This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 20 Maret 2011

Tiada Sejarah yang Indah, Seindah Sejarah Rasulullah (Muhammad)



“ sejarah dunia adalah sejarah pemerasan. Apakah tanpa pemerasan, sejarah tidak ada? Apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan, sejarah tidak akan lahir? Seolah-olah, jika kita membagi sejarah, yang kita jumpai hanya pengkhianatan. Seolah-olah dalam setiap ruang dan waktu, kita hidup di atasnya.”
                Itu penggalan kalimat yang aku dapatkan pertama kali ketika SMA kelas 3. Saat pertama kali menonton film Gie. Saat mendengar itu, aku langsung ingin percaya bahwa memang sejarah dunia dan Indonesia  adalah sejarah yang penuh dengan pemerasan dan pengkhianatan. Karena memang informasi yang aku dapat dan kemudian aku serap adalah sejarah yang seperti itu. Jarang sekali, aku dan teman-teman disuguhi dengan sejarah yang indah dan tidak menghancurkan. Tapi, sisi lain hatiku berontak. Berusaha untuk mencari kebenaran tentang apa yang di ungkapkan Gie dari pengalamannya itu. Sisi lain hatiku meyakini kenyataan lain bahwa ada sejarah yang tidak seperti itu.
                Perasaan ini tidak lepas dari pendidikan yang aku dapatkan. Jika di sekolah dasar aku disuguhi sejarah bangsa Indonesia yang penuh dengan kekerasan dan pembunuhan saat materi G 30S PKI, maka di MI aku disuguhi dengan bagaimana santunnya penaklukan-penaklukan yang dilakukan oleh nabi Muhammad untuk membentuk Negara Madinah lewat pelajaran Tarih Islam. Dan cerita indah tentang nabi mulia ini ketika aku pergi mengaji di surau ketika malam harinya. Lewat kitab-kitab akhlak dan tarih islam yang lain.
                Pun ketika SMP. Sejarah yang dihadirkan tidak lepas dari kekerasan, pemerasan, dan pengkhianatan. Bagaimana proses ketika terjadi revolusi industry di inggris, bagaimana kejamnya peristiwa yang melatari ketika revolusi perancis, dan perang-perang yang di lakukan oleh kerajaan-kerajaan yang ada di tanah air. Semua tidak terlepas dari kekerasan dan pemerasan. Tapi itu tidak cukup membuatku mempercayai bahwa sejarah tidak akan tercipta tanpa itu semua. Karena, aku meyakini bahwa sejarah memiliki sisi lain. Karena, aku meyakini bahwa agama islam yang cinta kedamaian memiliki sejarah yang berbeda yang selama ini tidak aku dapatkan di sekolah formal pagi yang aku jalani.
