Minggu, 22 Desember 2013

Menunjukkan Rasa Cinta pada Buku

         
Sejak kecil, saya sudah diajarkan gemar membaca. Buku, koran, majalah, pun banner yang terpampang di jalan-jalan tidak luput untuk saya baca. Hingga kini, setiap bulan selalu saja ada yang ingin diselesaikan untuk dibaca. Ketika jaman SD dulu, akrab dengan buku-buku yang tersedia di perpustakaan sekolah yang tidak seberapa banyak, menginjak SMP, karya Enid Blyton, R.L Stine, dan Boim Lebon dengan Lupus nya menjadi teman di akhir pekan. Saat SMA, saya baru berkenalan dengan karya penulis dari FLP dengan penerbit MIZAN.
          Selama itu, tidak satupun buku yang saya punya, kecuali tentu saja buku paket pelajaran yang setiap awal semester selalu saya miliki. Dengan buku-buku paket itu, saya sudah bertekad untuk tetap menjaga dalam kondisi baik, pengalaman kehujanan hingga merusak buku tidak ingin saya alami lagi. Maka jadilah tiap mendapatkan buku baru, saya selalu menyampulnya terlebih dahulu. Jaman SMA dulu, saya masih belum berkenalan dengan sampul plastik mika kecuali sampul plastik tipis yang biasa digunakan untuk buku tulis, maka buku paket saya lapisi dengan plester bening besar di seluruh bagiannya. Dan hal ini cukup efektif menjaga buku paket tetap baik selama satu semester bahkan masih layak untuk dipinjamkan ke adik kelas.
         
Sekarang, ketika sudah bisa memiliki buku sendiri, kecintaan terhadap buku lebih leluasa untuk diekspresikan. Bagi saya, mencintai buku tidak hanya dengan membaca apa yang tertulis, namun ada beberapa hal lain yang harus dilakukan oleh seorang yang mencintai buku.



1.     Membeli produk asli
Lapak Buku Bekas dan Bajakan
Di indonesia, apa produk yang tidak ada barang bajakannya? Pun dengan buku, kita bisa menemukan produk bajakan ini dengan mudah, terlebih jika buku tersebut memiliki label “Best Seller”, tentu kita bisa mendapatkannya dengan harga yang jauh dari harga aslinya.
Tapi bagi saya, membaca buku bajakan mengurangi keasyikan dan keberkahan dalam mengambil apa yang ada dalam buku. Namanya bajakan, tentu saja kualitasnya jauh di bawah buku asli, mudah lepas, kertas tidak bagus, dan halaman yang bisa saja tidak lengkap. Entah, untuk saya pribadi, membaca buku bajakan membuat saya tidak paham dengan apa yang disampaikan buku. Jika tidak ingin membeli, saya lebih memilih meminjam buku yang saya ingin baca daripada membeli buku bajakan.
2.    Menyampulnya
Setelah buku yang diinginkan terbeli, hal pertama yang biasa saya lakukan adalah menyampulnya. Sejak tinggal di Surabaya, saya sudah mengenal yang namanya sampul plastik. Jadi, awal membeli buku juga sekalian membeli sampul plastiknya.
Saya sering gregetan dengan teman-teman yang membiarkan bukunya tidak tersampul. Tidak masalah jika buku itu dalam format hardcover, tapi yang bersampul softcover sunggu disayangkan jika tidak dalam kondisi tersampul, apalagi buku itu berpotensi untuk dipinjam banyak orang.
3.    Menyediakan pembatas
Pembatas buku biasa
Menggaris bawahi atau memberi catatan pada halaman buku tidak masalah bagi saya, karena hal itu akan mempermudah untuk mencari ulang kalimat ketika ingin meresensinya. Tapi, yang tidak bisa saya tolelir adalah jika halaman buku dilipat. Bukan apa-apa, melipat halaman buku bisa merusak buku. Jika ingin menandai halaman yang kita baca, alangkah lebih baiknya jika menggunakan pembatas buku. Sekarang buku-buku banyak yang disertai dengan pembatas buku, kadang pembatas bukunya juga unik.
Namun jika tidak ada pembatas buku dari penerbit, kita bisa menyiasati sendiri. Menggunakan pembatas buku yang dijual di toko-toko buku, baik yang biasa atau yang magnetik. Atau hanya dengan menggunakan kertas bekas, yang penting buku kita memiliki pembatas dan tidak terlipat.
Pembatas Buku Magnetik
Terkait pembatas buku, pengalaman yang sering terjadi adalah pembatas buku sering hilang karena terjatuh saat membaca buku di tempat-tempat umum. Nah,untuk menghindari ini bisa menggunakan pembatas buku magnetik yang bisa kita lekatkan pada halaman lain saat kita sedang membaca buku.
4.    Meresensi
Meresensi atau memberikan ulasan pada buku, adalah salah satu wujud kecintaan pada buku. Memberikan kesan dan masukan terhadap buku yang kita baca, akan membantu secara tidak langsung mempromosikan buku tersebut. Mengajak orang lain untuk juga ikut membaca buku yang sedang kita baca. Selain itu, membantu kita dalam mengikat ilmu yang kita dapatkan dari apa yang kita baca.


5.    Memberi identitas
Dan yang tidak boleh tertinggal adalah memberikan identitas pada buku yang kita punyai. Hal ini akan mudah ketika buku kita dipinjam. Sayangkan jika buku kita dipinjam lalu tidak kembali? Identitas bisa ditulis lengkap seperti pada identitas buku di perpustakaan, atau hanya nama kita saja di awal halaman buku.


Itu beberapa hal yang saya lakukan pada buku-buku yang saya punyai. Satu-persatu buku-buku bisa saya miliki sendiri, hingga memiliki kesempatan untuk berbagi dengan yang lain, tanpa harus khawatir buku yang dipinjamkan rusak.

2 komentar:

  1. semoga diparengi istiqomah membaca ya kak :)
    salam kenal :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih sudah berkunjunga.. salam kenal juga

      Hapus