Kamis, 16 Januari 2014

Tentang Kopi

Kopi, jenis minuman yang tidaklah asing bagiku. Ramah ku (alm) adalah kopiholic, dalam sehari beliau bisa habis 4 cangkir besar, bahkan lebih jika ada tamu yang bertandang ke rumah, dan kejadian itu bisa terjadi setiap hari. Namun, walaupun beliau adalah seorang kopiholic, tidak sembarang kopi beliau minum, hanya kopi buatan ibuklah yang sangat beliau sukai. Dan jika ibuk tidak membuatkan, aku yang memiliki tugas untuk itu. Jika ibuk kemudian menjadi orang yang juga setiap hari harus mengkonsumsi cairan hitam ini, beda denganku yang enggan bahkan tidak ingin mengkonsumsi secara khusus kecuali sebatas mencicip saat menyeduhnya untuk beliau.

Kopi, jenis minuman yang sifatnya deuretic dan memberikan sifat addictive bagi yang mengkonsumsinya. Makanya aku tidak heran saat ramahku sulit meninggalkan kebiasaannya ini, bahkan meningkat dari hari ke hari. Karena sifat addective inilah, seorang ulama dari mesir menghimbau jamaahnya untuk menghindari minuman ini, walaupun beliau melakukan dakwahnya di warung-warung kopi.
Kopi, jenis minuman yang sebagian orang mengatakan memiliki manfaat jika dikonsumsi dalam jumlah tertentu, menguatkan jantung – katanya – sedangkan jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan akan berefek sebaliknya. Dan aku berpikir bahwa hipotesa itu akan menghasilkan sebuah kebenaran. Bukankah rumus yang baku adalah “apa-apa yang berlebihan akan tidak baik”? kopi juga memang tidak akan baik bagi lambung karena sifatnya yang asam. Bagi penderita penyakit kelebihan asam lambung, jangan lupa makan sebelum minum kopi, jika tidak ingin lambung anda “berlubang” lebih cepat.

Kopi, ada yang pernah bertanya padaku “lebih berbahaya mana kopi instan dengan kopi tubruk?” saat mendapat pertanyaan ini aku bingung harus menjawab apa. Apakah kopi instan lebih aman karena kadar kafein yang rendah? Atau justru lebih bahaya karena pengawet? Lebih dari itu karena aku bukan pengamat dan penikmat kopi (waktu itu).

Kopi, jenis minuman yang kini aku sukai. Berawal dari sebuah novel tentang kopi. Dan kata-kata ini yang menghubunganku dengan masa-masa aku membuatkan kopi untuk Ramah dan “kebersamaan” dengan seseorang yang pernah mengajukan pertanyaan itu.

“secangkir kopi adalah jembatan kenangan dan komunikasi yang paling hangat. Dan, bersamanya, kita bisa menciptakan momen-momen special dalam secercah perjalanan hidup”

Kopi, entahlah. Bagiku minuman ini menunjukkan suatu keajaiban penciptaan. Hanya satu jenis minuman, tapi lidah kita bisa mengidentifikasi rasa dan aroma yang berbeda dari tiap merk, jenis biji kopi berasal, dan bagaimana biji itu diolah. Bukankah itu luar biasa?

0 komentar:

Posting Komentar