This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 27 Agustus 2013

ONLY SKIN DEEP


Apakah seseorang yang memiliki pembawaan ceria, selalu bisa mentolirir dan bersikap easy going pada hidupnya?
Apakah seseorang yang berkarakter introvert cenderung melankolis?
Secara fisik Venus, tapi sebagian jiwanya Mars. Atau secara fisik Venus, tapi sebagian jiwanya Mars.
Namun tahukah, itu semua only skin deep. Kau butuh lebih banyak waktu untuk bisa mengenalnya lebih dalam. Tidak bisa dalam waktu sehari, dua hari, sebulan, bahkan setahun kebersamaan yang kalian lewati, namun tanpa seharipun menginap bersama atau melakukan perjalanan jauh bersama akan cukup mengenal temanmu, saudaramu.
Temanmu yang dalam interaksi selalu ceria, senyum terkembang, bisa jadi tengah menyimpan sebuah permasalahan yang tidak ingin dia bagi, bahkan dengan dirimu sebagai sahabatnya.
Only skin deep. Bisa jadi ada hal yang lebih lagi yang dia simpan, dalam hatinya, dalam dirinya, yang tidak ingin diketahui orang lain.
Lakukanlah perjalanan, menginaplah semalam dua malam, agar kau lebih memahami saudaramu, temanmu.
Karena begitulah sunnah menganjurkannya.

Senin, 26 Agustus 2013

Teori Tentang Cinta


Membaca buku non fiksi karya Sinta Yudisia berjudul “Kitab Cinta dan Patah Hati” saya akhirnya menemukan alasan ilmiah dari penyebab seseorang tertarik pada lawan jenis. Walaupun sebenarnya sudah tahu dari berbagai sumber, tapi kali ini beda. Penulis yang memiliki latar belakang pendidikan psikologi, tentu bisa lebih dipercaya kebenaran tulisannya.
Pada bab “apakah ini cinta?” Sinta Yudisia mengulas tentang alasan ketertarikan seseorang, yang biasanya –dengan mudah – orang menyebutnya dengan cinta. Tapi apakah “rasa aneh” tersebut bisa dikatakan sebagai cinta? Salah satu hal yang mempengaruhi adalah ketertarikan pribadi atau interpersonal attraction.
Menurut buku ini yang mengambil dari rumusan pakar psikologi sosial, ketertarikan pribadi terdiri dari beberapa bentuk emosi, seperti perasaan suka (liking), persahabata (friendship), kekaguman (admiration), nafsu (lust), dan cinta (love). Emosi-emosi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor kunci, antara lain:
1.   1.   Physical attractivenes (daya tarik fisik)
dari mata turun ke hati”, kalimat ini cukup populer kan? Daya tarik fisik diakui sebagai faktor awal penyebab seseorang menyukai pihak lain sebelum lambat laun berkembang menjadi hubungan yang lebih akrab. Yah... meskipun daya tarik fisik ini berbeda pada tiap orang, tergantung kecenderungan. Ada yang tertarik dengan tampilan rapi, potongan rambut cepak, atau pendek dan tidak sampai menyentuh daun telinga, memakai kemeja yang tersetrika rapi. Inilah mengapa, perlunya menjaga penampilan. Tidak harus berlebihan, menjaga diri dalam kondisi bersih, rapi, dan wangi (bagi laki-laki) adalah sebuah keharusan yang secara tidak langsung harus dipenuhi. Meskipun ada sebagian orang yang justru tertarik dengan orang yang cuek, berantakan, kaos oblong dengan celana jeans belel, itu tergantung dari kecenderungan tiap individu.
Laki-laki, cenderung tertarik pada perempuan karena fisik. Karena fitrah laki-laki, kelemahannya ada pada mata. Inilah mengapa perempuan diingatkan untuk tidak berlebih-lebihan dalam berdandan. Dan, mayoritas perempuan menyukai lawan jenis bukan karena fisik. Walaupun laki-laki yang good looking memiliki nilai tambah, tapi ketertarikan terbesar tidak pada fisiknya.
2. 2.     Similarity effects (kesamaan)
Sinta yudisia menuliskan:
            Secara teori, cinta dapat muncul karena kesamaan, baik kesamaan usia, ras, agama, status sosial, pendidikan, inteleginsi, nilai-nilai, sikap, maupun kesamaan fisik.
Atau bisa jadi kesamaan hobi, kesamaan amanah, atau kesamaa “ujian”. Dari sinilah mengapa seringkali kita temui ikatan persahabatan atau suami istri yang memiliki hobi yang sama atau dipertemukan dalam suatu organisasi yang sama.
3.  3.    Reciprocity Effects (Efek timbal balik)
Rayuan, inilah yang biasanya menjadi kelemahan wanita. Karena fitrahnya, kelemahan wanita ada pada telinga. Maka, berhati-hatilah bagi para wanita. Jangan mudah terpancing dengan rayuan-rayuan.
4. 4.     Harapan romantis
Ketika seseorang melihat ada suatu hal yang menjadi seperti yang dia harapkan dari orang lain, maka muncullah harapan untuk bersamanya. Fisik, sifat, penampilan, adalah faktor yang menimbulkan harapan romantis itu ada.

