Life of Pi (Kisah Pi) adalah Novel ketiga dari
penulis Canada Yann Martel, Novelis yang memenangkan The Man Booker Prize pada
tahun 2002. Novel ini menceritakan pengalaman seorang Piscine Molitor Patel (Pi
Patel) saat dia terombang ambing di samudra pasifik paska kapal yang
ditumpanginya bersama keluarga dari India tenggelam di samudra pasifik. Kisah hidup
yang Pi alami selama kurang lebih tujuh bulan di samudra bersama seekor harimau
bengal seberat 225 kg.
Pi adalah seorang anak pemilik kebun
binatang di Pondhicerry, India. Sejak dari kecil, dia sudah akrab dengan
binatanga yang ada dan mempelajari karakter tiap hewan yang menjadi koleksi
kebun binatang ayahnya. Nama Pi, diambil dari huruf depan namanya yang –ternyata-
adalah nama sebuah kolam renang terbaik yang ada di Prancis.
Pi sangat tertarik belajar tentang
agama-agama yang ada di lingkungan tempat dia tinggal. Meskipun terlahir
sebagai Hindu, Pi tertarik belajar kristen dan islam. Maka, ketika memasuki
usia 15 tahun, saking tertariknya dengan agama tadi, Pi menjalankan ibadah
ketiga agama tersebut. Pi melakukan pemujaan, Pi ke Gereja setiap hari Minggu,
dan melakukan sholat dan sholat jum’at.
Semua berubah ketika keluarganya
memutuskan pindah ke Canada karena kondisi politik di India tidak lagi
kondusif. Tanah yang dulu bebas dipergunakan untuk usaha, harus dikembalikan
pada pemerintah, sehingga jalan yang keluarga Pi pilih adalah menjual
hewan-hewan yang dimiliki kepada pemilik kebun binatang luar negeri, dan mereka
pindah negara.
Namun, badai besar terjadi ditengah
perjalanan dan menenggalamkan kapal. Dan hanya satu sekoci yang berhasil
diturunkan, berisi Pi dan 4 hewan miliknya. Seiring berjalannya hari, satu
persatu hewan yang ada mati karena dimangsa hewan yang memiliki kedudukan lebih
tinggi. Hingga akhirnya hanya tinggal harimau bengal seberat 225 kg yang
menemani Pi. Dan kisah seru itu dimulai.
Perjuangan Pi untuk bertahan hidup
dari harimau, perjuangan untuk segera bertemu dengan daratan, menghadirkan
keindahan peristiwa yang ditemui selama masa-masa itu. Fenomena laut, ikan-ikan
yang bercahaya, dan bagaimana perjuangan Pi untuk mendapatkan makanan selama
terapung di Samudra.
Beberapa hal unik saya temukan ketika
membaca novel ini. Dari awal, penulis menceritakan asal muasal dari kisah ini. Seolah-olah
kisah dalam buku ini adalah kisah yang tidak sengaja penulis temukan. Berbeda dengan
novel yang pernah saya baca, buku ini seperti menceritakan bagaimana kehidupan
kebun binatang dan tingkah polah para penghuninya. Bagaimana karakter harimau,
singa, kuda nil, burung Onta, dll. Hal unik lain adalah ketertarikan tokoh
utama terhadap agama yang dipeluknya. Ketika Pi belajar tentang agama kristen,
Pi menggugat mengapa Kristus mati dengan alasan untuk menebus dosa umat kristen
yang lain. Walaupun dia menggugat itu, dia akhirnya minta untuk dibaptis. Dikisahkan
juga bagaimana Pi terpesona dengan kesederhaan yang ditunjukkan seorang muslim
penjual roti yang juga tetangganya, yang akhirnya membuat dia rutin untuk
sholat 5 waktu dan rajin ke masjid ketika hari jum’at. Namun, hal itu tidak
membuat Pi melupakan agama yang sudah mengenalkannya akan Tuhan sejak kecil,
yaitu Hindu.
“ oh, puji syukur padamu, ya Ganesha! Terpujilah
engkau dalm segala manifestasimu Allah-Brahmana!” (hal. 333)
Dalam keterputusasaannya akan
pertolongan, Pi selalu meyakini bahwa Tuhan akan menyelamatkannya bersama
Richard parker –nama harimau bengal tersebut-. Keyakinan inilah yang mungkin
membuat seorang Obama
menulis dengan tulisan tangan kepada Martel, “Life of Pi adalah bukti elegan
keberadaan Tuhan dan kekuatan bercerita.”

Setelah
membaca novel dan menonton film, tetap lebih berkesan kisah dalam bentuk buku. Cerita
yang lebih detail dan pelajaran yang tersampaikan yang tidak didapatkan dalam
film.
Dari
buku ini jadi penasaran dengan ikan dorado dan meerkat. Dan juga membayangkan
bagaimana enaknya daging penyu.
aku masih bingung endingnya : jadi akhirnya si Pi itu beragama apa?
BalasHapustetap dengan 3 agamanya...
BalasHapusinitinya bukan itu,, tapi kemampuan Pi dalam bertahan hidup