                Sampai akhirnya aku memiliki kesempatan membaca shirah nabi Muhammad. Di sana, aku tidak menemukan pemerasan ataupun kekerasan dalam perjalanan beliau mengemban risalah ini. jauh sebelum beliau diangkat sebagai nabi, sampai akhir hayatnya ketika agama yang selama ini beliau perjuangkan tegak di bumi dan diikuti mayoritas manusia di bumi. Dengan sopan santun nabi muhammmad menyebarkan risalah ini. tanpa kekerasan, tanpa pemerasan, tanpa pengkhianatan. Karena ketika risalah ini dibawa dengan sikap keras, maka niscaya orang-orang akan menjauhinya.
                Kelemah lembutan ini beliau tunjukkan ketika mendekati orang-orang untuk diajak memeluk dan mempercayai islam. tidak ada paksaan disana. Karena begitulah beliau diperintahkan. Satu per satu orang yang masuk islam bukan karena paksaan yang dilakukan nabi Muhammad. Tapi karena kelembutan dan kesantunannya. Misal, paman nya yaitu Hamzah. Menyatakan masuk islam ketika beliau tidak terima keponakan yang disayanginya di jelek-jelekkan oleh abu lahab. Begitu juga dengan orang yang paling ditakuti dikalangan quraisy, umar bin khattab. Niatnya yang ingin membunuh nabi berbalik arah menjadi mengikuti agama islam setelah mengetahui apa yang dibawa oleh nabi Muhammad melalui adik perempuannya, Fatimah binti khattab. Pun ketika beliau menghadapi kekerasan penduduk Thaif. Meskipun wajah penuh luka karena lemparan batu, beliau tidak membalasnya dengan kekerasan. Meskipun kesempatan itu ada, beliau tidak melakukannya. Nabi Muhammad hanya berdo’a “ Ya Allah, ampunilah mereka. Karena sesungguhnya mereka hanyalah orang-orang yang belum mengerti. Aku harap dari rahim merekalah akan lahir anak-anak yang akan memperjuangkan agama ini”.
                Ketika tahapan penyebaran ini mengharuskan berpindah ketempat yang baru, beliau melakukannya juga tanpa kekerasan. Tidak ada yang terluka dalam proses penaklukan madinah untuk dijadikan basis pemerintahan. Beliau hanya mengutus satu orang untuk mengkondisikan satu kota Yastrib (kemudian berubah nama menjadi Madinah). Ya, hanya Mush’ab bin Umair yang beliau utus ke sana. Dan dalam waktu kurang dari satu tahun, takluklah Madinah. Dan para penduduknya telah siap menerima Rasulullah dan para sahabat dari mekkah.
                Begitulah sebagian kisah indah yang dapat dari apa yang aku baca. Dan ini pulalah yang membuatku tidak percaya 100% bahwa sejarah tidak bisa tercipta tanpa pemerasan. Buktinya, sejarah Muhammad yang penuh dengan kesantunan dan kelembutan tidak habis-habisnya untuk dipelajari. Mungkin Gie belum pernah berkesempatan mempelajari sejarah orang paling berpengaruh di dunia ini. hanya sejarah penaklukan penuh kekerasan yang dia dapat. Sehingga terlontarlah kata-kata itu.  Bagiku, sejarah nabi adalah sejarah terindah yang pernah ada di bumi. Tidak akan ada sejarah yang indah, seindah sejarah Rasulullah.

