Senin, 07 Mei 2012

Senyum, keramahan, dan kebahagiaan mereka


            Pekan ini aku menjalankan praktik profesi di Pacet, mojokerto. Tepatnya di rumah sakit kusta sumber glagah. Ehm, apa yang terlintas dipikiran kalian ketika mendengar kata kusta? Mengerikan, menjijikkan, dan harus di jauhi?. Pasti itu yang ada. Karena itu penyakit menular, berbahaya, kutukan, atau karena guna, hal itu yang masih ada sampai saat ini. Penyakit menular, memang iya. Berbahaya hanya ketika kusta tidak diobati. 
Lesi pada Pasien dengan kusta
Salah besar ketika kusta dikatakan penyakit kutukan atau karena guna-guna. Penyakit kusta murni karena bakteri yang bernama mycobacterium leprae, yang dapat sembuh dengan pengobatan dalam jangka waktu tertentu. Pernyataan atau pendangan semacam itu wajar-wajar saja bagi orang yang tidak pernah mengetahui secara langsung bagaimana penderita kusta dengan penyakitnya. Dan hal itu juga aku alami sebelum menginjakkan kaki di RSK ini. Wah, di sana pasti mengerikan, menjijikkan, alat perlindungan diri harus maksimal. Tapi, ketika mobil yang membawa kami memasuki halaman rumah sakit....., kesan asri dan sejuk yang tertangkap.  Memasuki tiap ruangan dalam orientasi yang dilakukan, kesan awal itu tidak ada sama sekali. Pasien-pasien dengan keadaan seperti penyakit pada umumnya. Senyum mereka menyambut kami, mayoritas dari mereka terbuka akan kedatangan orang baru.
salah satu sudut lingkungan RSK
            Keramahan itu aku dapatkan saat aku dan salah seorang teman berkeliling paska orientasi resmi bersama pembimbing klinik. Menyapa satu-persatu pasien di tiap ruangan. Kedekatan yang ingin kami bangun dengan mereka. Dan mereka menyambut kami. “masih baru, ya nak?” begitu tanya mereka. Dan mengalirlah obrolan kami. Menanyakan sejak kapan mereka di sini, sejak kapan ketahuan sakit kusta, hingga mereka membuka sendiri dari mana sebelumnya mereka berasal sebelum akhirnya di rawat di rumah sakit ini. Selesai dengan ruangan yang berisi ibu-ibu, kami berpindah ke ruangan khusus bapak. Di sana kami bertemu dengan pasien yang sudah 25 tahun tinggal di sini. Kakek itu bercerita sudah tinggal di RSk sejak tahun 1987 (bahkan aku belum lahir), saat itu masih minim informasi tentang kusta, hingga kakek itu sembuh, tetap tinggal dan membantu di RSK, walaupun sudah disediakan tempat tinggal dan sawah untuk digarap. Dari sana juga muncul celetukan, “gimana mbk?. Kalo orang yang belum tahu pasti jijik, eh ternyata rumah sakitnya resik kayak ngene”. Kami hanya tersenyum, ya apa yang bapak sampaikan tidak salah, bahkan hal itu ada dalam pikiranku. Kakek menanyakan dari mana asal daerah kami, ketika saya sebut “pamekasan”. Beliau langsung menyambut dengan pernyataan yang –aslinya tidak ingin aku dengar- di pamekasan banyak kasusnya, mbak”. Aku tersenyum kecut, “ya, pak” jawabku. Disana kejadian penyakit kustanya masih tinggi”. Lanjutku. “ya, nanti kalo sudah selesai sekolahnya,, jangan lupa balik. Sampai sekarang pandangan orang tentang penyakit kusta masih negative, masih mengucilkan karena takut tertular. Padahal tidak seperti itu kalau tahu ilmunya.
sudut ruangan RSK
            “Penjelajahan” kami akhiri saat melihat perawat ruangan yang sedang melakukan perawatan luka. Kami mengikuti mereka. Melayani satu persatu pasien yang mengalami luka akibat tusukan benda tajam yang tidak mereka rasakan karena kematian saraf perifer. Kecil besar luka tergantung keparahannya. Ada juga luka paska amputasi. Saat mengikuti perawatan luka itulah aku merasakan kebahagiaan mereka. Satu dengan yang lain saling bercanda. Mengejek luka temannya. Jika masih jelek, mereka akan membanggakan luka miliknya yang sudah mulai bagus. Mereka saling memotivasi untuk melakukan perawatan tanpa bosan. Ya, mereka saling mendukung satu sama lain.
Kusta dengan luka pada kaki
Leaflet tentang kusta
            Jika tidak merasakan pengalaman langsung, aku akan tetap dengan pikiran jelekku. Tapi semua itu hilang ketika menemui mereka secara langsung. Senyum hangat saat menyambut kami, keramahan mereka, dan kebahagiaan yang mereka rasakan bersama teman-teman yang memiliki nasib yang sama. Dan tugasku sekarang adalah menginformasikan ke orang luas, bahwa kusta tidak semengerikan yang mereka pikirkan.

0 komentar:

Posting Komentar