kelak kau kembaliBangkitkan bumi kitaAgar tak lagi menangis
Dewasa kelak kau kembaliBangkitkan bumi kitaAgar tak lagi merintih
~Uluran Tanganku, SO7~



Ulasan Novel "A Cup Of Tarrapucino"


  
Novel romance pertama tanpa latarbelakang sejarah yang saya beli. Berawal dari rasa penasaran novel lain daripenulis yang sama, dan ada promosi yang ditawarkan oleh salah satu toko bukuonline, maka jadilah saya membeli buku ini dengan patungan bersama teman yangsama-sama penasaran dengan novel yang lain tersebut. Tidak ada salahnya sayapikir untuk mengoleksi novel ini. Penilaian dari pembaca rata-rata memberikantiga bintang terhadap novel ini, sekaligus untuk perkenalan dengan penulis yangkaryanya baru kali ini saya baca.
            A cup of tarapucino berkisah tentangTara yang menjadi salah satu pemilik Bread Time Bakery. Di awal buku,disuguhkan prolog tentang kebimbangan Tara menerima lamaran Raffi yangmerupakan partner di Bread Time Bakery yang tidak lain adalah sepupunya.Kebimbangan ini disebabkan karena Tara tidak memiliki perasaan khusus terhadapRaffi kecuali menganggapnya sebagai sepupu dan partner kerja. Ada rasa yangTara simpan untuk seseorang di masa lalu, yaitu Hazel.
            Kisah selanjutnya menceritakankembali bagaimana mereka bertiga dipertemukan. Bread Time bakery adalah tempatyang menjadi pusat dari keseluruhan kisah ini. Tentang Tara dan Raffi sebagaiowner, Hazel yang menjadi pengunjung setia dan akhirnya menjadi karyawan diBread Time, serta sabotase yang dilakukan oleh mantan relasi bisnis Bred Timeyang ternyata memiliki keterikatan dengan Hazel yang akhirnya mengungkap jatidiri seorang Hazel dan menjadi konflik dalam cerita ini.
            Novel ini menyuguhkan tentang bagaimanasebuah Bakery dibangun. Tentang roti, mulai dari memilih bahan pembuatnya agarbenar-benar aman dikonsumsi baik secara kesehatan dan aturan agama. Karenasetting tempat di Batam, maka suasana kota Batam digambarkan cukup detail.Mulai aktivitas masyarakat yang “normal” hingga aktivitas illegal yang ada diBatam.
            Dari segi penulisan, membaca novelini tidak terganggu dengan tulisan yang salah ketik,kualitas kertas bagus,namun sayang, tidak ada pembatas buku. Awalnya agak bingung dengan kisat di bagiansatu yang menceritakan tentang aktivitas bongkar muatan barang illegal dengankeseluran kisah. Bingung juga dengan hubungan tokoh bernama Diaz. Tapi di akhirsemua terjawab. Cerita yang awalnya datar, berubah menjadi menegangkan ketikatindakan sabotase mulai dilakukan oleh relasi bisnis. Secara keseluruhan,cerita dari novel ini bagus, informasi tentang kota yang belum pernah sayakunjungi cukup memberikan gambaran. Namun, akhir kisah yang menggantung membuat penasaran.

#suka denganpuisi di akhir kisah

Debu itu
Bernama masa lalu
Terlalu tebal
Terlalu memeriahkan
Enggan untuk menyingkir,
Bahkan tak terusik jua
Oleh pijar jiwa yang menyebar hangat

Inginku berteriak lantang pada dunia
Biarlah waktu akan menjawab!
Biarlah waktu yang bersuara!
Tapi teriakan itu kubungkam sendiri
Lalu kulumat dan kutelan bulat

Aku tak mungkin menunggu waktu
Karena waktu tak pernah memihak
Pada mereka yang pasrah menunggu
Pada mereka yang kaku berdiri
Juga tak bisa ku picingkan mata
Dari semua yang mengintip di balikpunggungku

Namun hari ini
Detik ini
Biarkanlah aku untuka sesaat
Menarikan wujudku
Melepas rinduku…inginku…
Hanya sebatas imaji
Dan dalam jarak
Yang tak jua mampu ‘tuk mendekat

