Tahta
mahameru berkisah tentang Faras yang merupakan penduduk asli Ranu Pane yang
menjalin persahabatan “aneh” dengan pendaki yang berasal dari Jakarta bernama
Raja Ikhsan. Faras di pusingkan oleh tiga pertanyaan yang diajukan Ikhsan dalam
tiga kali kesempatan mereka bertemu di Ranu pane. Tiga pertanyaan yang membuat
faras cemas dan akhirnya melakukan perjalanan untuk mencari Ikhsan setelah
pertemuan yang ketiga, Ikhsan tidak pernah muncul lagi, dan hanya menyisakan
email yang ikhsan kirimkan untuk Faras. Dan perjalanan Faras menemui ikhsan
juga hanya berbekal informasi dari email tentang objek foto di mana ikhsan
singgah dalam tiap petualangannya. Raja Ikhsan, orang yang membuat faras
melakukan perjalanan adalah seorang pendaki gunung dari Jakarta yang memiliki
permasalahan pelik dengan keluarganya. Dia melakukan pendakian untuk dapat
menemukan ketenangan jiwa. Dan disanalah dia bertemu dengan Faras yang bersikap
tidak seperti orang kebanyakan.
Dalam
perjalanan itu, Faras bertemu dengan Mareta yang ternyata adik seayah Ikhsan.
Awal kebersamaan mereka di awali dari percakapan Mareta dengan temannya yang
menyebut nama raja ikhsan yang akhirnya membuat faras penasaran. Dan akhirnya
perjalanan itu mereka jalani bersama. Dari kebersamaan itulah cerita demi
cerita tentang keluarga mareta dan ikhsan terkuak. Saling menyimpan tujuan pada
awalnya, namun akhirnya faras bertanya apakah raja ikhsan yang disebutkan
mareta adalah raja ikhsan yang dicari faras selama ini. bersama melakukan
perjalanan tersebut, banyak fakta baru yang mereka temui. Fakta tentang fikri
yang merupakan teman ikhsan dan faras yang ternyata telah meninggal, fakta
tentang perubahan ikhsan yang akhirnya membuat faras memutuskan untuk berhenti
dalam melakukan pencariannya.
Dalam
novel ini, terdapat tokoh yang hanya sekali muncul namun memiliki pengaruh pada
perubahan tokoh utama. Seperti Fikri, yang tidak pernah ikhsan anggap sebagai
sahabat namun kisah yang ikhsan temukan saat melakukan petualangan membuat
ikhsan melakukan hal yang selama ini tidak pernah dia lakukan. Yusuf, yang
hanya sekali muncul dalam bab, namun dapat merubah cara berpikir seorang
ikhsan. Tokoh singkat tersebut juga turut ambil bagian selain tokoh Faras yang
menjadi rujukan ikhsan selama ini.
Penggunaan
sudut pandang bercerita dari ketiga pihak, Faras, Ikhsan, dan Mareta membuat
kisah dapat diterima secara utuh bagi pembaca. Alur maju mundur yang dipilih
dapat diterima dengan baik dengan model penceritaan seperti itu. tidak terkesan
tokoh utama sok tahu karena setiap tokoh yang berkepentingan menceritakan
bagiannya. Setting tempat yang tereksplor dengan baik sangat informative. Mulai
dari lereng gunung semeru dengan Ranu Pane, Jogjakarta dengan borobudurnya, Tanjung bira
dan bulu kumba yang merupakan tempat di mana Faras menemukan fakta baru tentang
seorang Raja Ikhsan, Makasar dan Surabaya yang merupakan akhir petulangan
mereka bertiga. Tidak lupa proses pendakian ke puncak mahameru dengan Ranu
kumbolo yang indah, kalimati, dan trek pasir yang berbahaya terbahasakan dengan
baik. Pembaca dapat membayangkan bagaimana indahnya tempat-tempat itu. tidak hanya
tentang keindahan tempat, tapi keindahan budaya juga penulis ceritakan. Nah,
inilah mengapa saya menyukai fiksi petualangan. Karena dengan hanya membaca
satu buku,, kita dapat mendapatkan banyak informasi tentang suatu tempat dengan
bahasa indah dan mudah diingat.
Setiap
karya pasti memiliki kurang, begitu juga dengan novel ini. penggunaan gue yang digunakan untuk kata ganti
orang pertama tunggal ketika sudut penceritaan dariri sisi Mareta, sedikit
mengganggu kenyamanan. Dan ketidak tersedianya pembatas buku, juka mengurangi
nilai dari buku ini. namun dari semua itu, membaca novel ini, serasa kitalah
yang melakukan perjalanan secara langsung. Kata-kata indah dan puitis, walaupun
di sadur dari beberapa karya orang lain, membuat indah karya ini. sya’ir kahlil
Gibran yang sering Faras kutip, lirik lagu yang menggambarkan suasana
perjalanan, dan puisi turut menghiasi karya ini. walaupun dalam beberapa
kesempatan, terasa terlalu kebetulan, namun saya menyukai kisah ini. perjalanan
selalu memiliki kisah yang menarik untuk diceritakan.
"Di
gunung, kamu akan melihat setiap orang dalam wujud aslinya. karakter orang akan
tampak jelas, degan segala kelebihan dan kekurangannya, dengan segala kebaikan
dan keegoisannya, kuat atau tidaknya dia, mandiri atau manjanya dia, rewel atau
tegarnya. Semua akan tampak di gunung."
Bila
Kita berpisah
ke mana kau aku tak tahu, sahabat
atau turuti kelok-kelok jalan
atau tinggalkan kota penuh merah flamboyan
hanya bila kau lupa
Ingat...
pernah aku dan kau
sama-sama daki gunung-gunung tinggi
hampir kaki kita patah-patah
napas kita putus-putus
tujuan esa, tujuan satu:
Pengabdian dan pengabdian kepada...
...Yang Maha Kuasa...
~Puisi Idhan Lubis ~
ke mana kau aku tak tahu, sahabat
atau turuti kelok-kelok jalan
atau tinggalkan kota penuh merah flamboyan
hanya bila kau lupa
Ingat...
pernah aku dan kau
sama-sama daki gunung-gunung tinggi
hampir kaki kita patah-patah
napas kita putus-putus
tujuan esa, tujuan satu:
Pengabdian dan pengabdian kepada...
...Yang Maha Kuasa...
~Puisi Idhan Lubis ~
"Betapa tidak pedulinya dirimu ketika
kamu menginginkan orang-orang terbang dengan sayapmu dan kamu bahkan tidak
memberi mereka bulu"
~ Kahlil Gibran ~
~ Kahlil Gibran ~
0 komentar:
Posting Komentar