Senin, 20 Agustus 2012

Imunisasi Antara Pro dan Kontra


          Imunisasi, sudah seringkali perdebatan seputar boleh atau tidak menggunakannya. Pro dan kontra istilahnya. Yang pro memiliki alasan begitu juga yang kontra. Dan tulisan ini ada karena ingin menyampaikan tentang bagaimana saya bersikap terhadap imunisasi. Sebagai seorang perempuan yang nantinya akan menjadi ibu (InsyaAllah) masalah seputar imunisasi harus diketahui sejak dini. Alhamdulillah, sebagai mahasiswa keperawatan saya mendapatkan info imunisasi apa saja yang harus di dapatkan anak. Namun yang jelas tidak sampai pada bagaimana bahan imunisasi itu dibuat dan karena sebagai calon tenaga medis, kami ditempatkan untuk menyetujui tentang pentingnya imunisasi bagi anak-anak kita nantinya. Dan alhamdulillahnya, saya menyepakati pentingnya imunisasi.
          Bagi kalangan umum, informasi seputar imunisasi banyak yang membingungkan. Apakah imunisasi boleh? Bagaimana terkait kehalalannya? Karena katanya dibuat dari plasenta bayi atau babi? Efek samping yang ditimbulkan, dan sebagainya. Jika informasi yang tidak berimbang, maka kebingunganlah yang akan muncul. Terkadang tidak menutup kemungkinan memojokkan suatu hal. Nah, disini saya ingin sedikit membahas tentang itu. maaf, jika saya tidak menyertakan data-data konkrit. Saya hanya sekedar menulis dari apa yang pernah saya dapat dibangku kuliah dan apa yang saya lihat di lapangan.
          Imunisasi boleh atau tidak? Pertanyaan ini menyangkut kepastian kehalalan dari bahan imunisasi itu sendiri. Hal ini disebabkan informasi yang mengatakan bahwa imunisasi itu dibuat dari plasenta bayi atau diambil dari salah satu organ babi. Saya tidak ingin membahas terlalu detail terkait ini, karena saya bukan farmasis yang mengetahui asal muasal pembuatan suatu obat. Vaksin imunisasi saya samakan seperti obat yang sering kali kita pakai untuk menyembuhkan penyakit yang kita derita. Yang saya tahu, banyak dari obat-obatan itu tidak ada label halalnya, lalu apa bedanya dengan vaksin imunisasi? Sebagai orang yang awam tentang pembuatan, tapi mengetahui apa yang dijadikan sebagai vaksin, saya jadi bertanya sebenarnya plasenta atau bahan dari babi itu untuk apa? sedikti berbagi. Vaksin dibuat dari bakteri yang sudah dilemahkan bahkan dimatikan. Penggunaan sarana yang menjadikan vaksin itu (katanya) tidak halal adalah media pertumbuhannnya. Dan tentang ini ada beberapa pendapat, yang salah satunya adalah tidaklah masalah karena media itu tidak turut serta. Itu yang saya sedikit ketahui. dalam hal ini, saya memporsisikan diri sebagai orang yang sepakat terhadap penggunaan vaksin imunisasi.
          Imunisasi dapat menyebabkan anak autis, cacat mental, dan lain-lain. Maka saya mau tanya, berapa bayi yang diberi imunisasi dan dari jumlah itu berapa banyak yang menjadi autis jika dibandingkan dengan anak yang tidak terjadi efek samping? Dan ini belum saya temukan. Jika ada yang tahu, ayo dibagi. Yang saya ketahui adalah sekian anak yang diimunisasi menjadi cacat mental, tapi tidak pernah disertai perbandingan. Ini yang akhirnya menimbulkan kebingungan. Saya, adalah anak yang mendapatkan imunisasi lengkap (BCG, DPT, Hepatitis A, polio, campak) begitu juga dengan dua saudara saya, dan Alhamdulillah saya tumbuh dengan sehat tanpa kurang satu apapun. Kecerdasan juga lumayan walaupun tidak dikatakan jenius. Begitu juga dengan orang-orang disekitar saya. Yang saya tahu dan pahami, efek samping dari vaksin tidak dapat seketika muncul, ada jangka waktu yang cukup lama untuk hal itu dapat diketahui. Dan disinilah manfaat itu lebih banyak dari pada mudhorat. Mengapa?
          Bayi memiliki system pertahanan tubuh yang lemah, sedangkan kuman penyakit disekitar begitu banyak tanpa kita sadari. Nah, dari sini baya mudah sakit. Adalah suatu yang baik memang, karena dengan begitu mereka akan menjadi kuat. Tapi, jika yang terjadi sebaliknya, maka seringnya seorang bayi sakit akan mengganngu pertumbuhan dan perkembangan dari bayi tersebut. Dan apa akibatnya? Perkembangan fisik, psikologis, dan sosial akan terganggu. Lebih bahaya mana? Dan disinilah fungsi vaksin itu. untuk memperkuat imun bayi dan anak selama dia tidak mampu membuatnya sendiri. Kita tahu, bahwa ancaman kesakitan ganda masih menghantui indonesia. Tetanus, pertusis, TBC, penyakit-penyakit tersebut masing sering terjadi. ketika saya bertemu dengan pasien anak yang menderita tetanus, sangat kasihan. Dalam kondisi tidak sadarkan diri, pernapasan dibantu ventilator, dan mengalami kejang setiap 10 menit. Riwayatnya, dia tidak pernah mendapat imunisasi tetanus. Tetanus dapat mengenai siapapun, tapi akan diperparah oleh mereka yang tidak pernah mendapatkan vaksin. Pertusis, batuk rejan selama 100 hari. Pada bayi yang sudah mendapat vaksin, hal ini lebih mudah diatasi. Tapi bagi yang tidak, sulit disembuhkan dan menular kebanyak orang. Lebih sering lagi ketika bertemu dengan bayi yang mengalamai spondilitsi TB. Kuman TB yang sudah menyerang sumsum tulang belakang. Sangat kasihan. Dan lagi-lagi hal itu karena tidak mendapatkan imunisasi.
          Guyonan yang sempat saya lontarkan pada seorang teman tadi pagi: silahkan tidak imunisasi jika dirimu sangat kaya. Sehingga bisa memenuhi kebutuhan nutrisi anak-anak melalui makanan yang bergizi.

0 komentar:

Posting Komentar