Apa
kebahagiaan terbesar dalam hidup ini? Pertanyaan itu yang singgah dalam benak
saya ketika usia sudah mulai menginjak kepala dua. Melalui beberapa referensi
bacaan, kegemaran dalam dunia psikologi, serta menjalani pendidikan di fakultas
Keperawatan, saya kemudian mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang telah lama
berputar-putar dalam benak saya. Kebahagiaan terbesar dalam hidup saya adalah
ketika saya sudah menjadi seorang ibu dari anak-anak saya kelak. Tidak hanya
menjadi ibu yang melahirkan, tapi juga berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan mereka hingga menjadi seseorang yang membanggakan. Sejak saat itu,
saya mulai mempersiapkan diri, mencari informasi baik melalui buku,
kajian-kajian tentang parenting dan dunia anak, ataupun film-film tentang
pendidikan anak, selain dari matakuliah tentang perkembangan anak yang saya
dapatkan di bangku kuliah.
Berbicara
tentang pendidikan anak, sebenarnya tidak sulit untuk mendapatkan referensi
untuk itu. Islam sebagai agama yang syumul,
sudah memberikan contoh yang sangat komplek bagaimana mendidik anak sesuai
dengan usia perkembangannya. Dari shirah,
kita bisa mendapatkan bagaimana Rasulullah mendidik cucunya, atau bagaimana
para shahabat seperti umar mendidik anak-anaknya. Selengkapnya kita bisa
mempelajarinya dalam buku “Tarbiyatul aulad” karya Abdullah Nashih ‘Ulwan.
Namun, kadang kita beranggapan terlalu teoritis, maka dari itu saya mencari
pelengkap dari buku dan film-film umum tentang pendidikan anak. Dari berbagai
hal yang saya pelajari, saya kemudian menyimpulkan ada tiga metode pendidikan
untuk pemimpin kecil saya kelak, yaitu :
1.
Anak
dan sastra
“Ajarkan sastra pada anakmu, maka anak yang penakut bisa menjadi
berani” begitu kalimat bijak yang disampaikan
Umar bin Khattab. Dari shirah, film
yang saya tonton, dan buku-buku yang saya baca, membuktikan manfaat dari
pelajaran sastra sejak dini pada anak.
Mukjizat
terbesar Nabi Muhammad adalah Al Qur’an, dan Al Qur’an juga adalah karya sastra
terhebat yang pernah ada di dunia. Memperkenalkan anak sejak dini dengan al
qur’an membuktikan bahwa mereka lebih cerdas. Dari film-film korea, cina, dan
jepang bertema sejarah yang saya tonton, pola pendidikannya adalah dengan
memberikan mereka hafalan-hafalan syair sebelum yang lainnya. Dan, metode
bercerita sebagai teman pengantar tidur terbukti memiliki andil besar dalam
pembentukan karakter anak.
2. Anak laki-laki dan kambing gembalaan.
Kisah
para Nabi, tidak pernah lepas dari kisah para penggembala kambing. Sebelum para
utusan Allah diangkat menjadi Nabi dan Rasul, mereka rata-rata “berprofesi”
sebagai seorang penggembala. Sebut saja, Nabi, Isa,
Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, dan tentu saja Nabi Muhammad. Umar bin Khattab
ketika usia mudanya juga pernah menggembalakan kambing milik ayahnya.
Dan
secara ilmu psikologi, mengembalakan kambing melatih anak dalam hal tanggung
jawab dan melatih jiwa kepemimpinan seorang anak. Maka dari itu, saya memiliki
impian, ketika kelak saya memiliki anak laki-laki, saya akan memberikan
tanggung jawab hewan peliharaan berupa kambing. Tidak perlu banyak, cukup satu
atau dua ekor untuk dia rawat. Cukup realistis mengingat kondisi lingkungan
yang nantinya akan kami tinggali.
3. Alam, menyediakan semua yang dibutuhkan
Lingkungan
kita, adalah laboratorium terlengkap bagi proses pembelajaran anak-anak. Apapun
dan bagaimanapun lingkungan tempat kita tinggal, tempat itu selalu menjadi
laboratorium yang lengkap untuk kita jadikan tempat belajar bagi anak-anak
kita. Mengajak mereka berinteraksi sejak usia dini dengan lingkungan atau alam
tempat kita tinggal membantu memperbanyak informasi yang didapat oleh anak
kita.
Bukankah
pejalaran TK dan SD tingkat awal, bahkan mata pelajaran eksak dan sosial itu
sumbernya dari lingkungan sekitar kita? Tinggal bagaimana kita menyediakan waktu
untuk mengenalkannya dengan mereka.
Saya
mendapatkan pelajaran ini secara langsung. Lahir dan besar di lingkungan
pedesaan memberikan keuntungan besar bagi saya untuk belajar dengan alam secara
langsung. Sungai, ladang, bukit adalah tempat bermain saya. Belajar mencari
tumbuhan liar yang bisa dimakan, menangkap ikan, menangkap burung, adalah
kegiatan masa kecil yang memiliki andil dalam perkembangan masa kecil saya
hingga saya dewasa seperti sekarang.
Menggembala kambing, sastra, dan
interaksi dengan alam adalah metode yang nantinya akan saya terapkan pada
anak-anak saya kelak untuk bisa membentuk mereka menjadi pemimpin masa depan
yang membanggakan. Jiwa, raga, dan intelektualitas bisa diasah melalui tiga
aktivitas yang sudah dicontohkan para pendahulu islam. Tidak perlu mencari
metode lain demi mendidik anak-anak menjadi seorang pemimpin masa depan yang
hebat nantinya.
#LombaBlogNUB
#LombaBlogNUB
0 komentar:
Posting Komentar