Pernahkan
kita menggugat takdir yang jatuh pada kita? Sehingga keluar pertanyaan,
“mengapa hal ini menimpa saya?” atau kita menerima suatu kejadian sebagai
sebuah takdir yang memang harus kita jalankan karena itu datangnya dari Allah,
karena kita meyakini aka nada hikmah dari kejadian yang kita alami.
Tahukah
kawan, apa yang “menimpa” kita bisa jadi itu adalah suatu bentuk dikabulkannya
do’a kita oleh Allah? Namun, sering kali kita melupakan hal tersebut, kita hanya
melihat sebuah peristiwa dari lahirnya saja, cobalah sesekali menganalisa
secara lebih jelas, mencari makna dari setiap kejadian yang rasanya tidak
menyenangkan bagi kita, yang ternyata, hal itu adalah permintaan dari kita
sendiri. Namun, kita melupakannya.
Ide
dari tulisan ini berasal dari beberapa kejadian yang secara berturut-turut saya
alami. Sedikit kaget, dan selebihnya merasa biasa dan wajar, karena memang –
setelah – saya analisa, itulah permintaan saya dalam setiap do’a yang saya
panjatkan. Entah saat sholat, atau ketika bertemu dengan kejadian yang tidak
menyenangkan, dan hal itu sangat saya ingini. Dan saya menyadari, saya tidak
pernah meminta sebab atau bagaimana hal itu akan saya dapatkan, semua saya
serahkan kepada Allah.
Bermula
ketika meninggalnya Ramah, karena stroke haemoraghic yang menyebabkan beliau
tidak sadarkan diri hingga tiga hari sebelum akhirnya meninggal dunia. Sedih
tentu saja, karena ditinggal orang tua adalah hal yang sangat saya takuti, apa
lagi dengan kondisi yang seperti ini. namun, begitu banyak hikmah yang saya
ambil dari kejadian ini, dan syukur yang tidak terhingga saya panjatkan
padaNya. Dan yang dapat saya ambil adalah, bahwa Allah mengabulkan do’a saya
dan ibuk selama ini. tentang do’a yang terkabul, mau tahu apa do’a saya selama
ini? saya selalu berdo’a agar ramah berhenti merokok. dalam setiap kesempatan
berbicara dengan beliau ketika sore atau malam hari, sering kita menyinggung
kebiasaan ramah yang sudah melampaui batas wajar tentang merokok. bukannya kami
tidak terbiasa, hampir 20 tahun hidup dengan ibuk, ramah merokok. namun memang,
beberapa tahun sebelum beliau meninggal, aku dan ibuk sangat rewel, sering kali
menyindir.
“coba lah dikurangi sedikit rokoknya,
jangan setelah mati, bakar lagi, habis, bakar lagi. Berapa habis nya dalam
sehari? Kalo sudah bisa dikurangi kan nanti bisa berhenti” begitu rayu ibuk
suatu ketika.
“nanti kalau sudah saatnya, ya akan
berhenti” begitu jawab ramah.
‘saatnya kapan?” kejar ibuk.
“lihat nanti ,lah. Sudah sana, nonton
TV saja.” Jawab ramah, sambil mengusir ibuk untuk menyingkir agat tidak
merecoki kesenangan ramah merokok.
“nanti saja kalau sudah saatnya”, ini
kalimat yang selalu aku ingat. Saatnya kapan? Tidak jelas. Do’aku pun hanya “Ya
Allah, aku berharap ramah bisa berhenti merokok, dan tidak ada lagi orang yang
merokok di rumag”. Itu llah do’aku. Dan tahukah, do’a saya dikabulkan tiga hari
sebelum beliau meninggal. Ya, karena memang tidak sadarkan diri. Lalu, apakah
kita akan menggugat Allah?
Tidak ada yang salah sebenernya. Karena
tidak pernah minta proses bagaimana do’a kita akan dikabulkan, yang jelas itu
saja. Padahal, bisa saja apa yang kita minta di do’a-do’a kita, prosesnya tidak
kita harapkan. Yang hal itu kadang melupakan kita pada apa yang pernah kita
minta. Ramah meninggal, memang itu sudah Allah tetapkan. Yang juga bertepatan
dengan dikabulkannya do’aku. Pun hanya tiga hari aku melihat ramah tanpa rokok,
dan bagiku itu sudah cukup.
Peristiwa
ke dua, yaitu ketika Ikhwan – adik saya – menyusul Ramah, dua tahun kemudian,
adik saya juga meninggal. Tidak jelas kenapa, hanya sakit kepala selama satu
pekan penyebabnya. Adik saya sama seperti ramah, dia perokok aktif. Sejak saya
tahu dia merokok, saya selalu berdo’a,
semoga dia segera sadar dan berhenti, dan do’a saya yang lain adalah semoga
tidak aka nada lagi perokok dalam keluarga ini saya. Ibuk pernah mengatakan
kalau ramah, sangat mirip kakek. Dan ternyata itu “terwariskan” pada ibu. Dan
saya tidak menginginkan itu terjadi pada saya. Cukup ramah, dan adik. Tidak
boleh ad alai perokok dalam keluarga ini. yang terjadi, Allah telah mengabulkan
do’a saya. Sekarang tidak ada lagi perokok di rumah, tidak ada lagi abu rokok
tiap pagi ketika membersihkan rumah, dan yang jelas udara rumah bersih dari
asap rokok.
Butuh
beberapa waktu untuk saya menyadari hikmah itu, menyadari bahwa itu adalah
salah satu bentuk terkabulnya do’a-do’a saya. Karena saya tidak pernah meminta
dan terpikir bagaimana do’a itu terkabul. Maka sekarang, selain do’a-do’a yang
spesifik saya minta, saya meminta yang terbaik. Jika memang apa yang didapatkan
bukan apa yang diminta,selama itu baik tidak lah masalah.
0 komentar:
Posting Komentar