Selasa, 15 Maret 2011

Sebuah Permohonan



Aku mohon ijin
Untuk mundur beberapa langkah
Untuk mencapai lompatan lebih tinggi
Paling tidak, berdasarkan analisisku
Analisis yang aku bangun ketika idealism diri terbentur oleh realitas

Aku mohon ijin
Untuk mengambil keputusan ini
Aku tahu akan mengecewakan kalian
Kalian yang telah percaya dan berharap banyak padaku
Tapi aku tak punya pilihan
Paling tidak, untuk saat ini

Aku mohon ijin
Jika harus memilih ini
Aku harap kalian paham
Bahwa sekarang aku dihadapkan pada realitas yang berbeda
Hal yang sebelumnya tidak terpikirkan

Ijinkan aku
Jika keputusan itu akhirnya aku ambil
Maafkan aku
Karena tidak bisa menjalankan kepercayaan dan mewujudkan harapan kalian

Do’akan aku
Semoga harapan dan kepercayaan kalian adalah penguatku
Semoga ada pilihan lain yang bisa aku ambil
Dan akhirnya tidak memilih pilihan itu

Kenaikan Harga dan Kecerdasan Bangsa*


Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan yang ingin diwujudkan oleh bangsa ini. Seperti yang sudah tertuang dalam pembukaan UUD 1945. Yang berbunyi “ untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia, yang melindungi segenap bangsa Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan untuk mewujudkan ketertiban dunia, maka dengan ini dinyatakan kemerdekaan Negara Indonesia…”
Kecerdasan penduduk Indonesia terutama generasi mudanya adalah suatu modal besar untuk mewujudkan Negara Indonesia yang lebih baik. Karena ditangan merekalah masa depan bangsa tergenggam. Tanpa hal itu, sulit untuk mewujudkan bangsa yang lebih baik. Karena proses pembanguanan ini membutuhkan SDM yang berkualitas. Dan salah satu indikatornya adalah kecerdasan.
Kecerdasan seorang anak dipengaruhi oleh tiga hal. Karena genetic, lingkungan, dan asupan gizi. Hal tersebut saling terkait satu dengan yang lain. Tidak dapat satu hal berdiri sendiri. Meskipun secara genetis seorang bayi mewarisi gen pintar dari ibunya, hal itu bukanlah suatu keniscayaan bahwa nantinya seorang anak menjadi pintar jika asupan nutrisinya tidak diperhatikan dengan seksama. Gizi penting adanya untuk membantu sel-sel syaraf bersambung satu dengan yang lain.
Melihat perkembangan sekarang ini, seolah-olah hal tersebut sulit untuk dipenuhi. Meskipun perbaikan gizi masyarakat adalah agenda nasional pemerintah dalam rangka perbaikan indeks pembangunan manusia yang posisinya masih jauh dari negara-negara yang lain. Pada tahun 2003 peringkat Indonesia menduduki peringkat 112 dari 175 negara, pemerintah seolah justru menjadi tokoh utama dalam ketidak suksesan program tersebut.
