“ sejarah dunia adalah sejarah pemerasan. Apakah tanpa pemerasan, sejarah tidak ada? Apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan, sejarah tidak akan lahir? Seolah-olah, jika kita membagi sejarah, yang kita jumpai hanya pengkhianatan. Seolah-olah dalam setiap ruang dan waktu, kita hidup di atasnya.”
Itu penggalan kalimat yang aku dapatkan pertama kali ketika SMA kelas 3. Saat pertama kali menonton film Gie. Saat mendengar itu, aku langsung ingin percaya bahwa memang sejarah dunia dan Indonesia adalah sejarah yang penuh dengan pemerasan dan pengkhianatan. Karena memang informasi yang aku dapat dan kemudian aku serap adalah sejarah yang seperti itu. Jarang sekali, aku dan teman-teman disuguhi dengan sejarah yang indah dan tidak menghancurkan. Tapi, sisi lain hatiku berontak. Berusaha untuk mencari kebenaran tentang apa yang di ungkapkan Gie dari pengalamannya itu. Sisi lain hatiku meyakini kenyataan lain bahwa ada sejarah yang tidak seperti itu.
Perasaan ini tidak lepas dari pendidikan yang aku dapatkan. Jika di sekolah dasar aku disuguhi sejarah bangsa Indonesia yang penuh dengan kekerasan dan pembunuhan saat materi G 30S PKI, maka di MI aku disuguhi dengan bagaimana santunnya penaklukan-penaklukan yang dilakukan oleh nabi Muhammad untuk membentuk Negara Madinah lewat pelajaran Tarih Islam. Dan cerita indah tentang nabi mulia ini ketika aku pergi mengaji di surau ketika malam harinya. Lewat kitab-kitab akhlak dan tarih islam yang lain.
Pun ketika SMP. Sejarah yang dihadirkan tidak lepas dari kekerasan, pemerasan, dan pengkhianatan. Bagaimana proses ketika terjadi revolusi industry di inggris, bagaimana kejamnya peristiwa yang melatari ketika revolusi perancis, dan perang-perang yang di lakukan oleh kerajaan-kerajaan yang ada di tanah air. Semua tidak terlepas dari kekerasan dan pemerasan. Tapi itu tidak cukup membuatku mempercayai bahwa sejarah tidak akan tercipta tanpa itu semua. Karena, aku meyakini bahwa sejarah memiliki sisi lain. Karena, aku meyakini bahwa agama islam yang cinta kedamaian memiliki sejarah yang berbeda yang selama ini tidak aku dapatkan di sekolah formal pagi yang aku jalani.
Sampai akhirnya aku memiliki kesempatan membaca shirah nabi Muhammad. Di sana, aku tidak menemukan pemerasan ataupun kekerasan dalam perjalanan beliau mengemban risalah ini. jauh sebelum beliau diangkat sebagai nabi, sampai akhir hayatnya ketika agama yang selama ini beliau perjuangkan tegak di bumi dan diikuti mayoritas manusia di bumi. Dengan sopan santun nabi muhammmad menyebarkan risalah ini. tanpa kekerasan, tanpa pemerasan, tanpa pengkhianatan. Karena ketika risalah ini dibawa dengan sikap keras, maka niscaya orang-orang akan menjauhinya.
Kelemah lembutan ini beliau tunjukkan ketika mendekati orang-orang untuk diajak memeluk dan mempercayai islam. tidak ada paksaan disana. Karena begitulah beliau diperintahkan. Satu per satu orang yang masuk islam bukan karena paksaan yang dilakukan nabi Muhammad. Tapi karena kelembutan dan kesantunannya. Misal, paman nya yaitu Hamzah. Menyatakan masuk islam ketika beliau tidak terima keponakan yang disayanginya di jelek-jelekkan oleh abu lahab. Begitu juga dengan orang yang paling ditakuti dikalangan quraisy, umar bin khattab. Niatnya yang ingin membunuh nabi berbalik arah menjadi mengikuti agama islam setelah mengetahui apa yang dibawa oleh nabi Muhammad melalui adik perempuannya, Fatimah binti khattab. Pun ketika beliau menghadapi kekerasan penduduk Thaif. Meskipun wajah penuh luka karena lemparan batu, beliau tidak membalasnya dengan kekerasan. Meskipun kesempatan itu ada, beliau tidak melakukannya. Nabi Muhammad hanya berdo’a “ Ya Allah, ampunilah mereka. Karena sesungguhnya mereka hanyalah orang-orang yang belum mengerti. Aku harap dari rahim merekalah akan lahir anak-anak yang akan memperjuangkan agama ini”.
Ketika tahapan penyebaran ini mengharuskan berpindah ketempat yang baru, beliau melakukannya juga tanpa kekerasan. Tidak ada yang terluka dalam proses penaklukan madinah untuk dijadikan basis pemerintahan. Beliau hanya mengutus satu orang untuk mengkondisikan satu kota Yastrib (kemudian berubah nama menjadi Madinah). Ya, hanya Mush’ab bin Umair yang beliau utus ke sana. Dan dalam waktu kurang dari satu tahun, takluklah Madinah. Dan para penduduknya telah siap menerima Rasulullah dan para sahabat dari mekkah.
Begitulah sebagian kisah indah yang dapat dari apa yang aku baca. Dan ini pulalah yang membuatku tidak percaya 100% bahwa sejarah tidak bisa tercipta tanpa pemerasan. Buktinya, sejarah Muhammad yang penuh dengan kesantunan dan kelembutan tidak habis-habisnya untuk dipelajari. Mungkin Gie belum pernah berkesempatan mempelajari sejarah orang paling berpengaruh di dunia ini. hanya sejarah penaklukan penuh kekerasan yang dia dapat. Sehingga terlontarlah kata-kata itu. Bagiku, sejarah nabi adalah sejarah terindah yang pernah ada di bumi. Tidak akan ada sejarah yang indah, seindah sejarah Rasulullah.
teringat ketika masa sekolah dulu, aku juga sempat berpikir, bahwa sejarah indonesia itu penuh kebohongan, terutama tentang G30S PKI...pada akhirnya bikin malas belajar sejarah..namun setelah baca shirah nabawiyah, semangat untuk belajar sejarah kembali muncul. sejarah indah masa Rasulullah membangkitkan semangat untuk mencari 'kebenaran' sejarah yg sesungguhnya... :)
BalasHapusya, sejarah rasulullah, sahabat, tabi'in, dan tabi'it tabi'in memang indah. tidak ada kekerasan.tidak ada kesengsaraan.
BalasHapusdan semakin aku terkagum dan ingin belajar sejarah setelah ikut kajian ust. syaifuddin hari sabtun lalu.