Aku bersyukur, selalu bersyukur bahwa aku pernah merasakan pendidikan di salah satu universitas unggulan di jawatimur. Bahkan hingga tuntas. Banyak hal yang aku dapatkan, termasuk dapat merasakan praktik di Rumah Sakit yang menjadi rujukan seluruh rumah sakit di Indonesia bagian timur. Bagaimana tidak bangga?
Karena pengalaman yang aku dapat dari rumah sakit tersebut sungguh amat berharga bagi perjalananku selanjutnya. Namun di sisi lain aku memiliki standard tinggi terhadap pelayanan di rumah sakit lain. Ya... RS tempat aku menjalankan praktik profesi setahun ini benar-benar berusaha untuk melaksanakan pelayanan yang sesuai teori ilmu yang kami dapat di kuliah, tidak kaget karena rumah sakit ini memang diperuntukkan sebagai rumah sakit pendidikan. Jangankan hal besar, hal kecil namun memiliki dampak yang cukup penting tidak luput dari perhatian manajemen rumah sakit.
Dan jadilah aku membanding-bandingkan rumah sakit yang dikemudian hari aku datangi. Apakah hal kecil namun penting itu?
Yup, sarana cuci tangan. Ada dua cara melakukan cuci tangan. Pertama dengan air mengalir dan sabun cair, dan yang kedua adalah dengan menggunakan alkohol gliserin. Yang kedua biasa dipakai jika tangan dalam kondisi tidak terkena noda. Dan disinalah yang menjadi perhatianku.
Beberapa rumah sakit -bisa dikatakan semua- yang pernah aku kunjungi tidak menyediakan sarana mencuci tangan yang memadai terlebih penyediaan alkohol gliserin di tiap bed pasien atau minimal di nurse station. Padahal, mencuci tangan adalah hal pertama yang harus dilakukan untuk mencegah penularan infeksi atau infeksi nasokomial yang terjadi di rumah sakit. Yang lucu lagi adalah himbauan mencuci tangan terpampang tapi sarana tidak disediakan. Kenapakah?
Apakah karena masalah anggaran? Ok... Jika hal ini terjadi di RS swasta yang menganut prinsip ekonomi 'modal seminimal mungkin,hasil maksimal' aku bisa memahami,tapi ini terjadi di rumah sakit yang pembiayaannya berasal dari pemerintah, apakah tidak ada anggaran pencegahan infeksi nasokomial ini? Terlebih aku menemui ini di rumah sakit khusus penyakit infeksi. Aku masih belum paham. Apakah karena belum menjadi rumah sakit pendidikan? Entahlah.... Aku hanya berharap kedepannya lebih baik. Jika suatu saat aku bergabung di dalamnya, aku bisa melakukan perubahan ke arah yabg lebih baik. Semoga.
siip mbak :)
BalasHapus