Selama aku lahir hingga duduk di semester akhir kuliah, telah tiga kali pindah rumah. Pertama, kami sekeluarga menempati perumahan guru SD dimana Ramah menjadi guru disana selama + 20 tahun. Saat aku menginjak kelas 3 sekolah menengah pertama, Ramah memboyong kami ke kampung yang jaraknya sekitar 4 km dari desa yang dulu. Tepatnya di kelurahan kowel kampung kosambi. Sekitar 5 tahun kami disana, hingga saat nikmat Allah menyapa kami sekeluarga, kami pindah ke rumah baru yang masih satu kelurahan namun beda kampung. Jika dulu kampungnya bernama kosambi, sekarang kampung yang aku tempati bernama kampung kolbukkol. Aku pikir, nama kampung dikelurahan ini unik, namanya diambil dari nama buah yang seringkali tumbuh di pagar dan terlantar. Tidak ada orang yang memelihara khusus dua tumbuhan ini, keduanya bisa hidup secara liar. Sedangkan alamat rumahku yang dulu berada di desa Blumbungan dusun kaju raja (kaju= kayu, raja=besar). Ada beberapa dusun yang aku ketahui dari desa sangat luas ini. antara lain tomang mate (tomang= tungku, mate= mati), aeng penai (aeng=air, penai=tempayan), itu tiga nama yang aku tahu dari teman-teman sekolah yang berasal dari tkedua dusun itu.
Berbeda dengan dua rumah sebelumnya, rumah yang sekarang kami tinggali adalah milik kami sendiri. Lingkungannya sangat aku sukai. Air langsung dari sumber bisa dengan mudah kami akses, jarak rumah yang tidak jauh dari jalan raya, memudahkan kami untuk kemana-mana. Ini beberapa gambar yang sempat aku ambil ketika memiliki kesempatan menggunakan kamera.
ini jalan menuju kampung kolbukkol dan kampung kosambi disebelahnya. Jalan dari arah jalan raya nyalaran. Pas depan jalan ini ada pemandian umum, namanya pemandian tirta basuki.
ikuti saja jalan beraspal yang sedikit bergelombang itu, maka kalian akan menemukan lahan yang dipersiapkan untuk pembangunan sekolah kesehatan. Tepatnya disebelah kanan jalan. Dulunya lahan ini adalah lahan yang ditumbuhi pohon jati, seperti yang terlihat di belakang. namun sekitar satu tahun yang lalu, pohon-pohon jati yang ada ditembang dan lahan tersebut ditimbun, dan jadilah seperti sekarang.
tunas-tunas jati yang kembali tumbuh. Sisa-sisa penebangan. Timbunan tanah yang terlihat, telah mencegah pohon jati yang ada di bawahnya untuk tumbuh.
Ini gambar yang lebih dekat. Lahan di kolbukkol memang banyak yang ditanami pohon jati, kalo tidak pohon akasia. Namun perlahan-lahan, wilayah itu kini menjadi lahan kosong yang gersang dan kemudian di”tanami” gudang tembakau.
Seperti gambar ini, lahan yang tumbuhi pohon yang dimanfaatkan untuk diambil kayunya.
Di sebelah barat calon sekolah kesehatan, ada lapangan futsal yang akhir-akhir ini digunakan oleh anak-anak untuk bermain futsal. Lapangan yang jarang aku temui di surabaya, apa lagi ditempat terbuka seperti ini.
Sebelah barat lapangan, kalian akan menemukan jalan bercabang 2, ambillah belokan kiri, dan ikuti alurnya.
bersambung...
salam kenal. saya yatno anak sumber glagah. orang tua saya mantan penderita kusta.
BalasHapusSalam kenal juga. saya Asih. wah, benarkah? sudah baca tulisan saya tentang pengalaman di sumber glagah? semoga tidak ada yang saya salah dalam menuliskannya. lima hari di sumber glagah adalah pengalaman yang sangat luar biasa.
BalasHapus