Kenapa? Karena kenaikan harga kebutuhan pokok yang akhir-akhir ini terjadi menyebabkan banyak masyarakat terutama kalangan menengah kebawah kesulitan memenuhi kebutuhan gizinya. Harga barang yang terus naik dan tidak kunjung turun semakin membuat masyarakat bingung bagaimana memenuhi kebutuhannya. Dari liputan yang dihimpun Tempo interaktif, menjelang Natal dan Tahun Baru, harga kebutuhan pokok di pasar tradisional Kota Surabaya, Jawa Timur, merangkak naik. Kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan di antaranya beras, minyak curah, gula, bawang merah dan bawang putih. Harga beras termurah sudah mencapai Rp. 6000,-. Belum lagi minyak goreng yang menyetuh harga Rp. 10.500,- per liter.
Kenaikan ini akan menyebabkan efek domino. Kenaikan satu bahan pokok akan diikuti naiknya harga barang yang lain. Misal sayur dan ikan. Meskipun harga barang ini lebih dipengaruhi cuaca, tapi mau tidak mau para pedagang juga akan menaikkan harga agar hasil penjualan bisa digunakan untuk membeli kebutuhan pokok yang terus naik. Dan inilah dilemanya.
Para pedangan sayur dan ikan rata-rata kalangan bawah. Mereka berada dalam kondisi yang membingungkan. Jika menaikkan harga, dagangannya sulit laku. Tapi jika tidak, maka uang yang didapat dari hasil menjual sayur atau ikan hanyakan cukup untuk membeli kebutuhan pokok bahkan terkadang hal itu juga tidak terbeli saking tingginya harga.
Lalu, bagaimana mereka memenuhi kebutuhan gizi para keluarganya? Jika para penjual sayur itu memilki anak-anak yang masih dalam proses tumbuh kembang, maka suatu hal krusial dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi anak-anak mereka. Jika hal ini terus terjadi, masihkah tujuan untuk mencerdaskan seluruh rakyat Indonesia terwujud? Sedangkan untuk sekedar membeli makanan untuk menyambung hidup saja banyak masyarakat Indonesia masih kesulitan. Bahan makanan pokok tidak terbeli, apalagi makanan sumber gizi yang lain untuk mendukung kecererdasan generasi muda.
Salah satu factor kecerdasan adalah pendidikan. Jika memenuhi kebutuhan maka saja kalangan bawah bangsa ini kesulitan, bagaimna mereka harus memenuhi pendidikan anak-anaknya? Pendidikan adalah suatu hal penting untuk menstimulus sel-sel otak mereka. Semuanya saling terkait satu dengan yang lain.
Maka dari itu penting untuk pemerintah mengendalikan kenaikan harga barang kebutuhan pokok. Agar masyarakat tidak selalu disibukkan untuk memikirkan bagaimana mereka memenuhi kebutuhan dasar tersebut. Agar berkembang untuk merancang tahapan selanjutnya yaitu pendidikan. Agar setiap warga negara Indonesia merasakan tujuan dari pembukaan UUD 1945 tanpa terkecuali. Agar kalimat dalam pembukaan UUD itu tidak berubah menjadi kecerdasan bagi bangsa Indonesia kecuali kalangan menengah bawah. Agar seluruh wara Negara Indonesia bisa mengaktulisasikan dirinya, tidak terus berkutat dengan butuhan pokok yang semakin membuat banyak masyarakat kebingungan. 
*opini mutiara bulan desember 