Faktor-faktor tersebut dapat kapan saja muncul. Dimulai sejak seseorang memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis, hingga saat usia tua menghampiri. Dan disinilah ujiannya. Akankah kita mampu melawan ketertarikan tersebut, atau kita mengikuti dengan menyalahi aturan yang sudah ditetapkan Allah dengan mengatasnamakan CINTA.
Saya mencoba mengingat-ingat. Ketika SMP, sempat tertarik dengan kakak kelas yang secara fisik good looking, pintar, dan seorang organisatoris. Tapi, ketertarikan itu serta merta hilang ketika tahu bahwa kakak kelas tersebut pacaran. Pernah juga tertarik dengan teman sekelas yang menjadi partner dalam pengerjaan tugas-tugas, nah ini tentang similarity effects.
Sempat bertanya pada teman yang menjalani aktivitas pacaran, mengapa kamu menyukainya? Jawaban yang saya dapat klise. Jika dia laki-laki jawabannya cantik, anaknya asik. Jika perempuan, maka jawabannya “dia baik”. Dan tahukah, aktivitas itu tidak bertahan lama. Naik kelas, beda lagi orang yang dijadikan pasangan. Dan alasannya,, sama saja.
Akhirnya, apapun alasan yang membuatmu tertarik pada seseorang, terutama lawan jenis, jangan lantas diumbar, terlebih jika belum siap. Waktu dan tempat tidak memungkinkan. Simpanlah perasaan suka itu, simpanlah kekaguman itu, hingga tiba saat yang tepat untuk mengungkapkannya. Pada orang, waktu, dan tempat yang tepat. Karena bisa jadi, itu adalah ujian dari Allah yang berupa kenikmatan berupa anugrah cinta.

Minggu, 25 Agustus 2013

SUKSES ITU, DI TANGAN KITA



Judul Buku : 12 Menit
Penulis : Oka Aurora
Penerbit : Noura Books
Terbit : Mei 2013
Halaman : XIII+343 halaman

