Minggu, 03 April 2011

Tentang Gedung Mewah DPR


                Sebuah dagelan kembali disuguhkan petinggi negeri ini. setelah ungkapan presiden tentang gajinya yang tujuh tahun terakhir tidak naik-naik, kini hal yang hampir mirip kembali disuguhkan oleh para petinggi. Bukan lagi dari eksekutif, tapi dari legislatif yang notabene adalah wakil rakyat dipemerintahan. Ya, mereka tidak hanya sekedar mengungkapkan keinginan, tapi sudah terbentuk rencana yang 80% akan terealisai. Apa itu? Tidak lain dan tidak bukan tentang gedung baru anggota lesgislatif yang akan dibangun dengan anggaran 1,116 T. yang harga tiap ruangannya + 500 juta.
                Pertama kali aku mendengar kabar ini, aku teringat dengan lagu band kesukaanku “Sheila on 7” yang berjudul “generasi patah hati”
tawa lepasmu adalah tangisanku
kelakuanmu adalah deritaku
perut buncitmu kurusnya bayi mereka
rumah mewahmu keringat mereka
kebodohan ini harus segera di akhiri
sebelum aku benar-benar mati
aku generasi yang patah hati
terlahir dengan kondisi dunia yang seperti ini
aku harus belajar tersenyum sebelum membunuh
sebelum membunuh rasa takutku
                Apa yang sudah mereka wacanakan, sungguh keterlaluan. Saya akui, ini dari perspektif saya. Bagaimana tidak, ditengah kondisi negeri yang seperti ini, mereka masih sempat memikirkan pembangunan gedung yang begitu mewah dengan anggaran yang fantastis. Yang semakin membuat saya heran adalah komentar dari ketua DPR yang mengatakan bahwa biaya gedung itu murah.
                apa yang ada dalam pikiran mereka ketika merencanakan itu? Tidak kah mereka melihat, mendengar, dan merasakan apa yang sekarang terjadi dengan negeri ini? kemana mata, telinga, dan hati mereka? Sudah tertutupkah? Tidak kah mereka membaca Koran, menonton TV bahwa ada lima kecamatan yang sudah beberapa hari ini warganya tidak dapat hidup dengan tenang karena serangan hama ulat bulu? Tidak kah mereka mendapat laporan bahwa jalan di daerah bantul putus karena terjangan lahar dingin sehingga mengharuskan bus dan sopir truck melalui jalan memutar yang akan menambah biaya operasional? Tidak kah mereka merasakan bagaimana rasanya hidup di pengungsian karena rumah kebanjiran akibat hujan yang terus menerus? Anak-anak tidak sekolah karena SD yang terendam banjir? Kemana anugrah Allah yang sudah diberikan kepada mereka untuk bisa mengetahui itu semua? Sekedar simpati saja tidak ada.
                Negeriku memang aneh. Para petingginya tidak peka. Negara-negara eropa dengan kondisi iklim dan perekonomian dunia yang sedang tidak stabil seperti ini mereka semakin menghemat pengeluaran, justru di negeriku sedang gencar-gencarnya untuk menghabiskan anggaran. Padahal, ancaman kenaikan minyak sudah didepan mata, kerusakan jalan dimana-mana, ketersediaan pangan masih belum bisa dipastikan, daerah-daerah masih mengadapi ancaman banjir, masyarakat di kepualaun masih harap-harap cemas apakah besok akan ada pasokan sembako atau tidak karena terkadang kiriman itu terhambat cuaca. Benar sebuah ungkapan yang mengatakan, “jika pemimpin suatu negeri kaya, maka rakyatnya miskin. Jika pemimpin suatu negeri miskin, maka rakyatnya kaya”
Dana 1,116 T tidak bisa kah di alokasikan untuk keperluan lain? Perbaikan jalan misalnya. Banyaknya jalan yang rusak menghambat pengiriman barang kedaerah dan hal itu juga yang menyebabkan tingginya biaya transportasi yang akhirnya harga di konsumen meninggi, ujung-ujungnya rakyatlah yang menanggungnya. Mahalnya harga kebutuhan pokok tidak lantas membuat kaya petani, karena ditangan mereka hargapun masih biasa. Lalu siapa yang kaya? Para pengusaha dan pemilik modal. Pemerintah yang senantiasa mengambil pajak tanpa perbaikan insfrastruktur. Merekalah yang kaya.
perut buncitmu kurusnya bayi mereka
rumah mewahmu keringat mereka
                rakyat Indonesia seringkali dibuat patah hati oleh kebijakan dan pembahasan para petinggi. Apa yang mereka hasilkan dan akhirnya tersampaikan ke public bukan hal-hal yang menyangkut rakyat banyak. Hanya bagi mereka sendiri. Termasuk “engkel-engkelan” pembangunan gedung baru. Padahal sederetan rancangan undang-undang yang menyangkut hajat hidup orang banyak masih menunggu untuk segera diselesaikan.
                Terserah alasan apapun dibalik pemabangunan gedung mewah itu. Itu belum selayaknya dilakukan, apalagi dengan anggaran sebanyak itu. Tunjukkan kinerja kalian. Barulah berbicara fasilitas. “kami akan lebih giat kalau ada gedung baru” katanya. Iya kah? Tidak cukupkah tunjangan yang sudah diberikan pada kalian dari hasil keringat-keringat rakyat yang kalian wakili? Kalian tentu pernah belajar sejarah kan? Bahwa bumi ini pernah diperintah oleh sorang pemimpin yang kehidupannya sangat sederhana tapi berhasil membawa rakyatnya mencapai kemakmuran. Negara yang dipimpinnya tidak lah kecil. Dan juga tidak miskin. 1/3 bumi wahai anggota dewan yang terhormat. Tapi pemimpin itu memilih hidup di bilik sederhana. Tidak di istana yang mewah.
                Berapa tahun sudah kalian menjabat? Hampir 2 tahun. Dan saya sebagai rakyat belum merasakan perwakilan kalian. Seperti itu sudah minta fasilitas lebih. Padahal seorang umar bin abdul aziz dalam waktu dua tahun sudah berhasil mengentaskan kemiskinan di negeri yang dipimpinnya, 1/3 bumi. Jauh lebih luas jika dibandingkan dengan Indonesia. Bukankah sejarah adalah guru yang terbaik? “Jangan sekali-kali melupakan sejarah” itu pesan proklamator negeri ini. lalu bagaimana dengan kalian?

4 komentar:

  1. Para wakil kita di pemerintahan sepertinya perlu "diingatkan" lagi definisi demokrasi yg selama ini mereka gaung2kan, yaitu pemerintahan dari rakyat. jadi mereka tidak bisa seenaknya saja menyepelekan rakyat. hanya memikirkan perut sendiri.
    Saya yakin, apa yg mereka makan ketika menjabat yg mereka peroleh dari menderitakan rakyat akan berubah menjadi bola2 api(neraka) di akhirat nanti.

    BalasHapus
  2. kalau nulis boleh di share dong

    BalasHapus
  3. bukankah di publish di blog salah satu bentuk bahwa tulisan ini untuk umum?

    BalasHapus
  4. oya, terimakasih sudah menyempatkan untuk membaca

    BalasHapus