Tenaga kerja, anak, dan masa depan bangsa.*


Jumlah pekarja Indonesia di luar negeri mencapai dua juta jiwa. Mereka ditempatkan dibeberapa Negara. Misal Malaysia, Arab Saudi, Taiwan, Hongkong, dan beberapa Negara lain. Mereka berjuang mencari asa untuk bisa hidup dan menghidupi keluarganya. Rela meninggalkan kampung halamannya, meninggalkan keluarganya dan anak-anaknya. “Hanya” demi memenuhi kebutuhan hidup, yaitu material. Sedangkan kebutuhan nonmaterial mereka, juga anak-anaknya tidak lagi mereka anggap penting. Karena bagi mereka, tanpa uang yang cukup mereka tidak akan bisa hidup.

            Tenaga kerja juga manusia yang memiliki perannya sebagai orangtua, mereka berperan menjadi seorang pendidik bagi anak-anaknya agar sang anak mencapai kecerdasan yang maksimal. Setiap orang ingin mempunyai anak yang cerdas. Termasuk juga para tenaga kerja. Karena kecerdasan adalah modal penting bagi anak untuk mengarungi kehidupan. Mereka juga menginginkan anaknya memiliki pendidikan yang bagus, tinggi, sehingga tdiak bernasib sama seperti orang tuanya.
            Generasi yang sehat dan cerdas diharapkan dapat menjadi tonggak kemajuan bangsa. Hal ini pula yang menjadi tanggung jawab orangtua sebagai orang yang paling dekat dengan anak. Hanya saja, untuk merealisasikannya bukanlah hal yang mudah karena membutuhkan pemenuhan secara materi, mental, dan social.
            Jika mereka hanya berfokus dalam pemenuhan kebutuhan material saja, bagaimana dengan kebutuhan mental dan sosialnya?. Padahal dua hal itu membutuh orangtua yang mendampingi anak terus menerus. Ada disamping anak ketika mereka memilki banyak pertanyaan yang ingin mereka ajukan terkait apa yang mereka dapat dari dunia sekitar yang mereka lihat. Tidak adanya orangtua disamping mereka akan membuat tahap perkembangan ada yang terlewatkan. Dan tentu aja tidak akan sempurna.
            Cerdas atau tidaknya seorang anak, tergantung bagaimana orangtua memperlakukannya.  Karena mereka ibarat kertas putih yang isinya tergantung orangtua menginginkan apa untuk anak-anknya. Proses itu sudah dimulai dari sang anak berada dalam kandungan hingga dia lahir, tumbuh, dan berkembang. Perjalanan dan hasil akhir dari proses ini sagat bergantung pada orangtua. Artinya, perlakuan oarngtua akan menetukan masa depan seorang anak.
            Bagi seroang pekerja hal ini mungkin sulit untuk mereka lakukan. Mereka yang berasal dari keluarga menengah kebawah, dengan kondisi ekonomi yang kurang, juga akan beri8mbas pada status gizi dari seorang ibu ketika mengandung seorang anak. Kemudian, ketika sudah melahirkan sang anak akan ditinggal dan ditiipkan pada kelurga lain atau pada neneknya. Tentu saja mereka akan mendapatkan perlakuan yang berbeda dari orang yang mengasuh. Walaupun pengasuh itu adalah nenek.
            Hal seperti ini tidak dapat terus dibiarkan. Pemerintah harus memikirkan bagaimana nasib anak-anak yang ditinggalkan orangtuanya mencari nafkah keluar negeri.karena hal ini berkaitan dengan lingkaran yang sulit untuk diputuskan. Saling terkait satu sama lain. Kemiskinan, lapangan kerja yang kurang, kepahaman tentang pentingnya orang tua untuk ikut serta dalam pendiidkna anak-anaknya, saling berkait satu sama lain. Jika hal ini terus berlanjut, bagaimna nasib bangsa kedepan? Apakah akan diisi dengan orang-orang dewasa yang masa kecilnya tidak terpenuhi dengan sempurna? Yang juga akan menyebakan dampak yang negative. Tidak semua memang. Tapi beberapa kasus yang terjadi bisa dijadikan bahan renungan bagi pengambilan kebijakan. Seperti halnya kasus anak yang diperkosa ayahnya sendiri karena istrinya pergi merantau, di lecehkan oleh tetanggaya, dan lainnya.
            Misalnya ada dua juta tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri. 70% di antaranya mempunyai anak dan mereka tinggal. Maka ada sekitar 1.400.000 orang anak yang tidak terpenuhi tahap perkembangannya. Tidak terpenuhi pendidikannya secara sempurna.
            Bagaimanapun, anak-anak adalah aset bangsa. Bagaimana kedepannya sebuah bangsa tergantung pada bagaimana anak-anaknya dididik. Jika mereka mendapatkan pendidikan tidak sempurna akan berdampak pada keperibadian yang tidak sempurna pula. Dan hal ini tentua tidak diharapkan. Semoga pemerintah dan siapaun yag terkait didalamnya segera menyadari hal ini. Karena masalah ini adalah masalah yang disebabkan karena satu hal tapi memilik dampak yang meyeluruh.
*opini Mutiara bulan November