Novel bersampul biru gelap, bermotif rak lengkap dengan satu dua perlengkapan marching band. Saat pertama kali menyentuh sampulnya, serasa memegang rak asli, ada tekstur kasar dari sampul novel ini, cukup unik. Nilai tambah yang lain adalah adanya pembatas buku yang bertekstur sama dengan sampulnya.
Tara, Lahang, Elaine, dan Rene. Merekalah tokoh sentral dalam kisah yang dibingkai dalam novel 12 menit karya Oka Aurora. Kisah perjuangan tim marching band daerah untuk dapat menjadi juara dalam ajang bergengsi tahunan marching band, Grand Prix Marching Band di Istora Senayan Jakarta. Mereka berusaha untuk memberikan pembuktian bahwa tim marching band daerah tidak kalah dengan tim marching band dari kota besar seperti jakarta. Dengan segala permasalahan yang melingkupi tiap tokohnya, akankah mimpi untuk menjadi juara dalam ajang bergengsi akan terwujud?
Tara, gadis yang kehilangan pendengarannya paska kecelakaan yang juga merenggut nyawa ayah yang dicintainya. Kecelakaan itu menimbulkan trauma bagi Tara, apalagi setelah mengetahui bahwa pendengarannya hanya bersisa 10-20%. Mimpi untuk menjadi bagian dalam tim marching band, seperti menjauh. Walaupun, kemampuan bermain musik, khususnya snare drum, tidak bisa disanksikan. Tara, merasa minder ketika harus menyeimbangkan diri dengan teman-temannya yang lain, yang tidak memiliki masalah sepertinya.
Lahang, seorang pemuda suku dayak yang harus menempuh perjalanan puluhan kilo demi latihan yang harus dia jalani dalam tim marching band. Kesukaannya menari, mengantarkannya ikut dalam tim ini. Walaupun dia harus dihadapkan pada pilihan sulit ketika ayahnya sakit, apakah dia akan mengalami hal serupa ketika ibunya meninggal? dengan berat hati dia berusaha untuk mewujudkan mimpi bapak dan ibunya untuk bisa membawa prestasi, melihat dunia baru yang selama ini belum ditemuinya. Dan marching band lah jalan yang dia pilih untuk mewujudkan mimpi tersebut.
Elaine, gadis blasteran Indonesia-Jepang yang jenius. Memiliki ayah yang keras, membuat Elaine tidak mudah menjalankan kecintaannya dalam bermain musik. Ayahnya ingin Elaine menjadi seorang ilmuan, bukan musisi. Maka, ketika mereka pindah dari Jakarta ke Bontang, ayah Elaine tidak lagi mengijinkan putrinya bergabung dalam tim marching band. Beruntung, Elaine memiliki ibu yang lembut hati yang membantunya menghadapi ayah yang keras. Dengan kemampuan yang Elaine miliki, tidak sulit baginya memenuhi syarat yang diminta sang ayah agar Elaine tetap bisa menajalankan kesukaannya tersebut.
Rene, pelatih marching band yang sudah memiliki banyak pengalaman dalam menangani tim marching band. Tiga kali tim yang dipimpinnya meraih juara dalam ajang bergengsi tersebut. Bergabung dalam tim marching band tingkat internasional, juga pernah dirasakannya. Namun, melatih anak-anak Bontang, baru kali pertama dia alami. Kondisi yang jauh berbeda dia temukan. Tidak hanya sebagai pelatih, dia juga harus menjadi seorang motivator untuk anak didiknya.
Pemilihan kata sederhana, petuah-petuah yang tidak menggurui, cukup memberikan motivasi untuk terus berjuang demi sebuah mimpi yang sudah dicanangkan. Istilah-istilah dalam marching band, tidak akan membuat bingung karena sudah ada penjelasannya di glosarium bagian belakang buku. Beberapa kalimat motivasi juga menambah semangat yang dibawa oleh novel ini.
when you have nothing, you’ve got nothing to lose”
“Keberuntungan adalah kesiapan dalam kesempatan. Kesempatan sebenarnya selalu ada, tetapi hanya orang2 yg siap jasmani dan rohani yg bisa cpat mendeteksi kesempatan”
Namun, dalam penceritaan, ada yang mengganggu.
1.      Kisah tentang tokoh bernama Rob, yang hanya ada pada satu bab, kemudian menghilang hingga akhir cerita. Tokoh Rob seperti hanya sebagai penambah halaman novel ini.
2.      Bab “konser di atas perahu” agak aneh, karena disitu diceritakan bahwa Rene tidak mengenal Tara, padahal di bab sebelumnya, Rene baru saja memarahi Tara habis-habisan. Jikapun itu adalah flash back, tapi tidak ada kalimat yang menunjukkan nya. Sangat janggal.
3.      Ending cerita yang klise. Mengapa? Dengan konflik yang ada, penjelasan yang kurang terasa prosesnya, tiba-tiba sudah jadi.
Terlepas dari beberapa kekurangan itu, novel ini memberikan pengetahuan baru bagi saya. Dunia marching band yang seperti identik dengan hura-hura, menunjukkan bahwa kesuksesan selalu harus diimbangai dengan kerja keras. Istilah-istilah dalam marching band memberikan wawasan baru bagi pembaca yang awam dengan dunia ini. Kisah tentang Lahang dengan kehidupannya, memberikan sedikit gambaran bagaimana suku Dayak dengan kehidupannya. Melalui dialog, prosesi adat, dan keyakinan yang dianutnya.
Akhirnya, novel ini cukup berhasil memberikan semangat pantang menyerah pada apa yang kita ingini. Karena sukses, itu di tangan kita. Seperti ayat al qur’an yang dikutip di awal buku “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan sebuah bangsa sampai mereka mengubah keadaan meraka sendiri” (Ar’d: 11)

