Kamis, 10 Maret 2011

Harapan itu masih ada

Ramah, ada sesuatu yg aku bawa pulang dari perjalananku di Malang. Sesuatu keoptimisan bahwa bangsa ini masih memiliki harapan, karena bangsa ini masih memilki kami, putra-putra bangsa yang memikirkan, yg tidak hanya perduli pada dirinya sendiri, yang senantiasa membperbaiki diri, yang senantiasa belajar tentang apa yang dibutuhkan bangsa ini.

Ramah, ketika aku di Malang, aku teringat diskusi-diskusi kita saat kita menghabiskan waktu bersama di depan TV atau ketika kita menikmati suasana sore bersama di beranda rumah, dengan rokok dan kopi yang menemani mu tentu saja. Masih ingatkah Ramah tentang pertanyaanku “mengapa indonesia seperti ini? Tidak bisakah kekacauan ini berakhir? Tidak adakah orang-orang yang akan memimpin negeri ini yang mereka tidak hanya memikirkan diri mereka, keluarga mereka, kelompok mereka sendri?” dan sederet pertanyaan lain dari putri kecilmu yang baru belajar memahami kondisi negeri ini. Saat itu, Ramah tidak langsung menjawab ocehanku. Ramah menerawang sambil sesekali menghisap asap beracun dan saat kemudian menghembuskannya.

Setelah desahan nafas, Ramah bertutur. “ ada. Pasti ada. Suatu saat, bangsa ini pasti akan berubah. Orang-orang yang sekarang berkuasa itu akan tergantikan. Orang-orang yang tidak perduli dengan rakyat setelah mereka menjabat itu akan tergantikan dengan orang-orang yang lebih baik dari mereka. Suatu saat. Pasti akan ada orang-orang seperti mereka.”

Ramah, putrimu sekarang meyakini itu. Putrimu semakin menyakininya, bahwa kondisi buruk ini akan berakhir. Cepat atau lambat. Karena putrimu meyakini bahwa Allah akan mempergilirkan kekuasaan ini. Dan hal ini bukanlah suatu hal yang utopis. Aku meyakini ini karena ada realitas yang aku lihat ketika di Malang, Ramah. Yang aku lihat di Malang adalah sekumpulan orang yang sedang berlatih untuk menjadi pemimpin-pemimpin masa depan yang tidak hanya memahami bangsanya, tapi juga agamanya. Sekumpulan orang yang mencoba mencari solusi dari segala kekacauan yang ada pada bangsa ini. Tidak sekarang memang. Ya, tidak sekarang apa yang kita lakukan itu akan terlihat hasilnya. Bahkan mungkin kami belum sempat merasakan perubahan itu. Tidak jadi masalah. Yang terpenting apa yang kami lakukan adalah demi perbaikan bangsa ini.

Ramah tahu mengapa aku mengatakan ini? Ramah, bagaimana menurut Ramah dengan seorang pemimpin yang memiliki kepahaman islam yang mengakar, pengetahuan kebangsaan yang luas, kompetensi dalam disiplin ilmunya, dan memiliki keinginan untuk memperbaiki kondisi bangsa? Apakah itu cukup untuk menjadi pemimpin yang akan merubah bangsa ini?

Ramah, aku menemukan komunitas itu. Orang-orang yang tidak hanya perduli dengan dengan dirinya sendiri, orang yang senantiasa melakukan perbaikan diri pribadi menuju perbaikan masyarakat bahkan bangsa ini. Aku nyaman ada dikomunitas ini,Ramah. Karena aku bisa menjadi bagian dari perbaikan bangsa ini. Jadi aku tidak hanya mengkritisi saja. Dan aku meyakini bahwa harapan untuk bangsa ini akan menjadi baik masih ada. Harapan itu masih ada.

0 komentar:

Posting Komentar