Pemimpin, Pahlawan, dan Pengorbanannya*


 Sekarang ini rakyat Indonesia tengah mendapat tawaran terkait penganugrahan gelar pahlawan terhadap mantan presiden negeri ini yang itu Suharto. Sama seperti kasus yang lain. Masalah ini pun mendapatkan pro dan kontra dari masyarakat. Ada yang setuju, ada pula yang menolak. Mereka memiliki alasan masing-masing mengapa mendukung ataupun mengapa menolak. Perbedaan pendapat itu sah-sah saja. Karena negeri ini adalah Negara demokrasi yang kebebasan berpendapat terbuka lebar.
            Lalu, apa sebenarnya pahlawan? Mengapa ada perbedaan pendapat terkait penyematan pahlawan pada diri seorang Suharto? Kata pahlawan dalam kamus besar Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari dua kata Pahla dan Wan.
Pahla mengandung makna buah, sedang Wan untuk sebutan orangnya (bersangkutan). Pengertian secara luas pahlawan (baca: pahlawan nasional) adalah orang yang menghasilkan sebuah karya untuk kepentingan bangsa dan negara atau seorang pejuang gagah berani yang mengorbankan jiwa dan raga untuk kepentingan Bangsa dan Negara.
Seperti kisah seorang Florence Nightingale untuk menyelamatkan korban perang. Dia mendedikasikan dirinya untuk membantu para korban perang tersebut untuk mendapat perawatan sebagaimana mestinya. Meskipun mendapat larangan dari orang tuanya, dia tetap bertahan dengan apa yang diyakininya. Pada saat itu, profesi perawat masih diaggap sebuah profesi rendahan dan identik dengan hal yang negative. Tapi, Florence tetap bertahan dengan pendiriannya sehingga tercetuslah teori environmental nursing yang digunakan sebagai rujukan model keperawatan samapai saat ini.
            Sedangkan putu wijaya mendefinisikan, pahlawan  sejati adalah cahaya yang menuntun rakyat ke tujuan. Menemani langkah setiap orang menembus kemelut hidup menuju terang. Membisikkan pesan agar selalu memenangkan kebenaran. Dia jadikan hidup sebuah pertempuran panjang dengan pengabdian, pengorbanan demi kebahagiaan bersama.
            Pengabdian dan pengorbanan yang identik dengan seorang pahlawan. Tidak ada orang yang dinobatkan sebagai pahlwan tanpa ada pengorbanan yang dia lakukan. Bukan pengorbanan sesaat, tapi sepanjang hidupnya dia korbankan untuk keberhasilan perjuangannya. Orang-orang yang ada di balik kemerdekaan bangsa Indonesia, adalah orang-orang yang sudah mengorbankan jiwa raganya demi kemerdekaan bangsa ini. Mereka rela mengurangi waktu untuk keluarganya. Bahkan untuk dirinya sendiri. Tuanku imam bonjol, pattimura, Christina Martha tiahahu, cut nyak dien, dan yang lainnya. Adalah contoh pahlawan sejati yang dimiliki bangsa ini.
            Seorang pahlawan sejati tidak membutuhkan pujian dari apa yang mereka lakukan. Mereka bekerja dalam sunyi tanpa ada yang tahu kecuali dia sendiri dan Tuhannya. Dalam islam, begitu banyak pahlawan yang sudah gugur untuk tegaknya agama ini. Mereka tidak butuh untuk mendapatkan gelar pahlawan, karena syahidlah tujuan mereka.
            Pahlawan dan pengorbanan adalah sesuatu yang selalu beriringan. Meskipun tak selalu orang yang melakukan akan dicatat sebagai pahlawan. Khalifah umar yang merupakan pemimpin wilayah yang luasnya hampir 2/3 bumi. Hidup dalam kesederhanaan meskipun beliau adalah petinggi Negara besar. Umar benar-benar menunjukkan pegorbanannya untuk rakyat. Ketika terjadi paceklik didaerah kekuasaannya, dia mengharamkan daging masuk keperutnya. Ketika suatu waktu beliau berkeliling untuk melihat kondsi warganya, dia menemukan satu keluarga yang kelaparan, dan yang dia lakukan adalah memanggul sendiri gandum yang akan diberikan pada rakyatnya.
            Dari semua pengorbanan yang telah umar lakukan, dia tidak pernah berharap mendapatkan gelar pahlawan. Padahal, betapa besar pengorbanan untuk rakyatnya. Bagitu juga dengan umar bin abdul azis. Meskipun kedudukan sebagai khalifah adalah cita-citanya, dia tidaklah sibuk memenuhi apa yang dia inginkan. Tapi justru, ketika dia menjadi khalifah, dia mengorbankan apa yang dia miliki untuk membuat Negara yang dipimpinnya terbebas dari kemiskinan yang membelenggu saat itu. Dua setengah tahun masa pemerintahan beliau. Singkat memang, tapi berhasil merubah Negara yang awalnya miskin, menjadi Negara yang kebingungan untuk menyalurkan zakat karena didaerahnya sudah tidak ada yang mau menerima zakat.
            Begitulah seharusnya seorang pahlawan. Berkorban sepenuh jiwanya untk melihat negerinya menjadi lebih baik. Tidak hanya satu sisi berhasil, tapi sisi lain tidak tergarap. Sehingga, ketika penyematan gelar pahlawan dianugrahkan pada satu orang tidak aka nada yang akan memprotesnya. Apakah orang itu pantas untuk mendapatkan gelar pahlawan atau tidak.  
* tulisan yang saya buat untuk opini beasiswa Mutiara bulan oktober