Jumat, 09 Agustus 2013

Sebisa mungkin, maksimalkan atau minimalkan sebab


            “walaupun tidak berkaitan langsung dengan diri kita, sebaiknya kita peduli. Selama kita bisa mencegah, maka cegahlah kejahatan itu. Sebelum akhirnya kita menyesalinya”
            Inspirasi ini saya dapatkan saat menonton (lagi) film spider man. Tidak sengaja ketika memindahkan channel TV. Di awal, diceritakan bahwa Peter parker membiarkan lepas  seorang perampok yang membawa kabur uang tiket pertandingan gulat yang baru saja ia ikuti. Alasannya sederhana, Parker sakit hati karena pemilik arena gulat tidak memberikan uang 3000 US Dolar yang dijanjikan di awal pertandingan.
            “tapi aku membutuhkan uang itu” ujar Parker.
            “apakah itu menjadi urusanku?” kata pemilik arena gulat.
Akhirnya Parker pergi dengan hanya membawa uang sebesar 200 US dolar, dan karena itulah dia sakit hati. Beberapa saat kemudian, ada seorang perampok dengan membawa senjata mengambil uang tiket yang sudah dikumpulkan pemilik arena. Parker membiarkan perampok itu beraksi, hingga perampok itu melewatinya, Parker tidak menggubris dan membiarkan perampok pergi.
            “kenapa kau tidak menghentikannya?” tanya pemilik arena.
            “apakah itu menjadi urusanku?” kata Parker.
Melihat pemilik arena yang kesal, Parker tersenyum puas. Tapi, hal itu tidak berlangsung lama. Karena beberapa saat setelah keluar dari gedung gulat, dia menemukan pamannya tengah sekarat akibat menjadi korban perampokan mobil. Api dendam menyala di diri Peter Parker. Dengan kekuatan baru yang dia miliki, dia mengejar pelaku perampokan.
            “tolong beri aku kesempatan” pinta si perampok.
            “apakah kau memberikan kesemapatan pada pamanku?” tanya Parker. Namun saat dia tahu siapa yang sedang ada di hadapannya, rasa sesal menerpanya.
            Kisah di atas mungkin pernah kita alami. Menganggap suatu hal tidak berkaitan dengan kita, tapi ternyata apa yang kita temukan setelahnya membuat kita menyesal. Mengapa tidak mencegah sebelumnya?
            Selama kita bisa mencegah hal buruk, lakukanlah. Karena kita tidak pernah tahu apa yang terjadi setelahnya. Dan juga sebaliknya, suatu hal yang menjadi sebab dari sebuah hal baik, maksimalkanlah, dan biarkan hasilnya Dia yang menentukan. Sebelum kita menyesali hasil yang akan kita temui setelahnya.

Selasa, 06 Agustus 2013

Sehat itu di Tangan Kita


"resiko mungkin diturunkan, manisnya hidup kita yang tentukan”
Teringat suasana ketika bertugas di meja pendaftaran pasien baru di ruang poli hamil:
“apakah ibu punya penyakit hipertensi, diabetes mellitus, jantung, atau astma?”
Pertanyaan yang selalu diajukan setelah menanyakan identitas dasar pasien baru yang datang mendaftar.
“apakah orang tua ibu, baik bapak atau ibu yang memiliki penyakit hipertensi, diabetes mellitus, jantung, atau astma?”
Beruntung, jika pertanyaan-pertanyaan itu dijawab dengan kata “tidak”, karena berarti kehamilan ibu itu dalam status resiko ringan (kecuali ada syarat lain yang menyertai)
Terkadang, ada ketakutan tersendiri ketika mengingat daftar pertanyaan di status untuk pasien hamil ini. Sebagai tenaga medis, bukan hal yang baru sebenarnya untuk mengetahui fakta ini. Tapi, mengalami secara langsung, tentu saja diri ini baru pertama kali.
“bagaimana jika aku yang berada di posisi ibu itu sekarang?” batinku bertanya setiapkali mewawancarai seorang pasien.
Teringat akan suatu...
Jika memilih jodoh, perhatikan “Bibit, bebet, bobotnya” begitu pesan orang tua. Harus begitukah?

