Rabu, 12 Juni 2013

Life of Pi : Percaya Akan Eksistensi Tuhan



          Life of  Pi (Kisah Pi) adalah Novel ketiga dari penulis Canada Yann Martel, Novelis yang memenangkan The Man Booker Prize pada tahun 2002. Novel ini menceritakan pengalaman seorang Piscine Molitor Patel (Pi Patel) saat dia terombang ambing di samudra pasifik paska kapal yang ditumpanginya bersama keluarga dari India tenggelam di samudra pasifik. Kisah hidup yang Pi alami selama kurang lebih tujuh bulan di samudra bersama seekor harimau bengal seberat 225 kg.
          Pi adalah seorang anak pemilik kebun binatang di Pondhicerry, India. Sejak dari kecil, dia sudah akrab dengan binatanga yang ada dan mempelajari karakter tiap hewan yang menjadi koleksi kebun binatang ayahnya. Nama Pi, diambil dari huruf depan namanya yang –ternyata- adalah nama sebuah kolam renang terbaik yang ada di Prancis.
          Pi sangat tertarik belajar tentang agama-agama yang ada di lingkungan tempat dia tinggal. Meskipun terlahir sebagai Hindu, Pi tertarik belajar kristen dan islam. Maka, ketika memasuki usia 15 tahun, saking tertariknya dengan agama tadi, Pi menjalankan ibadah ketiga agama tersebut. Pi melakukan pemujaan, Pi ke Gereja setiap hari Minggu, dan melakukan sholat dan sholat jum’at.
          Semua berubah ketika keluarganya memutuskan pindah ke Canada karena kondisi politik di India tidak lagi kondusif. Tanah yang dulu bebas dipergunakan untuk usaha, harus dikembalikan pada pemerintah, sehingga jalan yang keluarga Pi pilih adalah menjual hewan-hewan yang dimiliki kepada pemilik kebun binatang luar negeri, dan mereka pindah negara.
          Namun, badai besar terjadi ditengah perjalanan dan menenggalamkan kapal. Dan hanya satu sekoci yang berhasil diturunkan, berisi Pi dan 4 hewan miliknya. Seiring berjalannya hari, satu persatu hewan yang ada mati karena dimangsa hewan yang memiliki kedudukan lebih tinggi. Hingga akhirnya hanya tinggal harimau bengal seberat 225 kg yang menemani Pi. Dan kisah seru itu dimulai.
          Perjuangan Pi untuk bertahan hidup dari harimau, perjuangan untuk segera bertemu dengan daratan, menghadirkan keindahan peristiwa yang ditemui selama masa-masa itu. Fenomena laut, ikan-ikan yang bercahaya, dan bagaimana perjuangan Pi untuk mendapatkan makanan selama terapung di Samudra.
          Beberapa hal unik saya temukan ketika membaca novel ini. Dari awal, penulis menceritakan asal muasal dari kisah ini. Seolah-olah kisah dalam buku ini adalah kisah yang tidak sengaja penulis temukan. Berbeda dengan novel yang pernah saya baca, buku ini seperti menceritakan bagaimana kehidupan kebun binatang dan tingkah polah para penghuninya. Bagaimana karakter harimau, singa, kuda nil, burung Onta, dll. Hal unik lain adalah ketertarikan tokoh utama terhadap agama yang dipeluknya. Ketika Pi belajar tentang agama kristen, Pi menggugat mengapa Kristus mati dengan alasan untuk menebus dosa umat kristen yang lain. Walaupun dia menggugat itu, dia akhirnya minta untuk dibaptis. Dikisahkan juga bagaimana Pi terpesona dengan kesederhaan yang ditunjukkan seorang muslim penjual roti yang juga tetangganya, yang akhirnya membuat dia rutin untuk sholat 5 waktu dan rajin ke masjid ketika hari jum’at. Namun, hal itu tidak membuat Pi melupakan agama yang sudah mengenalkannya akan Tuhan sejak kecil, yaitu Hindu.
         
Saat terombang ambing di laut pun, Pi tidak lupa untuk menjalankan ritual ibadah tiga agama tersebut. Memohon pertolongan kepada Tuhan dalam tiga agama tersebut.
          “ oh, puji syukur padamu, ya Ganesha! Terpujilah engkau dalm segala manifestasimu Allah-Brahmana!” (hal. 333)
          Dalam keterputusasaannya akan pertolongan, Pi selalu meyakini bahwa Tuhan akan menyelamatkannya bersama Richard parker –nama harimau bengal tersebut-. Keyakinan inilah yang mungkin membuat seorang Obama menulis dengan tulisan tangan kepada Martel, “Life of Pi adalah bukti elegan keberadaan Tuhan dan kekuatan bercerita.”
          Saat-saat menegangkan yang dialami Pi mungkin agak susah divisualisasikan, namun dengan diangkatnya ke film, kita bisa sedikit terbantu untuk menikmati keindahan yang dialami Pi.
          Setelah membaca novel dan menonton film, tetap lebih berkesan kisah dalam bentuk buku. Cerita yang lebih detail dan pelajaran yang tersampaikan yang tidak didapatkan dalam film.
          Dari buku ini jadi penasaran dengan ikan dorado dan meerkat. Dan juga membayangkan bagaimana enaknya daging penyu.



2 komentar:

  1. aku masih bingung endingnya : jadi akhirnya si Pi itu beragama apa?

    BalasHapus
  2. tetap dengan 3 agamanya...
    initinya bukan itu,, tapi kemampuan Pi dalam bertahan hidup

    BalasHapus