Imunisasi,
sudah seringkali perdebatan seputar boleh atau tidak menggunakannya. Pro dan
kontra istilahnya. Yang pro memiliki alasan begitu juga yang kontra. Dan
tulisan ini ada karena ingin menyampaikan tentang bagaimana saya bersikap
terhadap imunisasi. Sebagai seorang perempuan yang nantinya akan menjadi ibu
(InsyaAllah) masalah seputar imunisasi harus diketahui sejak dini.
Alhamdulillah, sebagai mahasiswa keperawatan saya mendapatkan info imunisasi
apa saja yang harus di dapatkan anak. Namun yang jelas tidak sampai pada
bagaimana bahan imunisasi itu dibuat dan karena sebagai calon tenaga medis,
kami ditempatkan untuk menyetujui tentang pentingnya imunisasi bagi anak-anak
kita nantinya. Dan alhamdulillahnya, saya menyepakati pentingnya imunisasi.
Bagi
kalangan umum, informasi seputar imunisasi banyak yang membingungkan. Apakah
imunisasi boleh? Bagaimana terkait kehalalannya? Karena katanya dibuat dari
plasenta bayi atau babi? Efek samping yang ditimbulkan, dan sebagainya. Jika
informasi yang tidak berimbang, maka kebingunganlah yang akan muncul. Terkadang
tidak menutup kemungkinan memojokkan suatu hal. Nah, disini saya ingin sedikit
membahas tentang itu. maaf, jika saya tidak menyertakan data-data konkrit. Saya
hanya sekedar menulis dari apa yang pernah saya dapat dibangku kuliah dan apa
yang saya lihat di lapangan.
Imunisasi
boleh atau tidak? Pertanyaan ini menyangkut kepastian kehalalan dari bahan
imunisasi itu sendiri. Hal ini disebabkan informasi yang mengatakan bahwa
imunisasi itu dibuat dari plasenta bayi atau diambil dari salah satu organ
babi. Saya tidak ingin membahas terlalu detail terkait ini, karena saya bukan
farmasis yang mengetahui asal muasal pembuatan suatu obat. Vaksin imunisasi
saya samakan seperti obat yang sering kali kita pakai untuk menyembuhkan
penyakit yang kita derita. Yang saya tahu, banyak dari obat-obatan itu tidak
ada label halalnya, lalu apa bedanya dengan vaksin imunisasi? Sebagai orang
yang awam tentang pembuatan, tapi mengetahui apa yang dijadikan sebagai vaksin,
saya jadi bertanya sebenarnya plasenta atau bahan dari babi itu untuk apa?
sedikti berbagi. Vaksin dibuat dari bakteri yang sudah dilemahkan bahkan
dimatikan. Penggunaan sarana yang menjadikan vaksin itu (katanya) tidak halal
adalah media pertumbuhannnya. Dan tentang ini ada beberapa pendapat, yang salah
satunya adalah tidaklah masalah karena media itu tidak turut serta. Itu yang
saya sedikit ketahui. dalam hal ini, saya memporsisikan diri sebagai orang yang
sepakat terhadap penggunaan vaksin imunisasi.
Imunisasi
dapat menyebabkan anak autis, cacat mental, dan lain-lain. Maka saya mau tanya,
berapa bayi yang diberi imunisasi dan dari jumlah itu berapa banyak yang
menjadi autis jika dibandingkan dengan anak yang tidak terjadi efek samping?
Dan ini belum saya temukan. Jika ada yang tahu, ayo dibagi. Yang saya ketahui
adalah sekian anak yang diimunisasi menjadi cacat mental, tapi tidak pernah
disertai perbandingan. Ini yang akhirnya menimbulkan kebingungan. Saya, adalah
anak yang mendapatkan imunisasi lengkap (BCG, DPT, Hepatitis A, polio, campak)
begitu juga dengan dua saudara saya, dan Alhamdulillah saya tumbuh dengan sehat
tanpa kurang satu apapun. Kecerdasan juga lumayan walaupun tidak dikatakan
jenius. Begitu juga dengan orang-orang disekitar saya. Yang saya tahu dan
pahami, efek samping dari vaksin tidak dapat seketika muncul, ada jangka waktu
yang cukup lama untuk hal itu dapat diketahui. Dan disinilah manfaat itu lebih
banyak dari pada mudhorat. Mengapa?
Bayi
memiliki system pertahanan tubuh yang lemah, sedangkan kuman penyakit disekitar
begitu banyak tanpa kita sadari. Nah, dari sini baya mudah sakit. Adalah suatu
yang baik memang, karena dengan begitu mereka akan menjadi kuat. Tapi, jika
yang terjadi sebaliknya, maka seringnya seorang bayi sakit akan mengganngu
pertumbuhan dan perkembangan dari bayi tersebut. Dan apa akibatnya?
Perkembangan fisik, psikologis, dan sosial akan terganggu. Lebih bahaya mana?
Dan disinilah fungsi vaksin itu. untuk memperkuat imun bayi dan anak selama dia
tidak mampu membuatnya sendiri. Kita tahu, bahwa ancaman kesakitan ganda masih
menghantui indonesia. Tetanus, pertusis, TBC, penyakit-penyakit tersebut masing
sering terjadi. ketika saya bertemu dengan pasien anak yang menderita tetanus,
sangat kasihan. Dalam kondisi tidak sadarkan diri, pernapasan dibantu
ventilator, dan mengalami kejang setiap 10 menit. Riwayatnya, dia tidak pernah
mendapat imunisasi tetanus. Tetanus dapat mengenai siapapun, tapi akan
diperparah oleh mereka yang tidak pernah mendapatkan vaksin. Pertusis, batuk
rejan selama 100 hari. Pada bayi yang sudah mendapat vaksin, hal ini lebih
mudah diatasi. Tapi bagi yang tidak, sulit disembuhkan dan menular kebanyak
orang. Lebih sering lagi ketika bertemu dengan bayi yang mengalamai spondilitsi
TB. Kuman TB yang sudah menyerang sumsum tulang belakang. Sangat kasihan. Dan
lagi-lagi hal itu karena tidak mendapatkan imunisasi.
Guyonan
yang sempat saya lontarkan pada seorang teman tadi pagi: silahkan tidak
imunisasi jika dirimu sangat kaya. Sehingga bisa memenuhi kebutuhan nutrisi
anak-anak melalui makanan yang bergizi.
0 komentar:
Posting Komentar