Seharunya tulisan ini muncul hari rabu kemarin, namun banyak kendala (yang seharusnya tidak menjadi alasan) yang membuat janji diri ini tidak dapat terlaksana sebagai bagaimana banyangan awal. namun, saya tetap memegang keyakinan bahwa lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. Akhirnya muncullah tulisan ini.
Setelah hari senin lalu yudisium, hari selasa ini kamu menjalani pembekalan dalam acara pra pendidikan profesi ners(pradik). Agenda hari pertama kita mendengarkan pemamaparan dari para pemegang pimpinan di masing-masing rumah sakit dan ruangan yang akan kami masuki dalam rangka mencapai kompetensi yang seharusnya kami dapatkan. Bagi saya, pembekalan yang hanya duduk mendengarkan, sangatlah membosankan. Dan lelah luar biasa. Bayangkan saja, dari jam 08.00 WIB sampai jam 16.00 WIB kami hanya mendengarkan pemamaparan dari para pemimpin itu mulai dari pimpinan RSUD Dr. Soetomo hingga RSUD H. Slamet Martodiwirjo Pamekasan. Namun, bagaimanapun membosankannya pemaparan itu, tetap ada sisi menarik yang bisa saya dapatkan.
Pemaparan pertama dari wakil direktur rumah sakit pendidikan unair. Ternyata di rumah sakit ini kami juga akan berpraktek jika ada kompetensi yang memungkinkan untuk dicapai. Ya, wajar secara alat-alat di RSP ini canggih-canggih walaupun (yang saya ketahui) belum ada pasiennya. Pemaparan kedua dari Rumah sakit tropic dan infeksi unair. Menyengangkan mendengarkan pemamaparan dari dua dokter RS unair ini. ya, karena saya dan tiga anak A7 ini mendapatkan hal yang berbeda dengan teman kami yang tidak berpraktek di dua rumah sakit tersebut. Ditambah lagi, kami berkesempatan untuk dapat praktik di RSAL dan belajar tentang terapi hiperbarik. Selain itu, ada pemaparan dari direktur RSUD Dr. Soetomo (tentunya), RS Sumber glagah (rumah sakit khusus kusta), RS Menur (rumah sakit khusus penyakit gangguan jiwa), dan RSUD Pamekasan karena ada sebanyak 20 mahasiswa program B yang dari pamekasan.
Bersyukur kami tidak harus ke RS Dh*rm* yang memiliki peraturan agak “aneh”. Jadi, saya pribadi sedikit lega. Ya, tapi bukan berarti saya tidak bersyukur. Hanya saja memang tidak dapat 100% tenang. Karena jika masuk ICU dan ICCU memiliki aturan sendiri walaupun tidak “menegangkan” seperti di RS DH*rm*.
Selain dari para pemimpin rumah sakit, di hari itu juga kami dibekali dari para kepala keperawatan masing-masing ruangan yang ada di RSUD Dr. Soetomo. Banyak hal yang disampaikan. Mulai dari kondisi pasien yang di layani, jumlah tenaga, hingga kondisi ruangan yang sering kali over load. Dan dari sini saya sering mendengar “karena kami tidak boleh menolak pasien”. Suatu hal yang kontras dengan pemberitaan yang ada. Tapi bagi saya, saya lebih sepakat dengan pernyataan dari kepala bidang keperawatan karena memang seperti itulah yang saya lihat. Di beberapa ruangan seringkali pasien di rawat di selasar dengan menggunakan extra bed.
Hari kedua ini, membosankan memang. Tapi, banyak hal yang menunggu untuk segera dihadapi dengan persiapan penuh. Karena tantangan yang menunggu sangat luar biasa. Sumber glagah dengan penyakit kustanya, tapi aku membayangkan menjalani praktik di sini adalah tempat yang sejuk dan indah. Rumah sakit menur dengan penderita gangguan jiwa, yang – berdasarkan pengalaman – menyenangkan berhadapan dengan mereka. Ya, hari kedua – walaupun belum banyak – sudah menumbuhkan benih cinta yang sudah lama tertanam dalam hatiku. Bismillah… hari ketiga sesuai yang di jadwalkan, adalah untuk ujian. Semoga bisa menjalankan dengan baik.
0 komentar:
Posting Komentar