Aku bukanlah seorang psikolog,
atau mahasiswa yang sedang kuliah di jurusan psikologi. Aku hanya seorang
perawat yang menyenangi dunia psikologi, dunia yang – katanya- bisa membaca
pikiran orang lain. Sesekali, membaca buku atau artikel yang membahas tentang
psikologi, lebih khusus yang membahas tentang karakter seseorang.
Maka, ketika aku seringkali sensitive
dengan tatapan, bahasa tubuh, gaya bicara, tulisan atau gaya berbusana dari
seseorang, hal itu tidak terlepas dari kegemaranku tentang dunia yang satu ini.
Bukankah karakter seseorang dapat dilihat dari poin-point tersebut? Terlebih,
kegiatan sehari sehari-hari ku yang mewajibkan berinteraksi dengan banyak
orang, melakukan pelayanan kepada pasien-pasien yang beragam dan memiliki karakter
yang berbeda pula.
Salah satu kegemaranku adalah
menatap punggung seseorang. Menurutku, punggung seseorang mencerminkan
bagaimana kedalaman jiwa dari orang tersebut. Seberapa stabilnya dia ketika
menghadapi masalah, atau seberapa tegas dia dalam mengambil keputusan dalam
hidupnya. Apakah asumsiku benar? Entahlah. Karena ketika aku mencoba mencari
artikel –karena jika itu buku, aku tidak tahu harus mencari judul buku yang
bagaimana- aku belum menemukan yang membahas tentang punggung sebagai penanda
karakter seseorang.
Tentang punggung, aku tidak dapat
mendeskripsikan secara spesifik jenis punggung dengan karakter seseorang. Tapi satu
yang dapat aku jelaskan adalah…. Ketika aku bertemu dengan seseorang, aku lihat
punggungnya, kemudian aku memberi penilaian bahwa orang ini begini dan begini.
Valid? Tidak selalu. Ini lebih
kepada insting, naluriku yang memang tidak bisa aku pertanggung jawabkan
kebenarannya. Walau begitu, seringkali aku menaruh kegaguman pada seseorang
karena punggung. Untuk membuktikan kecenderunganku –yang kata teman dekatku,
aneh- aku sering melakukannya kepada seseorang yang memang aku sudah kenal. Hal
ini untuk memperkuat insting yang tidak berdasar ini agar tidak membuatku sesat
dengan asumsiku.
Kenapa?
Hal ini tidak lain karena aku
sering tertarik, dan bisa akrab dengan seseorang, baik laki-laki atau perempuan
karena tiga hal; pertama, karena mata, kedua, suara, ketiga, punggung.
“mata adalah tanda seberapa luas
keilmuan seseorang yang ada dalam kepala, sedangkan punggung adalah tanda
seberapa luas jiwa seseorang yang ada dalam dada”
Ini adalah prinsip yang aku
pahami.
Dan suara…adalah pembuktian dua
hal tersebut.
Bukan pada cempreng atau renyah
suara tersebut, tapi charisma yang terpancar ketika dia berbicara. Sama halnya
tentang wajah, bukan pada tampan atau biasanya wajah itu, tapi rona charisma yang
terpancar dari pemilik wajah itu.
Dan bukankah suara juga termasuk
aurat? Dan kelemahan wanita terletak pada telinga. Jadi…ketertarikanku terhadap
hal tersebut adalah suatu fitrah kemanusianku. Dan aku baru tahu, rahasia dari
suara yang berkharisma adalah, suara yang pemiliknya mempergunakan untuk
membaca ayat-ayat Nya.
Selain mata, suara, dan punggung,
tulisan adalah saranaku untuk mengenal bagaimana orang tersebut. Ada seseorang
yang berusia tua, namun ketika menulis status saja tidak ubahnya seperti anak
SMA yang baru menapaki usia-usia pubertas. Sebaliknya, ada anak yang baru
berusia remaja, namun bisa menuliskan layaknya orang dewasa.
Jadi, untuk mengenal bagaimana
seseorang itu tidak harus butuh waktu yang lama. Kenali apa yang penting dan
menurutmu prinsip di awal-awal, selanjutnya…seiring berjalannya waktu lakukan
terus komunikasi untuk mengenal seseorang lebih dekat. Agar penilaianmu tidak
hanya sebatas asumsi.
0 komentar:
Posting Komentar