Dari
sekian kisah yang aku temui selama perjalanan menuju jakarta dan perjalanan
balik ke surabaya, kisah di stasiun besar kertosono ini lah yang ingin aku
tulis terlebih dahulu. Perjumpaan disuatu pagi yang membuatku tiba-tiba berubah
menjadi melankolis. Seketika, sosoknya kembali hadir dalam ruang mataku, dan
khayalanku membentuk bayangan “jika seandainya orang yang terbebani dengan
koper itu adalah aku, dan yang menyambut tanganku untuk diciumnya adalah dia”. Ah,
aku segera menepis bayang itu.
Perjalanan
ke jakarta, mempertemukanku dengan anak Aceh yang berniat belajar bahasa
inggris di Pare. Jadilah, dia memintaku untuk mengijinkannya bersama kami
menuju surabaya. Aku yang memang dasarnya tidak punya masalah mengiyakan, tapi
diakhirnya aku sadar akan suatu hal, bagaimana dia ke Pare setelah kami
berpisah di Surabaya? Pagi, sehari sebelum kepulangan ke surabaya, aku dapat
telpon dari bapaknya. Selama perjalanan juga dapat SMS,memastikan anaknya
mendapat teman perjalanan.
Ketika
di stasiun pasar senen aku tahu, anak aceh yang dititipkan padaku adalah anak
perempuan yang diapit dua orang saudara laki-laki. Aku jadi melihat diriku
sendiri. Masku, aku, dan adikku(alm). Namun, kondisi kami jauh berbeda. Dia,
sangat mendapat perhatian dari kakaknya, perhatian dari adiknya yang rela
melakukan perjalanan dari jogja demi mengantar kakak perempuannya ke Pare. Dan suasan
melankolis serta merta menyergapku. Aku merindukan nya, aku merindukan mereka.
Kabar
bahagianya adalah, aku tidak perlu
waswas lagi. Karena dia sudah ditemani
adiknya menuju pare, tugasku berakhir di stasiun besar kertosono ini. J
0 komentar:
Posting Komentar