Selama ini, aku merasa
hidupku datar-datar saja. Apa yang aku inginkan bisa aku dapatkan dengan mudah.
Apalagi jika berurusan dengan prestasi di sekolah. Tapi, akhir-akhir ini aku
berpikiran bahwa datarnya hidupku karena keinginanku yang memang tidak terlalu
“spesial” dan sikapku yang easy going dalam
menghadapi sesuatu. Ya, aku tidak pernah memiliki ambisi yang muluk dalam
kehidupanku selama ini. ketika TK, aku meraih prestasi sebagai bintang pelajar
di akhir masa pendidikanku. Sebuah prestasi pertama yang aku punya, disini
pulalah aku mendapatkan hadiah pertamaku. Ketika SD, juara kelas dan menjadi
perwakilan sekolah dalam mata pelajaran di kabupaten aku dapatkan. SMP, aku
mendapatkan kesempatan untuk bersekolah di sekolah tervaforit dikota kabupaten,
begitu pula dengan SMA.
Dan ketika lintasan
pikiran itu ada “apakah hidupku akan sedatar ini? sekolah, kuliah, bekerja lalu
menikah?” siklus hidup yang rata-rata dilalui setiap orang. ya, bagi orang yang
memiliki kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi,
mereka akan menikah ketika sudah lulus kuliah dan mendapat pekerjaan yang
“mapan”. Haruskah begitu? Bagaimana jika siklus hidup yang kita lalui tidak
seperti kebanyakan orang?
Lulus sekolah, lalu
kuliah, selepas kuliah dihadapkan pada persaingan dengan ribuan bahkan jutaan
para pencari kerja. Lalu, takdir untuk menikah ternyata tidak secepat yang kita
bayangkan. Oh, ternyata hidup tidak sedatar itu. Tidak selamanya apa yang kita
bayangkan sesuai dengan kenyataan. Tidak selamanya apa yang kita inginkan akan
tercapai dengan mudah.
“kalah kadang perlu agar
kita tahu dunia bukan milikmu”
Ikhtiar yang tiada henti,
do’a yang tiada putus tetaplah penting untuk dilakukan dalam tiap keinginan
yang kita pinta pada Nya. Jangan pernah meninggalkan Nya dalam tiap keputusan
yang kau buat sekecil apapun. Dan ketika hidup tidak lagi terasa datar, ya
memang begitulah adanya.
*sebuah nasihat untuk pribadi
0 komentar:
Posting Komentar