Aku mencoba memahami sebagai seorang tenaga kesehatan. Bibit, bebet,bobot. Perlu untuk menjadi bahan pertimbangan. Tidak hanya sekedar status keluarga, dari segi religiusitas, hal ini masuk dalam ketiga hal itu. Pun dengan kesehatan. Bibit, tidak melulu masalah kesuburan, tapi juga penyakit apa yang melingkupi keluarga tersebut. Ketika semakin meningkatnya kejadian penyakit degenaratif. Faktor ini perlu diperhatikan. Bukan untuk pilah pilih, hanya sekedar untuk menjaga. Jika secara bibit beresiko, tidak lantas kita mundur, lihatlah bobotnya, seberapa kuat individu itu memutus degenarasi penyakit yang menggerogoti keluarga.
“resiko mungkin diturunkan, manisnya hidup kita yang tentukan”
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ”~Ar Ra’du:11~
Ini yang menjadi pegangan saya.
Dari teori-teori penyakit yang saya pelajari, mayoritas penyakit kanker penyebabnya tidak diketahui, alias idiopatik. Untuk penyakit semacam hipertensi, diabetes mellitus, kebanyakan karena gaya hidup. Karena banyak penderita yang tidak ada riwayat pada keluarganya, mereka bisa menderita karena tidak menjaga pola makan. Kalo astma? Inilah penyakit turunan sesungguhnya. Namun, penyakit ini bisa diterapi seperti halnya penyakit alergi yang lain. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak menjadi pribadi yang lebih sehat dari pada pendahulu.

Dunia saat ini, khususunya Indonesia, tengah dihadapkan pada ancaman double bourden desease. Menjaga pola makan, gaya hidup, akan membantu menurunkan angkan kesakitan akibat penyakit-penyakit degenaratif. Jangan putus asa terlebih dulu jika keluarga kita menjadi “gudang gula”, tempatnya tensi tinggi, atau tidak bisa melakukan aktivitas berat karena jantung yang sudah melemah. Kita bisa memutusnya. Mulai sejak muda, saat penyakit-penyakit itu masih menjadi resiko bagi kita, mari kita jaga pola makan kita, jaga gaya hidup kita. Makan-makanan yang sehat, dan perbanyak olahraga. insyaAllah, penyakit-penyakit itu juga akan ogah mampir pada tubuh kita. Percayalah.
Walaupun yang menulis belum membuktikan secara penuh, tapi melihat diri sekarang, cukup PD ketika langkah-langkah itu dilakukan. Silahkan penyakit-penyakit itu sudah menyapa para tetua, bahkan menjadi penyebab meninggalnya orang-orang yang aku cintai, tapi aku bertekad tidak akan mengenai keluargaku nanti. Karena... sehat itu ada di tangan kita  J

Senin, 05 Agustus 2013

Keberkahan itu di Tangan Kita



“Jodoh yang tertulis namanya di sisi Allah itu ujian. Akankah kita jemput di jalan Ridha atau MurkaNya. Orang sama, boleh beda dalam rasa”
~Salim A. Fillah~
Potongan SMS yang saya terima dari teman saya.
“orang sama,beda rasa. Apanya yang sama?” tanyanya kemudian.

Beberapa ayat dan hadist yang saya ingat terkait hal ini.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra. Katanya: Telah menceriterakan kepada kami Rasulullah saw ( orang yang selalu benar dan dibenar kan) :”sesungguhnya salah seorang dari kamu sekalian dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya selama empat pulah hari berupa air mani. Kemudian menjadi segumpal darah dalam waktu empat puluh hari. Kemudian menjadi segumpal daging dalam waktu empat puluh hari. Lalu diutus seorang malaikat kepada janin tersebut dan ditiupkan ruh kepadanya dan malaikat tersebut diperintahkan untuk menuliskan empat perkara, yaitu: menulis rizkinya, batas umur-nya, pekerjaannya dan kecelakaan atau kebahagiaan hidupnya”

“ Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26)

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ”~Ar Ra’du:11~

Beberapa skenario yang mungkin terjadi.
Cerita 1.
Laki-laki A, sudah ditakdirkan berjodoh dengan B sejak usia kandungan ibu mereka 4 bulan. Ditakdirkan sebagai tetangga, satu desa, satu sekolah dari TK hingga SMA. Saat usia pubertas mulai menyapa, ketertarikan pada lawan jenis muncul. Karena kepahaman akan hubungan antar lawan jenis memiliki batasan-batasannya, perasaan tertarik satu sama lain yang mereka pendam sejak awal SMP, tidak mereka tunjukkan. Hingga saat si A sudah siap, dia menyampaikan pada kedua orang tuanya untuk melamar si B. Maka, diwaktu yang sudah ditakdirkan untuk mereka, mereka menikah.
Cerita 2.
Laki-laki A, sudah ditakdirkan berjodoh dengan perempuan B sejak usia kandungan ibu mereka 4 bulan. Ditakdirkan sebagai tetangga, satu desa, satu sekolah dari TK hingga SMA. Saat usia pubertas mulai menyapa, ketertarikan pada lawan jenis muncul. Si A tertarik pada perempuan C, dan Si B tertarik pada laki-laki D. Si A dan si C melakukan aktivitas bernama pacaran dengan alasan ketertarikan satu sama lain. Pada suatu masa, saaat lulus SMA, A dan C berpisah, A berkuliah di luar kota, dan setelah lulus kembali ke kampung halaman dan bekerja di sana. Sedangkan si B, karena paham akan batasan hubungan antar lawan jenis, dia tidak menanggapi ajakan si D untuk berpacaran. Hingga saat waktu yang sudah ditakdirkan untuk A dan B tiba, A kembali dipertemukan dengan B, merasa siap dan cocok, A meminta orangtuanya melamar B untuknya.
Cerita 3.
Laki-laki A, sudah ditakdirkan berjodoh dengan B sejak usia kandungan ibu mereka 4 bulan. Ditakdirkan sebagai tetangga, satu desa, satu sekolah dari TK hingga SMA. Saat usia pubertas mulai menyapa, ketertarikan pada lawan jenis muncul. Kebersamaan satu sekolah mulai dari SD hingga SMA, ditambah kedekatan tempat tinggal, membuat mereka tertarik satu sama lain. Akibat kurang pahamnya mereka pada batasan tentang pergaulan antar lawan jenis, saat SMA, mereka berpacaran. Hingga A kuliah, status hubungan itu berlanjut. Dan saat A sudah lulus kuliah dan bekerja, merasa sudah siap untuk menikah, A meminta orang tuanya melamarkan B untuk A.

Dan banyak skenario lain yang mungkin terjadi, dan tidak sesedarhana kisah di atas. Yang saya pahami tentang jodoh adalah, bahwa dia sudah disiapkan untuk kita. Entah kapan dan dengan siapa? Itu yang masih menjadi misteri hingga kita dipertemukannya. Dan saat menunggu itu, begitu banyak pilihan-pilihan yang menjadi ujian dan godaan untuk kita. Akankah kita jemput jodoh kita dengan keberkahan, atau kemurkaan Nya? Keberahan karena kita dengan sekuat diri, menjaga hati dan diri hanya untuk orang yang dihalalkan untuk kita nantinya. Sekuat diri menyiapkan diri dan hati agar suatu hari nanti dipertemukan dalam kondisi diri terbaik.
Sebaliknya, akankah kita jemput jodoh kita dengan kemurkaan Nya? Karena saat seseorang itu dihalalkan untuk kita, ternyata proses yang sudah kita lalui tidak diberkahinya. Pacaran, dll misalnya. Bahkan menikah dalam kondisi yang terpaksan, MBA istilah yang populer. Na’udzubillah.
Seperti judul yang saya sematkan, “Keberkahan itu di tangan kita”. Ya, Allah hanya menetapkan orang dan kapan kita dipertemukannya. Tapi tidak dengan proses yang kita jalani. Proses itu, sepenuhnya kita yang tentukan. Dan disinilah perbedaan rasa itu. Orang sama, tapi proses berbeda yang kita lalui, akan membuat rasa itu berbeda.