PING! A Message From Borneo


  "Demi Allah, seandainya seekor keledai di irak terperosok jatuh lantaran jalan yang dilaluinya rusak, aku takut akan diminta pertanggungan jawabnya oleh Allah di hari kiamat."
~Umar Bin Khattab~
         
Membaca novel karya Riawani Elyta dan Shabrina W.S ini, mengingatkan saya akan tulisan setahun lalu tentang dua ekor anak orang utan yang hidup di tempat rehabilitasi setelah berhasil diselamatkan dari penangkapan. Dari Novel ini, saya kembali diingatkan tentang isu lingkungan yang belum juga selesai bahkan semakin parah dari tahun ke tahun. Perburuan hewan langka semakin menjadi-jadi, belum lagi semakin sempitnya hutan yang menjadi habitat mereka. Baik karena dibuka untuk tambang atau perkebunan. Lebih miris lagi, ketika mereka masuk ke rumah penduduk karena tidak mampu lagi memenuhi makanan di dalam hutan yang semakin menipis, mereka kemudian dibunuh.
          Novel ini digarap berdua dengan dua sudut pandang. Mbak Ria melalui sudut pandang Molly, seorang mahasiswi Fakultas Ekonomi yang sangat menyukai dunia konservasi hewan langka, khususnya orang utan. Karena kegemaran inilah, mengantarkannya berpetualang ke hutan konsevasi di kalimantan bersama dua orang temannya yang berasal dari amerika, nick dan Andy sepasang kakak adik yang sangat mencintai dunia hewan langka. Mereka ke Indonesia dalam rangka penelitian tugas akhir yang dimiliki oleh Nick. Sedangkan sudut pandang kedua ditulis oleh Mbak Shabrina W.S dari sudut pandang seorang anak orang utan bernama PING. Dari sudut pandang ini kita diajak mengenal kehidupan dan kebiasaan para orang utan, dan merasakan apa yang dialami orang utan ketika hutan yang merupakan habitat mereka dibakar kemudian keluarga yang mereka sayangi mati. Hingga akhirnya para orang utan yang selamat, dirawat di lahan konservasi, dilatih, hingga siap dikembalikan ke habitat aslinya.
          Dari novel ini, saya tahu. Bahwa perhatian pemerintah terhadap kelangsungan hewan langka yang sudah dinyatakan dilindungi, minim. Lembaga konservasi di Kalimantan ini pembiayaan terbesar justru dari NGO luar negeri. Di mana peran pemerintah dalam menjaga kekayaan yang dimiliki Indonesia ini? Teringat kalimat yang disampaikan Umar Bin Khattab di awal tulisan

  "Demi Allah, seandainya seekor keledai di irak terperosok jatuh lantaran jalan yang dilaluinya rusak, aku takut akan diminta pertanggungan jawabnya oleh Allah di hari kiamat."
“bukankah hanya seekor kedelai yang jatuh, hai amirul mukminin?” begitu pertanyaan yang disampaikan ajudannya ketika Umar sangat kaget mendengar berita itu.
 “apakah engkau sanggup menjawab dihadapan Allah ketika ditanya tentang apa yang telah engkau lakukan ketika memimpin rakyatmu?” jawab umar.

Di pemerintahan Umar juga kita mendapat kisah, beliau setiap pagi menabur gandum di lereng bukit untuk memastikan burung-burung yang hidup diwilayah kekuasaannya tidak kelaparan. Subhanallah... jangankan pada manusia, bahkan pada burung saja umar tidak luput untuk memastikan kesejahteraannya.
Di negara ini? Kita bisa melihat sendiri. Berapa banyak orang yang masih kelaparan? Berapa banyak orang yang harus hidup dijalan dan kolong jembatan karena tidak punya tempat tinggal? Jika manusianya saja masih ada yang belum sejahtera karena minimnya perhatian, tidak heran jika hewan-hewan yang berada di pelosok negara ini kondisinya miris.
PING! A message from Borneo menyadarkan kita akan fakta itu. Jika di Kalimantan ada orang utan yang harus dilindungi, Sulawesi dengan Tapir nya, Sumatra ada Harimau Sumatra dan gajah yang lebih memprihatinkan lagi. Di jawa? Harimau jawa apa kabar?