Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan yang ingin diwujudkan oleh bangsa ini. Seperti yang sudah tertuang dalam pembukaan UUD 1945. Yang berbunyi “ untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia, yang melindungi segenap bangsa Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan untuk mewujudkan ketertiban dunia, maka dengan ini dinyatakan kemerdekaan Negara Indonesia…”
Kecerdasan penduduk Indonesia terutama generasi mudanya adalah suatu modal besar untuk mewujudkan Negara Indonesia yang lebih baik. Karena ditangan merekalah masa depan bangsa tergenggam. Tanpa hal itu, sulit untuk mewujudkan bangsa yang lebih baik. Karena proses pembanguanan ini membutuhkan SDM yang berkualitas. Dan salah satu indikatornya adalah kecerdasan.
Kecerdasan seorang anak dipengaruhi oleh tiga hal. Karena genetic, lingkungan, dan asupan gizi. Hal tersebut saling terkait satu dengan yang lain. Tidak dapat satu hal berdiri sendiri. Meskipun secara genetis seorang bayi mewarisi gen pintar dari ibunya, hal itu bukanlah suatu keniscayaan bahwa nantinya seorang anak menjadi pintar jika asupan nutrisinya tidak diperhatikan dengan seksama. Gizi penting adanya untuk membantu sel-sel syaraf bersambung satu dengan yang lain.
Melihat perkembangan sekarang ini, seolah-olah hal tersebut sulit untuk dipenuhi. Meskipun perbaikan gizi masyarakat adalah agenda nasional pemerintah dalam rangka perbaikan indeks pembangunan manusia yang posisinya masih jauh dari negara-negara yang lain. Pada tahun 2003 peringkat Indonesia menduduki peringkat 112 dari 175 negara, pemerintah seolah justru menjadi tokoh utama dalam ketidak suksesan program tersebut.
Kenapa? Karena kenaikan harga kebutuhan pokok yang akhir-akhir ini terjadi menyebabkan banyak masyarakat terutama kalangan menengah kebawah kesulitan memenuhi kebutuhan gizinya. Harga barang yang terus naik dan tidak kunjung turun semakin membuat masyarakat bingung bagaimana memenuhi kebutuhannya. Dari liputan yang dihimpun Tempo interaktif, menjelang Natal dan Tahun Baru, harga kebutuhan pokok di pasar tradisional Kota Surabaya, Jawa Timur, merangkak naik. Kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan di antaranya beras, minyak curah, gula, bawang merah dan bawang putih. Harga beras termurah sudah mencapai Rp. 6000,-. Belum lagi minyak goreng yang menyetuh harga Rp. 10.500,- per liter.
Kenaikan ini akan menyebabkan efek domino. Kenaikan satu bahan pokok akan diikuti naiknya harga barang yang lain. Misal sayur dan ikan. Meskipun harga barang ini lebih dipengaruhi cuaca, tapi mau tidak mau para pedagang juga akan menaikkan harga agar hasil penjualan bisa digunakan untuk membeli kebutuhan pokok yang terus naik. Dan inilah dilemanya.
Para pedangan sayur dan ikan rata-rata kalangan bawah. Mereka berada dalam kondisi yang membingungkan. Jika menaikkan harga, dagangannya sulit laku. Tapi jika tidak, maka uang yang didapat dari hasil menjual sayur atau ikan hanyakan cukup untuk membeli kebutuhan pokok bahkan terkadang hal itu juga tidak terbeli saking tingginya harga.
Lalu, bagaimana mereka memenuhi kebutuhan gizi para keluarganya? Jika para penjual sayur itu memilki anak-anak yang masih dalam proses tumbuh kembang, maka suatu hal krusial dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi anak-anak mereka. Jika hal ini terus terjadi, masihkah tujuan untuk mencerdaskan seluruh rakyat Indonesia terwujud? Sedangkan untuk sekedar membeli makanan untuk menyambung hidup saja banyak masyarakat Indonesia masih kesulitan. Bahan makanan pokok tidak terbeli, apalagi makanan sumber gizi yang lain untuk mendukung kecererdasan generasi muda.
Salah satu factor kecerdasan adalah pendidikan. Jika memenuhi kebutuhan maka saja kalangan bawah bangsa ini kesulitan, bagaimna mereka harus memenuhi pendidikan anak-anaknya? Pendidikan adalah suatu hal penting untuk menstimulus sel-sel otak mereka. Semuanya saling terkait satu dengan yang lain.
Maka dari itu penting untuk pemerintah mengendalikan kenaikan harga barang kebutuhan pokok. Agar masyarakat tidak selalu disibukkan untuk memikirkan bagaimana mereka memenuhi kebutuhan dasar tersebut. Agar berkembang untuk merancang tahapan selanjutnya yaitu pendidikan. Agar setiap warga negara Indonesia merasakan tujuan dari pembukaan UUD 1945 tanpa terkecuali. Agar kalimat dalam pembukaan UUD itu tidak berubah menjadi kecerdasan bagi bangsa Indonesia kecuali kalangan menengah bawah. Agar seluruh wara Negara Indonesia bisa mengaktulisasikan dirinya, tidak terus berkutat dengan butuhan pokok yang semakin membuat banyak masyarakat kebingungan.
*opini mutiara bulan desember
0 komentar:
Posting Komentar